Liputan6.com, Jakarta - Poltracking Indonesia melakukan survei pada lima lumbung suara untuk Pemilu 2024, yaitu Banten, Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah-DIY, dan Jawa Timur. Menurut Direktur Eksekutif Poltracking Indonesia, Hanta Yuda, lima wilayah tersebut dapat menjadi penentu kemenangan kandidat baik itu capres dan cawapres atau pun partai politik.
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan pada 26 November - 2 Desember 2022 dan dengan total 1.000 responden tiap wilayahnya, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) hanya gagal masuk tiga besar di wilayah Banten.
"Di DKI Jakarta, elektabilitas PDI Perjuangan (20,1 persen), Partai Nasdem (14,3 persen), PKS (12,4 persen), Sementara di Banten, elektabilitas tiga besarnya adalah Partai Gerindra (17,6 persen), Partai Nasdem (13,8 persen), Partai Golkar (13,3 persen)," kata Hanta saat membuka rilis survei yang bertajuk Jawa Penentu Kemenangan yang disiarkan secara daring, Kamis (15/12/2022).
Advertisement
Hanta menambahkan, pada tiga wilayah Jawa baik itu Barat, Tengah dan Timur, PDIP mampu masuk tiga besar dengan raihan dua digit suara responden. Pada wilayah Jawa Barat, PDI Perjuangan meraih (15,2 persen), Partai Golkar (14,2 persen), Partai Gerindra (12,9 persen).
Selanjutnya untuk wilayah Jawa Tengah, PDIP menutup ruang suara untuk partai lainnya. Sebab, sebesar 43,1 persen responden survei memilih PDIP. Hanya PKB yang berhasil meraih poin dua digit yaitu sebesar 13,3 persen. Sisanya, hanya berada pada satu digit saja.
Terakhir, pada wilayah Jawa Timur, PDIP harus berbagi suara terhadap PKB. Masing-masing meraih suara sebesar 21,6 persen untuk PKB dan 20,2 persen PDI Perjuangan. Sedangkan partai lainnya hanya meraih satu digit suara responden.
Sebagai informasi, survei ini menggunakan metode multistage random sampling dengan margin of error +/- 3,1 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen dan validasi datanya, membandingkan data demografi hasil survei dengan data sensus Badan pusat statistik tahun 2022.
Â
Â
Survei Poltracking Indonesia: Kuasai 2 dari 3 Wilayah Jawa, Cara Menangkan Pemilu di Indonesia
Direktur Eksekutif Poltracking Indonesia, Hanta Yuda memastikan, siapa pun kandidat yang bisa menguasai Pulau Jawa maka tiket kemenangan Pemilu, baik itu calon presiden dan partai politik.
Dia menyatakan, hal itu disebabkan karena pemilih di Pulau Jawa dapat menguasai total hampir 50% suara se-Indonesia.Â
"Kita bedah secara kuantitatif secara jumlah penduduk dari Aceh sampai Papua secara geografis luas tetapi secara populasi menumpuk di Pulau Jawa dan pemilu kita satu orang punya hak suara pilih satu. Sehingga Jawa kalau yang di data kita 57,4 persen di Pulau Jawa, ini hampir betul 60 persen," kata Hanta saat membuka rilis survei yang bertajuk Jawa Penentu Kemenangan yang disiarkan secara daring, Kamis (15/12/2022).
Dia melanjutkan, suara yang berada di Pulau Jawa jika ditotal hanya mencapai 42,6 persen. Menurut dia perbandingan tersebut cukup timpang jika seorang kandidat sudah bisa mengantongi tiket kemenangan hanya dengan mengamankan suara di Pulau Jawa saja.
"DPT Jawa dan luar Jawa, kita membandingkan Sumatera, Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah Jawa Timur, adalah tiga provinsi lumbung terbesar elektoral," jelas Hanta.
Selanjutnya dia merinci total suara dari masing-masing suara yang ada di tiap pulau di Indonesia.
Â
Advertisement
Pemilih Jawa Barat Setara dengan Seluruh Sumatra
Diketahui, Jawa Barat total memiliki 17,4 persen jumlah pemilih, Sumatera 20,4 persen, Jawa Tengah dan Yogyakarta 16,1 persen, Jawa Timur 16,2 persen, DKI Jakarta 4,1 persen, Banten 4,3 persen, Bali-Nusa Tenggara 5,3 persen, Kalimantan 5,9 persen, Sulawesi 7,0 persen dan Maluku-Papua 3,3 persen.
"Jadi bayangkan saat Jawa Barat hampir setara dengan dengan seluruh Sumatera. Lalu Jawa Timur atau Jawa Tengah melampaui seluruh Kalimantan yang hanya 5,9 persen dan Sulawesi yang hanya 7 persen," kata Hanta.
Hanta memastikan, rincian angka tersebut menunjukkan bahwa siapa pun yang bisa memenangkan dua wilayah di antara tiga jawa, timur, barat dan tengah maka dapat memenangkan kontestasi Pemilu.
"Pak Jokowi misalnya 2014 dan 2019 menang di Jawa Tengah basisnya dan Pak Prabowo menang di Jawa Barat, tapi Jawa Timur di menangkan Pak Jokowi dengan keunggulan 1-2 juta suara pemilih, maka pak Jokowi bisa jadi pemenangnya dan itu bisa menutup kekalahan di provinsi lainnya seperti di Sumatera Pak Jokowi kalah," pungkas Hanta..