Di Acara Wayang PDIP, Hasto Kaitkan Kisah Prabu Jarasanda dengan Pengadaan Senjata

Hasto Kristiyanto mengatakan, wayang merupakan sebuah ritual kehidupan yang bisa memberi pelajaran, misalnya soal bagaimana bisa mengalahkan kejahatan dengan kebaikan.

oleh Liputan6.com diperbarui 28 Jul 2023, 23:05 WIB
Diterbitkan 28 Jul 2023, 22:40 WIB
Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto Saat menghadiri pagelaran wayang kulit di halaman masjid At-Taufiq, Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Jumat (28/7/2023).
Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto Saat menghadiri pagelaran wayang kulit di halaman masjid At-Taufiq, Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Jumat (28/7/2023). (Foto: Dokumentasi PDIP)

Liputan6.com, Jakarta - Sekretaris Jenderal (Sekjen) DPP PDI Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto mengatakan, wayang merupakan sebuah ritual kehidupan yang bisa memberi pelajaran, misalnya soal bagaimana bisa mengalahkan kejahatan dengan kebaikan.

Adapun itu disampaikan dalam sambutannya di pergelaran Wayang Kulit Dalang 3 di Halaman Masjid At-Taufiq, di depan Sekolah Partai Lenteng Agung, Jakarta, Jumat (28/7/2023) malam, dalam rangka Refleksi Kasus 27 Juli dengan jalan kebudayaan.

“Wayang adalah ritual kehidupan. Di dalam wayang ini kita tidak hanya menangkap seluruh falsafah tentang budi pekerti, tentang tugas satria di dalam melawan angkara murka,” kata Hasto.

Dia menuturkan, keangkaramurkaan itu bisa diluluhlantahkan ketika seorang ksatria itu menyatu dengan Punokawan yang merupakan simbol dari rakyat miskin atau Wong Cilik yang terus diperjuangkan oleh PDIP.

Hasto meringkas, bagaimana lakon wayang kali ini menceritakan seorang raja bernama Prabu Jarasanda yang ingin menaklukkan 100 kerajaan. Dia lantas berkelakar dengan Connie yang menyebut sudah ada seorang calon pemimpin yang berambisi ingin menaklukkan dunia sebelum di Jerman ditemukan teori Lebensraum.

“Menaklukkan dunia yang tentu saja dengan perlengkapan senjata. Hanya saja senjatanya ini baru atau bekas itu tidak disebutkan dalam cerita wayang ini,” kelakarnya.

Dia juga menyebut, di dalam pengadaan senjata untuk menaklukkan kerajaan tersebut dengan membangun tentara hebat.

“Jadi bukan membentuk PT kecil yang isinya saudara-saudara dari kerajaan ini, bukan. Tetapi dengan membentuk bala tentara yang hebat. Akhirnya 97 raja bisa ditaklukkan, tinggal 3 yang belum ditaklukkan, yaitu namanya Prabu Baladewa, Prabu Kresna, dan Prabu Kuntadewa,” ungkap Hasto.

Ambisi Kuat Prabu Jarasanda

Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto Saat menghadiri pagelaran wayang kulit di halaman masjid At-Taufiq, Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Jumat (28/7/2023).
Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto Saat menghadiri pagelaran wayang kulit di halaman masjid At-Taufiq, Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Jumat (28/7/2023). (Foto: Dokumentasi PDIP)

Dia juga mengungkapkan, Prabu Jarasanda ini memiliki ambisi kuat, yang dimana menggunakan jurus devide et impera.

“Ini yang juga dilakukan oleh raja yang mempunyai ambisi yang besar tersebut. Nanti ambisi ini bisa dikalahkan dengan perang tanding. Jadi dalam cerita wayang, kalau namanya raja punya ambisi caranya dengan perang tanding. Dengan debat, menyampaikan narasi masa depan. Kalau dulu kan perang fisik adu kekuatan, adu kesaktian. Kalau sekarang itu dengan menyampaikan suatu narasi yang baik, suatu ujaran kebenaran, suatu karakter yang baik yang ditampilkan,” cerita Hasto.

“Jadi itulah kesaktian-kesaktian raja masa kini yang ingin menjadi pemimpin nasional dengan perang tanding. Jadi yang disampaikan debat-debat tentang visi misi itu yang memang harus disampaikan,” sambungnya.

Hasto juga menceritakan, bahwa dengan perang tanding ini, seorang pemimpin juga akan menunjukan jiwa ksatrianya.

“Kemudian dengan perang tanding ini, jiwa ksatria diperlihatkan. Enggak ada itu yang namanya Werkudara mau maju perang dia nempel ke Kresna. Enggak ada dalam cerita wayang. Kalau mau perang, ksatria ini berhadapan dengan baik,” kata Hasto.

Karena itu, dari wayang ini belajar nilai-nilai keutamaan seorang ksatria.

“Seorang ksatria yang punya ambisi menaklukan dunia sekalipun itu akan menebarkan nilai-nilai ksatriannya itu. Dia bukan orang yang suka melakukan gerakan devide et empera,” ungkap Hasto.

Hasto Bicara Cawapres Pendamping Ganjar

Pada kesempatan yang sama, Dosen Universitas Pertahanan (UNHAN) ini turut berbicara mengenai keyakinan bakal Capres 2024 Ganjar Pranowo yang disebutnya sebagai sosok tepat untuk membangun Indonesia ke depan.

Awalnya, Hasto dalam pidato mengapresiasi kehadiran Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (MenPAN-RB) Abdul Azwar Anas.

Pria kelahiran Yogyakarta itu mengatakan kehadiran Azwar Anas di kabinet era pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) memberi angin segar terhadap perbaikan birokrasi di Indonesia.

Namun kemudian, dia menyinggung sosok Ganjar yang sebelum ditetapkan oleh Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri sebagai Bakal Capres 2024 menjabat kepala daerah, yakni Gubernur Jawa Tengah.

"Jadi, kalau pak Ganjar itu diputuskan sebagai calon capres oleh Ibu Megawati, sebagai capres, beliau, kan, pengalaman sangat luas, DPR RI dua periode, gubernur dua periode," ujar Hasto.

Dia melanjutkan saat ini publik menunggu sosok yang tepat mendampingi Ganjar dan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri yang akan menentukan bakal Cawapres 2024 itu.

"Tinggal sekarang dengan momentum yang tepat, mari doakan bersama-sama, Ibu Megawati akan menentukan siapa yang akan mendampingi Pak Ganjar Pranowo untuk mencari cawapres yang tepat," katanya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya