Liputan6.com, Jakarta - Museum Wayang merupakan salah satu lokasi wisata sejarah yang cukup terkenal di Jakarta. Museum Wayang juga merupakan salah satu museum yang dikelola Dinas Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta.
Museum Wayang Jakarta berlokasi di kawasan wisata Kota Tua, tepatnya berada di Jalan Pintu Besar Utara Nomor 27, Daerah Khusus Ibukota Jakarta.
Advertisement
Baca Juga
Untuk jam buka, Museum Wayang Jakarta buka setiap hari Selasa hingga Minggu mulai pukul 09.00 WIB hingga 17.00 WIB. Untuk tarifnya, orang dewasa dikenakan biaya Rp 5.000, sedangkan pelajar Rp 3.000 dan anak-anak Rp 2.000.
Sesuai namanya, museum tersebut menyimpan ragam koleksi wayang, baik dari Indonesia maupun mancanegara.
Cakupan luar negerinya ada boneka dari negara tetangga, seperti Malaysia, Thailand, Vietnam, dan Myanmar. Juga, Cina, India, Perancis, bahkan Suriname.
Namun siapa sangka, rupanya Museum Wayang memiliki sejarah cukup panjang sebelum menjadi seperti sekarang ini. Lantas, bagaimanakah sebenarnya sejarah Museum Wayang?
Melansir laman Museum Jakarta, pada awalnya bangunan yang digunakan oleh museum ini bernama De Oude Hollandsche Kerk atau Gereja Lama Belanda dan konon ceritanya gereja tersebut dibangun pertama kali pada 1640. Lalu pada 1732, gedung itu diperbaiki dan berganti nama jadi de Nieuw Holandsche Kerk.
Kemudian pada 1732 sempat diperbaiki dan bergantilah namanya menjadi De Nieuwe Hollandse Kerk atau Gereja Baru Belanda. Bangunan tersebut bertahan hingga 1808, lalu hancur akibat gempa bumi yang terjadi pada tahun yang sama.
Berikut sejarah singkat hingga isi dan informasi mengenai Museum Wayang Jakarta dihimpun Liputan6.com:
Â
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Sejarah Singkat
Museum Wayang ternyata punya sejarah cukup panjang sebelum menjadi seperti sekarang ini. Melansir laman resmi Museum Wayang dan Antara, museum ini awalnya adalah sebuah gereja bernama de Oude Holandsche Kerk yang berdiri pada 1640. Lalu pada 1732, gedung itu diperbaiki dan berganti nama jadi de Nieuw Holandsche Kerk.
Bangunan ini juga pernah hancur total akibat gempa bumi. Kemudian pada 1939, gedung ini dijadikan museum dengan nama Oude Bataviasche Museum oleh Stichting Oud Batavia (Lembaga Batavia Lama).
Setelah Indonesia merdeka, gedung diserahkan pada Lembaga Kebudayaan Indonesia. Lalu, gedung ini diserahkan pada Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia pada 1962. Pada 1970, bangunan tersebut sempat digunakan sebagai kantor Wali Kota Jakarta Barat.
Itu baru jadi Museum Wayang pada 13 Agustus 1975 setelah diresmikan Gubernur DKI Jakarta saat itu, Ali Sadikin. Gedung tersebut dialihfungsikan sebagai Museum Wayang untuk melestarikan wayang yang merupakan budaya asli Indonesia.
Museum ini bekerja sama dengan Suku Dinas (Sudin) Kependidikan Jakarta. Dengan kerja sama ini, mereka membuat anak sekolah berbondong-bondong mengunjungi tempat tersebut.
Â
Advertisement
Isi Museum Jakarta
Di museum Wayang Jakarta pengunjung bisa melihat berbagai macam jenis wayang, baik jenis wayang Indonesia dan berbagai macam koleksi wayang dan boneka dari mancanegara.
Wayang kulit dari Indonesia memang kebanyakan dari Pulau Jawa, tapi ada juga yang berasal dari Palembang, Banjarmasin, Bali, dan Lombok.
Wayang merupakan suatu pertunjukan yang di dalamnya mengandung nilai filosofi kehidupan manusia yang dikemas dalam suatu bentuk tontonan, tuntunan, dan tatanan.
Saat memasuki pintu masuk museum, sudah terasa suasana klasik dengan bunyi-bunyi gamelan sebagai latar belakang. Museum Wayang memiliki banyak koleksi wayang, total koleksi sebanyak 6.800, merujuk data pada Juni 2022.
Pada dasarnya, koleksi yang ada di museum ini merupakan segi sejarah yang jadi salah satu budaya di Indonesia. Beragam jenis koleksi mulai dari Wayang Kulit, Wayang Beger, Wayang Klitik, Wayang Boger, hingga Wayang Golek terpampang di setiap sudut tembok Museum Wayang.
Selain wayang, ada pula koleksi lainnya, yaitu Patung Blencong, Boneka Si Unyil, serta lukisan dan topeng. Tempat ini juga menyimpan alat musik tradisional dari Jawa, yaitu gamelan.
Kemudian, museum ini memiliki Wayang Intan yang ada sejak 1870 dari Muntilan, Jawa Tengah dan merupakan salah satu wayang tertua yang berada di museum ini.
Wayang ini dibuat satu set dengan alat musik gamelan. Namun, Wayang Intan dipajang terpisah dengan gamelannya, karena gamelan dijadikan satu dengan alat musik lain.
Jika Anda berkunjung ke museum ini Anda akan mengenal dan melihat koleksi wayang kulit, wayang golek, koleksi wayang dan boneka dari negara negara tetangga seperti seperti Malaysia, Thailand, Suriname, Cina, Vietnam, Perancis, India dan Kamboja, termasuk juga koleksi set gamelan dan juga lukisan wayang.
Selain koleksi tentang pewayangan di dalam museum ini Anda juga bisa melihat lihat koleksi piring sebagai tanda batu nisan Jan Pieterszoon Coen.
Ada pula pertunjukan teater wayang beserta workshop tentang pembuatan wayang secara berkala juga diselenggarakan di Museum ini. Itu mengapa museum Wayang Jakarta bisa menjadi destinasi yang cocok bagi Anda beserta keluarga untuk menambah pengetahuan.
Â
Wayang Kulit
Wayang kulit yang berasal dari luar Pulau Jawa, seperti wayang kulit dari Palembang bernama Rama Wijaya, Dewi Sinta, dan Wibisana.
Wayang kulit baru masuk Palembang pada 1900-an yang merupakan budaya kulturasi dari kesenian wayang Jawa. Itu karena pada dasarnya budaya Palembang dan Jawa memiliki kesamaan tertentu.
Perbedaan wayang kulit Palembang dengan Jawa adalah dari segi dialog yang menggunakan bahasa masing-masing dari daerah tersebut. Wayang kulit dari Palembang ini memiliki warna agak mencolok.
Selain itu, terdapat koleksi wayang kulit Banjar dari Banjarmasin, Kalimantan Selatan yang terdiri dari Yudistira, Bima Sena, Harjuna Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong.
Wayang ini dihiasi motif seni dari Banjarmasin, sehingga terasa sekali koleksi ini bukan berasal dari Pulau Jawa. Kisah wayang kulit Banjar berasal dari dua kitab kuno khasanah Hindu: Ramayana dan Mahabarata
Selain itu, terdapat pula koleksi wayang kulit dari Bali yang terdiri dari pandawa lima, yaitu Yudistira, Bima Sena, Harjuna, Nakula, dan Sadewa. Wayang kulit ini memakai kain dengan motif kain poleng yang melambangkan keseimbangan antara dua hal yang bertolak belakang.
Juga, terdapat wayang kulit dari Lombok yang dinamai Wayang Kulit Sasak. Wayang ini pada dasarnya mengambil cerita Menak yang bersumber dari Cerita Amir Hamsah, yaitu paman Nabi Muhammad SAW.
Dengan kata lain, wayang ini memiliki cerita bernuansa islami yang dibuat pada 1955 dan jadi koleksi Museum Wayang pada 1976.
Â
Advertisement
Lokasi dan Jam Buka
Saat pandemi Covid-19 melanda, tempat ini ditutup total. Namun setelah diperbolehkan untuk buka kembali dengan syarat tetap menjaga protokol kesehatan, banyak pengunjung antusias mendatangi Museum Wayang.
Museum ini berlokasi di Pintu Besar Utara Nomor 27 Pinangsia, RT 3/RW 6, Kota Tua, Kecamatan Taman Sari, Jakarta Barat. Museum Wayang buka hari Selasa sampai Minggu, mulai pukul 09.00 WIB hingga pukul 15.00 WIB..
Tarif yang dikenakan untuk masuk dengan kategori dewasa adalah Rp 5.000, mahasiswa Rp 3.000, dan untuk pelajar dikenakan tariff Rp 2.000.
Harga tiket yang sangat terjangkau membuat tempat ini ramai, dalam masa-masa liburan sekolah saat ini pengunjung datang sekitar 300 sampai 500 pengunjung.
Museum Wayang tidak hanya menampilkan wayang, patung, dan lukisan. Ada pula workshop Wayang Janur yang dikenakan biaya tambahan sebesar Rp 15.000.
Setiap hari Minggu juga terdapat kegiatan pergelaran wayang di dalam museum yang bisa disaksikan tanpa biaya tambahan.