Sampah Plastik Kembali Jadi Sorotan, Paling Banyak Berasal dari Merk Besar Pemimpin Pasar!

Sampah plastik sekali pakai, termasuk saset, botol dan gelas plastik memang banyak mencemari sungai dan perairan laut di Pulau Dewata.

oleh Gilar Ramdhani pada 28 Nov 2022, 19:25 WIB
Diperbarui 28 Nov 2022, 19:23 WIB
Ilustrasi sampah botol plastik
Ilustrasi sampah botol plastik di laut. (Shutterstock/Mr.anaked)

Liputan6.com, Jakarta Selama perhelatan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Nusa Dua, Bali lalu, faktor keamanan dan kenyamanan para tamu negara merupakan prioritas utama yang tak bisa ditawar. Sebagai tuan rumah, sudah selayaknya pemerintah Indonesia bisa memperlakukan para tamu dengan baik.

Namun, yang tentu saja tak boleh dilupakan adalah persoalan sampah, terutama sampah plastik di Bali. Seiring dengan banyaknya tamu negara beserta rombongannya yang datang dan juga berbagai rangkaian kegiatan yang digelar, tentunya turut berperan dalam menambah jumlah sampah makanan maupun kemasan plastik.

Bila pemerintah Indonesia memiliki prioritas tersendiri, lalu bagaimana peran para produsen yang sampah plastik produknya bisa ditemukan dimana-mana? Kira-kira sampah plastik produk siapa yang paling dominan menyampah di Bali?

Asisten Deputi Bidang Pengelolaan Sampah dan Limbah di Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Rofi Al Hanif, membenarkan bahwa sampah plastik sekali pakai, termasuk saset, botol dan gelas plastik memang banyak mencemari sungai dan perairan laut di Pulau Dewata.

"Belum lama ini ada penelitian brand audit atas sampah plastik di Bali, sehingga ketahuan mana saja produk perusahaan yang berakhir di alam, baik itu di sungai maupun di laut," kata Rofi, merujuk audit merek atau brand audit sampah plastik yang mencemari lingkungan di Bali, belum lama ini.

Brand audit tersebut dilakukan oleh Sungai Watch, sebuah lembaga swadaya masyarakat (LSM) bidang lingkungan di Bali.

Laporan Brand Audit Atas Sampah Plastik

Ilustrasi sampah botol plastik
Ilustrasi sampah botol plastik. (Shutterstock/OHishiapply)

Dalam laporan brand audit atas sampah plastik di Bali pada 2021, Sungai Watch mengungkap 10 besar perusahaan dengan brand ternama yang produk dan kemasannya paling mencemari Bali. 

Para perusahaan besar yang menguasai pasar di dalam dan luar negeri saat ini adalah, Danone Aqua, Wings Surya, Orang Tua Group, Santos Jaya Abadi, Unilever, Indofood, Mayora Indah, Coca-cola, Garuda Food, dan Siantar Top.

Riset Sungai Watch menunjukkan, dari 227.842 item sampah plastik bermerek yang dikumpulkan dan dianalisis, ada 27.486 item atau 12 persen dari total sampah plastik yang berasal dari perusahaan besar produsen air mineral Danone Rinciannya, sampah gelas plastik  14.147 item, dan sampah botol sebanyak 12.352 item.

Danone Aqua adalah perusahaan investor asing yang diketahui sudah lama terjun di pasar air minum dalam kemasan (AMDK) gelas dan botol plastik di Indonesia. Dari perkiraan total produksi 5,13 miliar gelas dan 2,7 miliar botol air mineral per tahunnya, Danone Aqua menyumbang masing-masing 587 juta gelas (11 persen) dan 1,3 miliar botol (49 persen).

Sungai Watch juga melaporkan, nyaris separuh dari total sampah plastik yang dianalisa adalah sampah kemasan saset sekali pakai dengan brand perusahaan F&B besar. Dari total 67.000 item, lebih 30 persen berupa saset snack, dan persentasenya setara dengan total sampah saset produk kopi dan mie instan.

“Audit merek seperti yang dilakukan Sungai Watch ini bermanfaat untuk mengedukasi produsen agar lebih bertanggungjawab, terutama untuk menarik kembali produk dan kemasan plastik yang mereka produksi dan terbuang di lingkungan terbuka sebagai sampah,” kata Rofi.

Bukan Hanya di Bali, Sampah Plastik Beredar di Tempat Lain

Ilustrasi sampah botol plastik
Ilustrasi sampah botol plastik. (Shutterstock/Frankvr)

Dominannya sampah produk market leader, bukan hanya menyampah di Bali, tapi juga di banyak tempat lain di Indonesia. Temuan sebuah gerakan global #beakfreefromplastic (BFFP) di Indonesia juga menunjukkan bagaimana sampah plastik market leader bertahan di posisi puncak selama bertahun-tahun.

Dalam laporan #TheBrandAudit2021 mengungkapkan bahwa dari 10 Perusahaan Penyampah Plastik Terbesar di dunia, nama Danone kembali disorot. Laporan ini merupakan hasil kolaborasi para anggota BFFP, para pendukung dan 11.184 relawan yang melakukan 440 brand audit di 45 negara. Mereka berhasil mengumpulkan 330.493 limbah sampah plastik, 58% di antaranya dikenal sebagai brand barang consumer yang dikenal luas.

Dalam laporan terbaru yang dirilis di website mereka, hingga 2022, Danone kembali menempati posisi langganan penyampah terbesar tiap tahun di posisi paling puncak di Indonesia.

Pemerintah Dorong Produsen Ubah Desain Produk Kemasan

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) melalui Permen LHK Nomor 75 Tahun 2019 menargetkan pengurangan sampah hingga sebesar 30 persen pada tahun 2030. Target pengurangan tersebut dilakukan dengan, antara lain mendorong produsen air minum dalam kemasan (AMDK) mengubah desain produk berbentuk mini menjadi lebih besar (Size up) hingga ke ukuran 1 liter, untuk mempermudah pengelolaan sampahnya.

Di samping itu, produsen diminta juga untuk mengimplementasikan mekanisme pertanggungjawaban saat nantinya produk tersebut menjadi sampah (Extended Producers Responsibility/EPR). Dua hal ini, upaya Size up dan EPR oleh produsen masih menjadi tantangan implementasi Permen KLHK No. 75/2019.

Dalam satu acara webinar, Kepala Subdirektorat Tata Laksana Produsen, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Ujang Solihin Sidik, menegaskan kembali bahwa,

“Pemerintah mendorong produsen mengadopsi penghentian (phasing-out) produksi produk dan kemasan pangan dengan wadah plastik mini sebagaimana tertuang dalam Peraturan Menteri LHK Nomor 75 Tahun 2019 tentang Peta Jalan Pengurangan Sampah oleh Produsen.”

Berdasarkan peraturan itu, produsen AMDK didorong untuk mengakhiri (phasing-out) produksi dan peredaran semua kemasan mini di bawah 1 liter, per Desember 2029. Aturan yang sama juga diberlakukan untuk kemasan saset di bawah 50 mililiter.

"Peraturan itu berlaku untuk semua level produsen, baik besar maupun kecil,” kata Ujang Solihin.

Namun dalam implementasinya, lanjut Ujang, target utamanya adalah perusahaan-perusahaan besar karena mereka merupakan kontributor terbesar sampah plastik, terutama market leader di kategorinya. Karena apa yang beredar di pasar, akan terefleksi pada kontribusi terhadap sampah yang ditimbulkan. Hal ini tergambar dalam hasil audit sampah yang telah dilakukan, dimana Danone, yang juga adalah market leader AMDK, terbukti menjadi penyumbang sampah plastik terbanyak.

 

(*)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya