Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan menegaskan dirinya menolak diusung menjadi calon wakil presiden (Cawapres) pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 mendatang.
Menko Luhut menyatakan, hingga saat ini dirinya tak pernah terbesit untuk melanjutkan kiprahnya di dunia politik selepas masa jabatannya sebagai menteri habis pada 2024 mendatang.
Advertisement
Baca Juga
"Enggak, saya sudah bilang saya tak terpikir untuk ke situ lagi, saya 2024 saya pikir sudah cukup lah," kata Luhut saat ditemui di Ciputra Artpreneur, Jakarta, Sabtu (29/10/2022).
Semua tawaran menjadi cawapres baik dari partai politik maupun aspirasi dari masyarakat akan dia tolak. Sebab, dirinya saat ini masih fokus menjalankan tugasnya sebagai pembantu presiden di Kabinet Indonesia Maju hingga 2024 mendatang.
"Iya (tawaran cawapres ditolak)," katanya tegas.
Sebelumnya, Wakil Ketua Umum DPP Partai Nasional Demokrat atau NasDem, Ahmad Ali mengungkapkan ada beberapa nama yang berpotensi menjadi kandidat pasangan Anies Baswedan pada Pilpres 2024.
Sejumlah kandidat yang berpotensi menjadi calon wakil presiden mendampingi Anies itu antara lain Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa, Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan, hingga Gubernur Jawa Timut Khofifah Indar Parawansa.
Â
Reporter: Alma Fikhasari
Merdeka.com
Kriteria Cawapres Ideal Dampingi Anies Versi JK
Sementara itu, Wakil Presiden ke-10 dan 12 RI, Jusuf Kalla (JK), mengungkapkan kriteria calon wakil presiden (cawapres) yang layak dampingi Anies Baswedan di Pilpres 2024. Dia menyebut sosok Cawapres, tak mesti dinilai dari popularitas, akan tetapi pengalaman dalam membantu presiden.
"Wakil itu pertama dinilai bukan popularitas, tapi dinilai bagaimana dia pengalaman membantu presiden," kata JK, kepada wartawan, di Hotel Kempinski, Jakarta, Jumat (28/10).
Dia mencontohkan sosok Wakil Presiden ke-11, Boediono hingga Wakil Presiden saat ini Ma'ruf Amin, kedua sosok tersebut mampu bekerja dengan baik membantu presiden, tanpa dilihat popularitasnya bahkan tak sekalipun berkampanye.
"(Contoh) saya dua kali wapres, Pak Boediono, Pak Kiai (Ma'ruf) pernah kampanye enggak? Enggak pernah. Harus tadi, harus bekerja dengan baik. Sehingga dilihat ini, harus menilai bisa bekerja sama atau bisa membantu," ujarnya.
Kendati demikian, dia mengatakan elektabilitas maupun popularitas pasti menjadi tolok ukur terhadap sosok cawapres yang akan dipilih nanti pada Pemilu 2024.
"Tentu kalau dalam pemilu ya. Tapi orang elektabilitas dilihat dari apa yang dikerjakannya sekarang dan orang juga akan menilai dia sanggup bekerja tidak," ucap JK.
Advertisement