Waketum Demokrat: Upaya Penundaan Pemilu 2024 Nyata, Saya Bisa Buktikan

Wakil Ketua Umum Partai Demokrat, Benny Kabur Harman menyebut indikasi penundaan pemilihan umum atau Pemilu 2024 itu ada dan nyata.

oleh Liputan6.com diperbarui 13 Mar 2023, 10:51 WIB
Diterbitkan 13 Mar 2023, 03:03 WIB
Korupsi NTT
Waketum Partai Demokrat, Benny Kabur Harman (Liputan6.com/Ola Keda)

 

Liputan6.com, Jakarta - Wakil Ketua Umum Partai Demokrat, Benny Kabur Harman menyebut indikasi penundaan pemilihan umum atau Pemilu 2024 itu ada dan nyata. Seragam indikasi itu dilakukan agar dapat melenggangkan kekuasaan saat ini, agar bisa berkuasa lebih dari 2024.

"Apakah ada itu? Ada. Saya bisa buktikan. Saya bisa tunjukkan indikasi-indikasinya," kata Benny saat acara diskusi BroNies salah satu ormas pendukung Anies, di kawasan Jakarta Timur, Minggu (12/3/2023).

Lantas, Benny menyebut indikasi yang dimaksud adalah adanya usulan dari berbagai tokoh yang mengamini adanya penundaan pemilu, termasuk para menteri. Tanpa menyebut nama, ia meyakini jika usulan penundaan pemilu pasti muncul dari niat penguasa.

"Apa indikasi yang paling nyata? Ketua umum-ketua umum partai politik udah ngomong, kan gitu, pembantu-pembantu menteri juga. Kalau pembantu presiden ngomong berarti niat itu datang dari presiden. Masa mau bohong-bohongan lagi," tuturnya.

Termasuk, Benny menanggapi isu terkini atas vonis majelis PN Jakarta Pusat yang mengabulkan gugatan dari Partai Prima melawan KPU. Dengan meminta tahapan Pemilu 2024 tidak dilanjutkan dan kembali melakukan tahap verifikasi ulang.

"Jadi kalau semua itu hakim PN pusat yang menunda pemilu emang dia datang begitu saja? Ini kerja sistematis dari kelompok tadi. Jadi menurut saya pada saat ini ada kelompok yang diorganisasikan secara rapi dengan dukungan moral yang sangat kuat untuk menunda pemilu untuk melanggengkan kekuasaan," ujarnya.

Lebih lanjut, Benny juga kembali menyinggung sebuah cerita dikala Presiden Soekarno yang ternyata juga menginginkan menjadi presiden seumur hidup. Atas adanya usulan-usulan dari sejumlah tokoh kepada Presiden Pertama tersebut.

"Seperti tahun 60an Bapak Presiden Soekarno didatangi oleh tokoh tokoh politik. Bapak orang hebat. Itu kata mereka. lalu apa maksudnya? Kalau bisa, bapak bersedia menjadi pemimpin revolusi. Oke, kalau revolusi saya mau," kata Benny seraya tirukan percakapan.

"Lalu apalagi? Pemimpin seumur hidup. Lalu Bapak Soekarno mengatakan kalau kedua ini. Mungkin aku mau tetapi jangan aku yang ngomong. Karena ini sejarah, bukan omongan saya. Baca buku, baca buku," tambahnya.

 

 

Buat Gerakan Tolak Tunda Pemilu

Adanya fakta sejarah ini, dinilai Benny, seperti yang terjadi saat ini. Ketika adanya percobaan melanggengkan kekuasaan dengan memakai suara orang-orang di sekitar penguasa, seperti yang terjadi kepada Soekarno.

"Persis itu yang dilakukan sekarang ini. Presiden tiga periode, perpanjangan masa jabatan presiden ditanya, tidak. Tetapi orang orang sekitarnya tetap menyuarakan perpanjangan masa jabatan, menunda pemilu dengan alasan yang tidak masuk akal lagi," kata dia.

Sehingga, Benny berharap masyarakat dapat membuat sebuah gerakan agar tetap menolak adanya upaya-upaya menunda pemilu. Karena, mau sebaik apa pun penguasa, pemilu harus tetap dijalankan selama lima tahun sekali sebagaimana amanat konstitusi.

 

Reporter: Bachtiarudin Alam/Merdeka.com

Infografis Usulan Partai Prima dan KPU Berdamai Terkait Penundaan Pemilu 2024. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Usulan Partai Prima dan KPU Berdamai Terkait Penundaan Pemilu 2024. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya