Menko Muhadjir Sebut Indonesia Mestinya Belajar Banyak dari Muhammadiyah

Muhadjir mengatakan, penduduk yang lahir tahun 1980-2028 akan menentukan keberhasilan Indonesia Emas 2045.

oleh Muhammad Ali diperbarui 05 Sep 2022, 03:28 WIB
Diterbitkan 05 Sep 2022, 03:28 WIB
Muhadjir Effendy Lepas Jabatan Mendikbud ke Nadiem Makarim
Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy memberikan sambutan dalam acara lepas sambut di Gedung Kemendikbud, Jakarta, Rabu (23/10/2019). Nadiem Makarim menggantikan Muhadjir Effendi yang sebelumnya menjabat sebagai Mendikbud. (merdeka.com/Iqbal Nugroho)

Liputan6.com, Jakarta Menteri Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendi menyatakan bahwa Indonesia perlu belajar pada Muhammadiyah. Karena organisasi Islam itu lebih tua dari Indonesia.

Dia mengatakan hal itu dalam Sarasehan Pra-Muktamar Muhammadiyah di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Sabtu 3 September 2022.

"Usia seratus tahun bagi bangsa pada 2045, masih dianggap sebagai usia yang muda. Muhammadiyah lebih tua, karena sudah berdiri sebelum Indonesia merdeka," kata Muhadjir Effendi di Malang, Jawa Timur, yang dikutip dari Antara, Minggu (4/9/2022).

Menurut Muhadjir, sudah semestinya Indonesia belajar banyak hal dari Muhammadiyah yang lebih tua. "Ini bisa jadi bahan yang bagus bagi bangsa untuk membenahi kekurangan yang ada,” ucapnya.

Menyinggung generasi muda usia produktif sebagai bonus demografi pada 2045, dia mengatakan penduduk yang lahir tahun 1980-2028 akan menentukan keberhasilan Indonesia Emas.

"Generasi yang akan menentukan keberhasilan Indonesia Emas pada 2045 adalah penduduk yang lahir antara tahun 1980 hingga 2028. Mereka yang akan menginjak usia produktif pada tahun di mana Indonesia berusia 100 tahun," katanya.

Lebih lanjut, Muhadjir mengatakan penduduk dengan usia produktif memiliki peran penting. Jika mereka bekerja dengan produktif, pendapatannya akan mengalir pada tiga hal, yakni kebutuhan diri, pembiayaan bagi usia non-produktif, dan tabungan.

Besar kecilnya tabungan ini, lanjut dia, baik dari segi individu maupun agregat akan jadi taruhan negara dalam upaya menjadi negara maju.

“Kalau kita mampu memanfaatkan bonus demografi dan penduduk memiliki pendapatan yang tinggi, kita bisa menjadi negara maju. Kalau tidak bisa memanfaatkannya, bonus demografi akan menjadi sia-sia,” ucapnya.

Indonesia Emas 2045

Sementara itu, Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elistianto Dardak mengatakan, dalam dokumen Indonesia Emas 2045 tercantum bahwa Indonesia diharapkan mampu menjadi negara maju, salah satu dari lima kekuatan ekonomi dunia, dan memiliki sumber daya manusia yang unggul. Selain itu, tingkat penguasaan iptek yang tinggi dan kesejahteraan yang lebih baik serta merata.

Emil mengemukakan berdasarkan data International Monetery Fund (IMF), saat ini ekonomi Indonesia berada pada peringkat 15 dunia berdasarkan nominal GDP. Jika dilihat dari purchasing power parity, Indonesia sudah berada di peringkat tujuh di dunia. Diperkirakan pada 2030, Indonesia masuk lima besar dunia dengan GDP sebesar 5,42 triliun dolar AS.

Menurut dia, target lima besar ini sangat mungkin dicapai, bahkan jauh sebelum 2045. Namun, ada tantangan-tantangan yang harus segera diatasi. Dua di antaranya adalah pengangguran generasi muda dan ancaman hilangnya pekerjaan di masa depan karena disrupsi teknologi.

“Saya bangga dan mengapresiasi inovasi solutif UMM yang membangun Center for Future of Work (CFW) dan Center of Excellence (CoE) di kawasan ekonomi khusus Singhasari. Harapannya, CFW dan CoE menjadi jawaban agar kita bisa menghadapi beragam tantangan masa depan. Banyak pemangku kepentingan nasional maupun internasional yang mendukung terobosan UMM, termasuk pakar marketing, Hermawan Kartajaya,” ucapnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya