Liputan6.com, Jakarta Masalah sampah plastik menjadi salah satu permasalahan lingkungan yang mengkhawatirkan. Bagaimana tidak, hanya 10% dari 18,12% sampah jenis plastik yang dapat didaur ulang.
Sisanya, sudah pasti tercampur dengan sampai lain atau bahkan bocor ke lingkungan hingga ke sungai dan laut. Berkaitan dengan hal tersebut, Pemerintah melakukan berbagai upaya meningkatkan rasio daur ulang plastik.
Baca Juga
Salah satunya adalah mendorong industri pengguna kemasan plastik untuk berinovasi lewat desain kemasan yang mudah dikumpulkan dan didaur ulang, seperti yang dilakukan Coca-Cola Europacific Partners Indonesia, melalui PT. Amandina Bumi Nusantara dan Yayasan Mahija Parahita Nusantara.
Advertisement
Mereka berkolaborasi mendirikan fasilitas daur ulang plastik PET di kawasan Industri Cikarang, Jawa Barat pada Rabu (8/2). Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut B. Pandjaitan menghadiri acara peresmian pabrik daur ulang botol plastik.
Dalam sambutannya, Menko Luhut berharap agar setiap upaya yang dilakukan di dunia usaha dapat bersinergi dengan program Pemerintah. Dengan begitu, masing-masing dapat mendukung pencapaian target penanganan sampah.
"Pencapaian target penanganan sampah laut sebesar 70% pada 2025. Dalam empat tahun terakhir (2018-2022) tercatat terjadi pengurangan masuknya sampah plastik ke laut sebesar 35,5%. Pemerintah juga mendorong kerja sama dengan berbagai mitra pembangunan untuk memperbaiki tata kelola penanganan sampah domestik di tingkat pemerintah daerah," ujar Menko Luhut.
Sampah Plastik Jadi Perhatian Dunia
Menko Luhut juga menjabarkan mengenai poin utama dalam kolaborasi di berbagai pihak, mulai dari elemen pemerintah, masyarakat, dunia usaha, pendaur-ulang, hingga juga produsen yang menghasilkan produk kemasan berbahan plastik. Menurutnya, kolaborasi itu diharapkan dapat menciptakan iklim kondusif bagi pengelolaan sampah plastik yang lebih baik dan menguntungkan semua pihak, serta mendorong investasi hijau.
Selain bermanfaat untuk lingkungan terutama di Indonesia, lanjut Menko Luhut, masalah plastik juga menjadi perhatian dunia. Badan PBB yang mengurusi isu lingkungan United Nations Environment Programme (UNEP), dijelaskannya, telah mengeluarkan resolusi yang mendorong disepakatinya instrument global yang mengatur pengurangan polusi sampah plastik, termasuk sampah plastik di laut.
Menko Luhut juga menyampaikan pada saat menghadiri pertemuan World Economic Forum di Davos, Swiss yang lalu, dia sempat bertemu dengan beberapa Menteri Lingkungan dan perwakilan pemerintah berbagai negara serta para CEO terkemuka untuk membicarakan isu sampah plastik ini.
"Pemerintah Indonesia telah menunjukkan berbagai aksi konkrit dalam pengelolaan persampahan yang di rekognisi oleh negara lain, antara lain melalui pembangunan fasilitas RDF (Refuse Derived Fuel) dan TPST (Tempat Pengolahan Sampah Terpadu) dengan melibatkan juga investasi dunia usaha," jelas Menko Luhut.
Di sisi lain, Menko Luhut juga sangat mengapresiasi adanya peresmian fasilitas daur ulang plastik PET oleh Coca-Cola Europacific Partners Indonesia yang mendukung program Pemerintah dalam mendaur ulang botol plastik. Dia berharap upaya tersebut dapat menjadi contoh bagi industri-industri sejenis lain sebagai bagian dari komitmen terhadap perbaikan kualitas lingkungan.
“Para produsen diharapkan agar dapat meningkatkan komitmennya dalam melakukan pengurangan sampah plastik dengan mengedepankan prinsip ekonomi sirkular, agar kita mampu mengambil manfaat dari kegiatan daur ulang. Saya ingin menggarisbawahi bahwa masalah ini harus menjadi perhatian semua pihak, dan juga kita semua harus mampu melihat peluang atas masalah ini, karena masih banyak sampah plastik yang bisa kita optimalkan pengumpulannya untuk dimasukan ke dalam ekosistem daur ulang,” tutup Menko Luhut.
(*)
Advertisement