Mendag: Harga Bahan Pokok Sudah Stabil, Telur Masih Mahal

Zulhas mengatakan harga kebutuhan pokok seperti cabai, bawang, dan beras stabil juga telur sekarang kian mahal.

oleh Elza Hayarana Sahira diperbarui 30 Jul 2023, 14:09 WIB
Diterbitkan 30 Jul 2023, 14:09 WIB
Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan atau Zulhas meninjau harga sejumlah barang kebutuhan pokok (bapok) di Pasar Seketeng, Sumbawa Nusa Tenggara Barat (NTB), Jumat (7/7) (Istimewa)
Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan atau Zulhas meninjau harga sejumlah barang kebutuhan pokok (bapok) di Pasar Seketeng, Sumbawa Nusa Tenggara Barat (NTB), Jumat (7/7) (Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan alias Zulhas mengakui harga telur saat ini sedang tinggi. Hal itu disampaikannya di kantor Kementerian Perdagangan, Jakarta Pusat, sesaat sebelum mengikuti Jalan Sehat Bappebti, Minggu (30/7/2023) 

Selanjutnya, Zulhas mengatakan harga kebutuhan pokok seperti cabai, bawang, dan beras stabil juga telur sekarang kian mahal. 

"Harga-harga sudah stabil (seperti) cabai, bawang, dan beras. Memang masih mahal itu telur ayam, masih Rp 31 ribu per kilogram," jelas Mantan Menteri Kehutanan itu.

Kemudian, selaicabai, bawang, beras, dan telur, Zulhas juga menyinggung soal harga ayam. 

"Ayam sudah Rp 39 ribu - Rp 40 ribu, sudah hampir normal. Kalau Rp 38 ribu - Rp 39 ribu itu normal,” ucapnya.

Untuk informasi, data Pusat Information Harga Pangan Strategis (PIHPS) Nasional, harga telur ayam naik Rp 200, menjadi Rp 32.150 per kilogram.

Sebelumnya, Direktur Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi mengatakan, tingginya harga telur ayam menjadi pemicu yang tak terhindar kan. Hal ini disebabkan oleh kenaikan biaya produksi yang membebani produsen. Menurut Arief, hal ini terjadi di seluruh dunia.

Ia mengungkapkan, adanya volatilitas harga telur ayam kampung dan daging ayam di pasar mendekati keseimbangan baru. 

Sebelumnya, Direktur Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi mengatakan, tingginya harga telur ayam menjadi pemicu yang tak terhindarkan.

Hal ini disebabkan oleh kenaikan biaya produksi yang membebani produsen. Menurut Arief, hal ini terjadi di seluruh dunia.

Ia mengungkapkan, volatilitas harga telur ayam kampung dan daging ayam di pasar mendekati keseimbangan baru. 

"Kenaikan harga dipengaruhi misalnya dengan naiknya harga DOC yang sebelumnya Rp. 5.000 saat ini sampai Rp 8.000 per ekor. Harga jagung dulu Rp 3.150 per kg saat ini Rp 5.000 per kg. Bahkan sebelumnya sampai di atas Rp. 6.000 per kg," lanjutnya.

karena itu, kata Arief, tugas bersama adalah menjaga harga yang wajar di tiga sisi, yaitu di tingkat produsen, pedagang, dan konsumen, sebagaimana arahan Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Peternak Ayam Banyak Merugi

Arief mengatakan saat itu, Januari 2023, peternak ayam broiler merugi banyak dan harus tutup karena biaya produksi tidak sesuai dengan harga jual. 

"Nah, ini harus kita urai satu per satu. Jangan sampai harga murah di atas kertas, tapi sedulur peternak bangkrut, malah tidak ada telur nanti di masyarakat,"jelas Arief.

Arief tidak ingin para produsen ini berhenti berproduksi. Sebab, jika hal tersebut terjadi, maka neraca akan defisit.

Jika neraca defisit, kebutuhan protein unggas produksi dalam negeri tidak bisa dipenuhi. Dia mengatakan, itu adalah sesuatu yang dia coba hindari.  

"Saat ini waktunya kita men-support Peternak Ayam Broiler dan Peternak Ayam Petelur agar mendapatkan harga yang baik. Sambil kita kontrol harga di tingkat konsumen bersama sama," pungkas Arief.

INFOGRAFIS: Daftar Bansos 2021, Dari Kartu Sembako Hingga Prakerja (Liputan6.com / Abdillah)
INFOGRAFIS: Daftar Bansos 2021, Dari Kartu Sembako Hingga Prakerja (Liputan6.com / Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya