Indonesia Punya Basis Demokrasi Sendiri, Berpegang dengan Pancasila

Megawati Institute menggelar diskursus, soal demokrasi di ASEAN dengan membedah buku berjudul “The Meaning of Democracy in Southeast Asia yang ditulis Diego Fossati pada tahun 2023.

oleh Muhammad Radityo Priyasmoro diperbarui 06 Feb 2023, 15:15 WIB
Diterbitkan 06 Feb 2023, 15:15 WIB
Direktur Eksekutif Megawati Institute Arif Budimanta
Direktur Eksekutif Megawati Institute Arif Budimanta menyebut kalau Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) punya peran penting dalam lahirnya ekonomi Pancasila.

Liputan6.com, Jakarta Megawati Institute menggelar diskursus, soal demokrasi di ASEAN dengan membedah buku berjudul “The Meaning of Democracy in Southeast Asia yang ditulis Diego Fossati pada tahun 2023.

Menurut Direktur Eksekutif Megawati Insititute Arif Budimanta, diskusi akan dibedah oleh Gusti Ragananta, alumnus University of Tokyo dan Reno Konconegoro peneliti dari Sigmaphi.

“Yang kita bahas kali ini adalah the meaning of Democracy in Southeast Asia jadi membahas ini soal liberalisme, egalitarianisme dan partitipation yang diterbitkan oleh Cmbridge University di tahun 2023,” ujar Arif saat membuka diskusi yang disiarkan daring, Senin (6/1/2023).

Dia menambahkan, berbicara mengenai Asia Tenggara (ASEAN) banyak hal yang bisa dipetik pemaknaannya dari sebuah proses demokrasi.

Mulai dari demokrasi yang berbasis deliberatif, substantial mau pun varian demokrasi lainnya seperfi fraud democracy juga prosedural democracy.

“Indonesia kita tahu memiliki pilihan dan jalan sendiri dalam penempuhan aspek demokrasi yang sudah dituangkan oleh para pendiri bangsa, yaitu demokrasi yang berlandaskan nilai-nilai Pancasila,” jelas Arif.

“Jadi boleh dikatakan demokrasi di Indonesia basisnya counter terhadap demokrasi model liberalisme,” tegas dia.

 


Hal Yang Menarik

Arif meyakini, demokrasi berlandaskan Pancasila yang dijalani oleh Indonesia menjadi hal menarik yang dibedah oleh Gusti dan Reno dalam tiga aspek.

Pertama, aspek partisipasi, kedua aspek liberalisme, dan ketiga aspek egaliterianisme.

“Ini menarik dalam proses hasil kajian dari dua intelektual ini sampai dengan konteks penelitian ini selesai di berbagai wilayah di ASEAN dan kita bisa membuat komparasi tentang jalan demokrasi tersebut,” dia menutup.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya