Cuaca Besok Kamis 28 Juli 2022: Jabodetabek Diprediksi Hujan Malam Hari

Cuaca besok Kamis 28 Juli 2022, pagi hingga siang hari di Jakarta diperkirakan cerah berawan dan berawan. Namun berbeda pada malam harinya.

oleh Devira Prastiwi diperbarui 27 Jul 2022, 08:15 WIB
Diterbitkan 27 Jul 2022, 08:15 WIB
Cuaca Ekstrem Melanda Jakarta
Pengendara motor menggunakan jas hujan saat hujan deras mengguyur kawasan Jalan Thamrin, Jakarta, Selasa (31/5/2022). Potensi cuaca ekstrem di sejumlah wilayah di Indonesia pada hari ini dipengaruhi oleh kemunculan bibit siklon tropis 92S di Samudera Hindia selatan Jawa Barat. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Cuaca besok Kamis 28 Juli 2022, pagi hingga siang hari di Jakarta diperkirakan cerah berawan dan berawan. Namun berbeda pada malam harinya.

Dilaporkan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), malam hari hujan dengan intensitas ringan diprediksi akan mengguyur Jakarta Barat, Jakarta Selatan, dan Jakarta Timur, sisanya cerah berawan.

"Waspada potensi hujan disertai kilat/petir dan angin kencang dengan durasi singkat di Jaksel dan Jaktim pada sore dan malam hari," terang peringatan dini cuaca BMKG.

Untuk wilayah penyangganya yaitu Bekasi dan Depok, Jawa Barat, pagi hingga siang hari diperkirakan cerah berawan. Tetapi hujan ringan diprediksi turun di Depok malam hari.

Berbeda di Kota Bogor, Jawa Barat, pagi hari diperkirakan cerah, lalu siang hingga malam hari turun hujan dengan intensitas ringan.

"Waspada potensi hujan disertai kilat/petir dan angin kencang pada rentang waktu antara siang hingga menjelang malam hari di wilayah Kabupaten dan Kota Bogor, Kota Depok, Kabupaten Bekasi, Kabupaten dan Kota Sukabumi dan Kabupaten Cianjur," papar peringatan dini cuaca BMKG.

Berikut informasi prakiraan cuaca untuk wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) selengkapnya yang dikutip Liputan6.com dari laman resmi BMKG www.bmkg.go.id:

 Kota  Pagi  Siang  Malam
 Jakarta Barat  Cerah Berawan  Cerah Berawan  Hujan Ringan
 Jakarta Pusat   Cerah Berawan  Berawan  Cerah Berawan
 Jakarta Selatan   Cerah Berawan  Cerah Berawan  Hujan Ringan
 Jakarta Timur   Cerah Berawan  Cerah Berawan  Hujan Ringan
 Jakarta Utara   Cerah Berawan  Berawan  Cerah Berawan
 Kepulauan Seribu   Cerah Berawan  Cerah Berawan  Cerah Berawan
 Bekasi   Cerah Berawan  Cerah Berawan  Cerah Berawan
 Depok   Cerah Berawan  Cerah Berawan  Hujan Ringan
 Kota Bogor   Cerah  Hujan Ringan  Hujan Ringan
 Tangerang  Cerah Berawan  Berawan  Hujan Ringan

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Waspada Bencana Hidrometeorologi

bencana
Musibah besar/Copyright unsplash.com/Jonathan Ford

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebut potensi bencana hidrometeorologi meningkat pada bulan Juli hingga September 2022.

"Potensi bencana juga semakin meningkat pada periode Juli, Agustus dan mungkin awal September nanti kita akan ada pergeseran, di mana pada waktu yang bersamaan kita akan mengalami baik itu hidrometeorologi basah, banjir banjir bandang tanah longsor, sekaligus juga hidrometeorologi kering, kebakaran hutan dan kekeringan," ujar Pelaksana tugas Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari yang dilansir dari Antara, Selasa 26 Juli 2022.

Potensi tersebut, kata Abdul, sudah mulai terlihat dari data BNPB pada 18-24 Juli 2022. Dia menjelaskan jika di minggu sebelumnya frekuensi banjir masih lebih besar daripada kebakaran hutan, kekeringan, justru di minggu ini mulai bergeser dengan frekuensi kejadian kebakaran hutan lebih sering daripada banjir.

"Masyarakat diminta tetap siaga dan waspada di daerah-daerah yang rawan kebakaran hutan, juga pada daerah-daerah yang rawan banjir," kata dia.

BNPB secara frekuentatif atau secara berkala mengirimkan pesan-pesan kesiapsiagaan peringatan dini dan upaya-upaya mitigasi yang harus dilakukan kepada pemerintah daerah.

Namun Abdul mengatakan hal yang paling penting sebenarnya adalah kesiapsiagaan masyarakat. Misalnya pada masyarakat yang berada di sepanjang aliran sungai, atau masyarakat yang bertempat tinggal di daerah-daerah yang dekat dengan tebing dengan kecuraman yang tinggi.

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Jaga Kelestarian Alam

Ketua BMKG Dwikorita Karnawati ikut menjadi pembuka hird Multi-Hazard Early Warning Conference di Bali pada Senin 23 Mei 2022.
Ketua BMKG Dwikorita Karnawati ikut menjadi pembuka hird Multi-Hazard Early Warning Conference di Bali pada Senin 23 Mei 2022. Turut hadir pula Mami Mazutori, ketua United Nations Office for Disaster Risk Reduction (UNDRR). Dok: YouTube/World Meteorological Organization - WMO

Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengajak seluruh komponen masyarakat menjaga kelestarian alam supaya terhindar dari bencana alam akibat kencangnya laju perubahan iklim yang diperparah dengan kerusakan lingkungan.

Perubahan iklim dan kerusakan lingkungan, kata dia, memicu terjadinya cuaca ekstrem yang kemudian menjadi penyebab berbagai bencana alam hidrometeorologi seperti siklon tropis, banjir, banjir bandang, tanah longsor, puting beliung, gelombang tinggi laut, dan lain sebagainya.

"Cuaca ekstrem yang intensitasnya semakin sering dan durasinya semakin panjang ini juga mengancam ketahanan pangan nasional. Karenanya, untuk menjaga produktivitasnya, kami (BMKG) terus melakukan pendampingan kepada para petani dan nelayan agar mampu memitigasi dan beradaptasi dengan perubahan iklim," ujar Dwikorita saat peringatan Hari Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Nasional (HMKGN) di Jakarta, Kamis (21/7/2022) yang mengambil tema "SDM unggul, BMKG Andal, Indonesia Tangguh".

Risiko krisis pangan akibat cuaca ekstrem tersebut, lanjut Dwikorita, semakin diperparah dengan kondisi pasca Pandemi Covid-19 dan perang antara Rusia - Ukraina yang menganggu rantai pasok pangan dan energi global. Apabila hal ini terus dibiarkan, maka akan menjalar ke berbagai persoalan lainnya, termasuk ekonomi dan politik.

Dwikorita menyebut saat ini sejumlah kajian menunjukkan dampak nyata perubahan cuaca ekstrem yang bersifat lokal dan global. Berdasarkan analisis hasil pengukuran suhu permukaan dari 92 Stasiun BMKG dalam 40 tahun terakhir, menunjukkan kenaikan suhu permukaan lebih nyata terjadi di wilayah Indonesia bagian barat dan tengah. Dimana, Pulau Sumatera bagian timur, Pulau Jawa bagian utara, Kalimantan dan Sulawesi bagian utara mengalami trend kenaikan > 0,3℃ per dekade.

Infografis Cuaca Ekstrem Ancam 17 Wilayah Indonesia
Infografis Cuaca Ekstrem Ancam 17 Wilayah Indonesia. (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya