Liputan6.com, Jakarta - Viral kisah cinta pilu yang dialami pria asal India di jagat maya. Pria asal India bernama Asib Ali Bhore asal Uttar Pradesh India tidak dapat melamar sang kekasih Syarifah Khaerunnisa.
Padahal demi sang kekasih, Asib Ali Bhore melakukan perjalanan jauh dari India ke Desa Rumpia, Kecamatan Majauleng, Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan.
Baca Juga
Dikutip Kanal News Liputan6.com, dari Kapolres Wajo, AKBP Fatchur Rahman menceritakan, Asib Ali Bhore dan Syarifah Khaerunnisa pertama kali berkenalan lewat sebuah grup WhatApp bernama “Hijrah”. Asib Ali Bhore dan Syariah Khaerunnisa pun makin akrab dan memutuskan menjalin hubungan sebagai pasangan kekasih.
Advertisement
"Keduanya pertama menjalin hubungan komunikasi melalui Grup Whatapp Hijrah pada 2021,” tutur dia.
Selama berpacaran, Asib Ali Bhore kirim uang kepada Syarifah sebanyak empat kali. Fatchur menyebutkan jumlah dana yang ditransfer sekitar Rp 10 juta.
Fatchur juga membenarkan kalau Asib Ali Bhore tiba di Kota Sutra, julukan Kabupaten Wajo, pada Jumat malam, 17 Februari 2023. Ia sempat diamankan oleh pihak Polsek Majauleng untuk diminta keterangan. Asib Ali Bhore mengatakan kalau dia sengaja dating untuk menemui gadis pujaan hatinya yang telah menjalin hubungan jarak jauh dengan dirinya.
“Ia mau melamar pacarnya warga Majuleng Namanya Syarifa Khaerunnisa,” tutur dia.
Namun, orangtua Syarifah menolak pinangan Asib Ali Bhore. Lantaran Syarifah telah dijodohkan kepada pria lain. “Orangtuanya menolak dan tidak menyetujui rencana WNA India ini untuk menikahi anaknya, katanya anaknya telah dijodohkan dengan pria lain,” ujar Fatchur.
Terkait uang yang sudah ditransfer pun, Ali menolak untuk digantikan. Saat ini, Asib Ali Bhore telah kembali ke kampung halaman.
Mengenal Wajo, Daerah Penghasil Kain Sutra
Seiring viral Pria India yang ditolak tersebut, nama Wajo Sulawesi Selatan menyita perhatian. Ternyata wilayah ini juga simpan hal yang menarik. Ingin tahu apa saja?
Mengutip dari sulselprov.go.id, Wajo termasuk salah satu daerah penghasil kain sutra terbesar di Sulawesi Selatan. Nama Wajo berarti bayangan atau bayang-bayang (wajo-wajo) yang berasal dari Bahasa Bugis.
Kabupaten Wajo memiliki ibu kota di Sengkang yang terletak di bagian tengah Provinsi Sulawesi Selatan dan berjarak kurang lebih 250 km dari Makassar, ibu kota Sulawesi Selatan. Sengkang merupakan penghasil sutera terbesar di Sulawesi Selatan.
Mengutip dari kanal djkn.kemenkeu.go.id, hampir seluruh wilayah pada Kabupaten Wajo terdapat petani ulat sutera hingga perajin tenun sutera. Di salah satu desa ada yang disebut Desa Pakanna dan mendapatkan julukan sebagai kampung penenun.
Dikutip dari Kanal Lifestyle Liputan6.com, kain tenun Sengkang menjadi tradisi turun temurun yang dilakukan masyarakat asli Kota Sengkang. Zaman dahulu, kain ini hanya diproduksi untuk keperluan pribadi.
Namun, kain ini juga digunakan untuk mendidik anak perempuan pada masyarakat Bgus karena terdapat anggapan jika orang Bugis tidak pandai menenun, dianggap belum sempurna.Adapun untuk motif kain tenun Sengkang memiliki motif garis-garis dengan garis-garis vertikal dan motif kembang. Pembuatan kain ini memakai benang sutera dengan warna mencolok.
Advertisement
Geografis Kabupaten Wajo
Kabupaten Wajo memiliki batas wilayah di sebelah utara di Kabupaten Luwu dan Kabupaten Sidrap, sebelah selatan di Kabupaten Bone dan Soppeng, sebelah timur di Teluk Bone, dan sebelah barat di Kabupaten Soppeng dan Sidrap.
Daerah tingkat II Sulawesi Selatan ini diperkirakan berpenduduk kurang lebih 400.000 jiwa. Sejak 2000 terjadi pemekaran di Wajo sehingga terdapat 14 kecamatan dari sebelumnya 10 kecamatan. Selain itu, terdapat 142 desa dan 48 kelurahan.
Adapun luas wilayah Kabupaten Wajo Sulawesi Selatan mencapai 2.506,19 KM 2 atau 4,01 persen dari luas Sulawesi Selatan dengan masing-masing pemakaian lahan terdiri dari lahan sawah 86.297 hektar atau 34,43 persen dan lahan kering 164.322 hektar atau 65,57 persen.
Selain itu, Danau Tempe juga berada sekitar 7 kilometer dari Kota Sengkang. Di pinggir danau ditemui perkampungan nelayan di sepanjang tepi danau. Danau ini menjadi habitat ikan air tawar antara lain gabus, sepat siam dan betok. Luas danau tercatat 13.000 hektare dan rutin digelar acara ritual nelayan bernama Maccera Tappareng. Acara ritual ini merupakan upacara menyucikan danau dengan mengadakan berbagai atraksi wisata.
Penulis: Faozan
Sumber: Regional Liputan6.com