PDIP Beberkan Rancangan Sumatera Barat Jadi Gerbang Kemajuan RI ala Bung Karno

Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto mengatakan, Sumatera Barat sempat dirancang sebagai pintu gerbang kemajuan Indonesia di Samudera Hindia oleh Bung Karno.

oleh Muhammad Radityo Priyasmoro diperbarui 03 Jul 2022, 19:27 WIB
Diterbitkan 03 Jul 2022, 19:27 WIB
PDIP
Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto memimpin konsolidasi kader partai se-Sumatera Barat, Kota Padang, Sabtu 2 Juli 2022. (Merdeka.com)

Liputan6.com, Jakarta - Sekretaris Jenderal DPP PDI Perjuangan (Sekjen PDIP) Hasto Kristiyanto mengungkapkan, Sumatera Barat (Sumbar) sempat dirancang sebagai pintu gerbang kemajuan Indonesia di Samudera Hindia oleh Proklamator Kemerdekaan, Bung Karno.

Menurut dia, Sumbar saat itu dibangun dengan cara pandang geopolitik, khususnya bermuara pada teori pemikiran geopolitik Bung Karno terhadap ketahanan nasional di Sumatera Barat.

"Sumatera Barat dirancang sebagai pintu gerbang kemajuan Indonesia di Samudera Hindia. Sebab Soekarno mencita-citakan, bagaimana Indonesia hadir sebagai the major power di Samudera Hindia," ujar Hasto saat menyampaikan Orasi Ilmiah berjudul "Eksistensi Pemikiran Geopolitik Soekarno untuk Ketahanan Nasional' bagi wisudawan ke-127 Universitas Negeri Padang (UNP), Minggu (3/7/2022).

Hasto menambahkan, koridor strategis Sumatera Barat menyatu dengan konsepsi untuk menjadikan wilayah Sulawesi sebagai lumbung pangan Indonesia.

Menurut Hasto, Jawa sebagai pusat pendidikan, jasa, dan kekuatan TNI Angkatan Darat. Kemudian Kalimantan sebagai Ibu Kota Negara dan sekaligus pusat kekuatan Angkatan Udara, selanjutnya Indonesia Timur sebagai pusat kekuatan Angkatan Laut dan industri maritim.

"Dengan melihat potensi yang begitu besar di Sumatera Barat, maka hegemoni kekuatan pertahanan Indonesia guna menjaga keamanan laut di Samudera Hindia menempatkan Sumatera Barat sebagai kawasan yang sangat penting dan strategis," urai Doktor Ilmu Pertahanan ini.

Hasto lalu melempar pertanyaan tentang alasan Soekarno membangun doktrin agar Indonesia menjadi negara terkuat di Kawasan Samudera Hindia.

Jawabannya, kata dia, agar Indonesia tidak terlepas dari kepemimpinan intelektual yang telah menjadi bagian kultur Minang, mengingat Pola Pembangunan Semesta Berencana saat itu dipimpin oleh Prof Moh Yamin.

 

Peta Geopolitik Indonesia

Doktor Ilmu Geopolitik dan Pertahanan, Hasto Kristiyanto (kanan), menjadi moderator dalam Seminar Peringatan Hari Lahir Pancasila di Universitas Pertahanan (Unhan) dengan tema "Implementasi Pancasila untuk Memperkokoh Nasionalisme dan Bela Negara pada Civ
Doktor Ilmu Geopolitik dan Pertahanan, Hasto Kristiyanto (kanan), menjadi moderator dalam Seminar Peringatan Hari Lahir Pancasila di Universitas Pertahanan (Unhan) dengan tema "Implementasi Pancasila untuk Memperkokoh Nasionalisme dan Bela Negara pada Civitas Akademika Perguruan Tinggi", Rabu (29/6/2022) (Istimewa)

Hasto menambahkan, peta geopolitik di kawasan Indo-Pasifik, Samudera Hindia menjadi pusat pertarungan hegemoni negara-negara maju. Amerika Serikat membangun 13 pangkalan militer. Inggris, Australia, Malaysia dan Singapura membentuk aliansi pertahanan.

Samudera Hindia dipandang sebagai jalur transportasi yang hangat. Bagi Tiongkok, kawasan ini juga sangat penting dengan menjadikan Myanmar sebagai pintu gerbang kepentingan Tiongkok.

"Dari perspektif geoekonomi, Samudra Hindia merupakan kawasan di mana 70 persen jalur perdagangan dunia berada. Di kawasan ini menjadi jalur utama minyak dan gas bumi. Dengan demikian, Samudera Hindia secara geopolitik, geostrategi dan geoekonomi sangatlah penting bagi kepentingan nasional Indonesia. Karena itulah Sumatera Barat harus dikembangkan dalam cara pandang geopolitik," terang Hasto.

Dalam pandangan geopolitik Soekarno, Sumatera Barat diharap dapat mengejar ketertinggalannya dan bergerak progresif bagi kemajuan bangsa. Hasto mengatakan kuncinya adalah cara pandang dan kepemimpinan strategis yang outward looking.

"Guna mewujudkan hal tersebut, nilai-nilai yang hidup sebagai bagian dari strategic culture seperti Tungku Tigo Sajarangan, sangatlah penting untuk membangun keunggulan dengan bertindak keluar," beber Hasto.

Dalam misi inilah Universitas Negeri Padang memiliki tugas sejarah: bagaimana mempercepat transformasi kemajuan melalui penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan mengedepankan riset dan inovasi.

"Hanya dengan cara itulah kepemimpinan Sumatera Barat bagi Indonesia dan dunia dapat digelorakan kembali," yakin Hasto.

Kembali diingatkan Hasto, tokoh agama, tokoh adat dan tokoh cendekiawan berperan penting dengan harus bersama-sama menggelorakan semangat kemajuan.

 

Konsolidasi Partai di Sumbar, Sekjen Hasto Bakar Semangat Kader PDIP

Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto
Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto di sela-sela Rakernas II PDIP, Rabu (22/6/2022). (Foto: Dokumentasi PDIP).

Sebelumnya, Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto memimpin konsolidasi kader partai se-Sumatera Barat, Kota Padang, Sabtu 2 Juli 2022. Hasto menyampaikan salam dari Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri serta membakar semangat juang kader demi memenangkan pemilu ketiga kalinya di tahun 2024.

“Sebelum berangkat ke sini, saya tadi menghadap ke Bu Mega. Bu Mega sampaikan salam kepada saudara sekalian, seluruh kader PDI Perjuangan di Sumatera Barat, dari pengurus DPD, DPC, ranting, hingga satgas partai,” kata Hasto, Sabtu 2 Juli 2022.

Kata Hasto, Megawati menyampaikan bahwa semua kader pasti mengalami banyak tantangan di Sumatera Barat ini.

“Tapi Ibu Mega bilang anda tak sendiri. Karena kita adalah kesatuan kekuatan kebangsaan yang menyatu dari Aceh hingga Papua, menyatu di bawah panji-panji Nasionalis Soekarnois yang menjadikan rakyat sebagai inti kekuatan Partai,” ujarnya.

Hasto lalu mengatakan bahwa semua pemimpin lahir dari proses ujian. Termasuk para kader partai. Bahkan sebagai bangsa, Indonesia mengalami gemblengan dan ditempa oleh revolusi.

“Bung Karno dan Bung Hatta saja dibuang di masa penjajahan. Namun ketika mengalami hambatan, pemimpin takkan pernah hilang api perjuangannya,” kata Hasto.

 

Teladan Sukarno dan Pesan Megawati

Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto
Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto (Dokumentasi PDIP).

Hasto lalu memberi teladan dari Bung Karno, bagaimana saat pembuangan di Bengkulu ia mengalami susahnya kultur yang ada. Namun, Bung Karno tak berhenti dan akhirnya memenangkan hati rakyat.

“Apa yang dilakukan Bung Karno dan Bung Hatta adalah kualitas seorang pemimpin yang tak berhenti bergerak di tengah kondisi apa pun,” kata Hasto.

Hasto juga menceritakan teladan kerja keras dari Ketua Umum Megawati. Di zaman Orde Baru, Megawati bergerak ke rakyat di bawah intaian mata-mata rezim.

“Layaknya tower telepon, apa yang dilakukan Bu Mega dengan keliling Indonesia melantik koordinator kecamatan, bagaikan memasang banyak tower signal. Hampir di seluruh Indonesia. Sehingga akhirnya di 1999 menjadi parpol pemenang pemilu,” kata Hasto.

Dia mengatakan, sama seperti yang dilakukan Soekarno dan Megawati, berpolitik adalah bergerak ke rakyat bukan ke elite. Kader PDIP harus mencari ide-ide baru untuk menembus batas untuk semakin dekat dengan rakyat.

"Idea over opinion. Itu yang pertama,” kata Hasto.

Infografis Respons PDIP Terkait Isu Kerenggangan Jokowi - Megawati. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Respons PDIP Terkait Isu Kerenggangan Jokowi - Megawati. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya