Liputan6.com, Jakarta Pemandangan di Sentra Efata Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT) tampak ramai pada Minggu (18/6/2023). Anak remaja sampai orangtua terpecah di beberapa ruangan. Mereka adalah peserta yang diundang Kementerian Sosial (Kemensos) untuk mengikuti pelatihan.
Menteri Sosial (Mensos) Tri Rismaharini mempunyai program pelatihan kewirausahaan yang ditujukkan bagi kalangan menengah bawah supaya bisa hidup mandiri.
Baca Juga
Salah satu ruangan dengan luas 9 meter x 8 meter diisi oleh peserta menjahit. Di sudut ruangan, berdiri seorang pria berkacamata memberikan pengarahan. Dia adalah Cahya budi saptono (31).
Advertisement
Cahya meminta peserta menempelkan pola-pola sudah digambar menggunakan paku-paku kecil. "Diberi jarak dua senti baru dipotong," kata Cahya membimbing.
Cahya merupakan seorang desainer yang mengajarkan menjahit. Dia diminta langsung Mensos Risma untuk membantu pemberdayaan masyarakat terutama di bidang jahit.
Cahya dengan sabar dan telaten mendidik mereka yang telah dianggap seperti saudara bukan murid. Sebagaimana visi dan misi dari Mensos Risma yang menginginkan mereka bisa hidup mandiri dan tidak bergantung pada bantuan pemerintah.
Keterampilan jadi bekal mereka menjalankan usaha. Di Kupang, lebih dari 33 peserta mengikuti kelas menjahit. Cahya membagi menjadi dua kelas dasr dan kelas mahir
"Karena ada beberapa yang mereka sama sekali tidak tahu," ujar dia.
Adapun, Cahya menerangkan kelas dasar diajarkan mulai dari mengukur sampai menjadi baju.
Sementara, kelas mahir materinya lebih menitikberatkan pada pengembangan desain mereka untuk meningkatkan hasil produktifitas.
"Dari segi ekonomi, segi tampilan dan juga nanti customer bisa lebih banyak. Harapan bisa seperti itu," ujar dia.
Kali ini pelatihan condong diarahkan membuat baju wanita karena kebutuhan dari pakaian wanita juga cukup banyak.
"Jadi kalau kita bisa olah kan lumayan," ujar dia.
Anak Muda di Kupang Punya Potensi Besar
Cahya pun melihat anak-anak muda di Kupang punya potensi sangat besar bisa dikatakan bak mutiara terpendam. Mereka perlu sentuhan orang-orang tertentu supaya bisa mendalaminya.
"Kalau kita bisa asah lagi potensinya sangat besar terutama untuk wilayah NTT. Kami berikan pengertian lagi bahwa jahit itu tidak melulu ini ini saja," ujar dia.
"Saya dorong untuk berusaha berdiri sendiri di tempat mereka. Kan lebih enak kalau mereka jadi tuan dan nyoya di tempat mereka sendiri," tandas dia.
Â
Dirasa Bermanfaat
Peserta Pelatihan, Ovince Lodoh (48) ditinggal suami tercinta pada 2016 silam. Semenjak itu harus berjuang seorang diri membesarkan anak semata wayang. Ovince mengantungkan hidupnya dengan mesin jahit.
Hampir tiap hari, Ovince melayani pelanggan yang ingin memotong celana, mengecilkan baju atau memperbaiki pakaian yang robek. Ovince belum begitu mahir.
Makanya, Ovince menyambut baik adanya pelatihan menjahit yang dipelopori oleh Kementerian Sosial (Kemensos).
"Mau belajar ini buat pola sendiri buat baju sendiri dari instrukstur," ujar dia
Ovince mengatakan, pelatihan dinilai cukup menambah pengetahuan menjahit. Meski, diakui membuat pola gaun terbilang agak sulit.
Tetapi, Ovince yakin ilmu-ilmu yang diberikan oleh instruktur pelatihan sangat bermanfaat.
"Harapan bisa mahir buat pola begitu," ujar dia.
Advertisement