Liputan6.com, Jakarta - Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta Widyastuti mengaku, pihaknya masih mendalami penyebab kasus baru gagal ginjal akut pada anak atau Gagal Ginjal Akut Progresif Atipikal (GGAPA). Ia menjelaskan, banyak faktor penyebab penyakit tersebut.
"Tahun ini memang ada dua laporan anak dengan kelainan atau gangguan ginjal. Nah kita tahu secara teori, penyebab tuh kan banyak. Kami bersama dengan tim dari RSCM, Kemenkes, berproses melakukan pendalaman apa penyebabnya," kata Widy saat ditemui di Balaikota DKI Jakarta, Kamis (9/2/2023).
Widy juga tak ingin memberikan penjelasan terkait perkembangan penyelidikan yang dilakukannya untuk mengetahui penyebab munculnya kasus baru ini. Ia justru mengatakan, pihaknya fokus mengobati pasien suspek agar kondisinya tak menjadi lebih parah.
Advertisement
"Yang lebih penting adalah bagaimana sesegera mungkin melakukan penanganan. Mencari penyebab itu kan panjang. Yang penting mengatasi, mengobatinya dulu supaya tidak menjadi lebih berat," ujar Widy.
Meskipun demikian, ia mengklaim kondisi pasien suspek yang tengah dirawat di RSCM membaik.
"Terpantau dengan baik di RSCM. Sudah ada dokter yang menangani," tambah Widy.
Sebelumnya, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) kembali mendapatkan laporan kasus baru Gangguan Ginjal Akut Progresif Atipikal (GGAPA) di Jakarta. Padahal, tak ada tambahan kasus sejak Desember 2022.
Namun, Menkes Budi Gunadi Sadikin menuturkan, salah satu temuan di Jakarta bukan kasus gagal ginjal akut. Satu kasus gagal ginjal akut sempat dirawat di RSCM, tetapi karena terlambat pada akhirnya meninggal dunia.
"Yang satu sudah di-confirm tidak, yang satu confirm iya dan yang confirm gagal ginjal akut ini yang diterima di RSCM sudah terlambat, jadi kita kasih treatment fomipizol karena obatnya udah ada, sudah terlambat, sehingga pada hari yang sama dia wafat," ujar Budi di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu 8 Februari 2023.
Ditemukan Kandungan EG dan DEG
Kemenkes juga telah mengambil sampel dari anak tersebut dan dikirimkan ke Labkesda DKI Jakarta. Hasilnya, ditemukan kandungan EG dan DEG yang melebihi ambang batas.
Namun, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM RI) mengungkapkan, obat sirop yang dikonsumsi pasien baru gagal ginjal akut terbukti aman. BPOM menjelaskan, pihaknya telah menguji tujuh sampel termasuk bahan baku sorbitol di obat sirup.
"Hasil pengujian menunjukkan seluruh sampel yang diuji memenuhi syarat. Artinya, sirop obat memenuhi persyaratan ambang batas asupan harian sehingga aman digunakan sesuai aturan pakai," kata Direktur Pengawasan Produksi Obat, Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor BPOM, Togi Junice Hutadjulu dalam konferensi pers, Rabu 8 Februari 2023.
Advertisement