Liputan6.com, Jakarta - Sebanyak 40 kartu keluarga (KK) Kelompok Tani warga Kampung Bayam nekat menghuni Kampung Susun Bayam, Tanjung Priok, Jakarta Utara tanpa pasokan listrik dan air sejak 29 November 2023 lalu.
Puluhan KK warga tersebut menghuni Kampung Susun Bayam yang ada di kawasan Jakarta International Stadium (JIS) itu tanpa izin dari PT Jakarta Propertindo (Jakpro) selaku pengelola.
Advertisement
Baca Juga
Ketua Kelompok Tani Muhammad Furqon mengatakan, aksi tinggal tanpa izin ini merupakan bentuk protes kepada pemerintah lantaran mereka tak kunjung bisa menghuni Kampung Susun Bayam secara legal.
Advertisement
"Sudah dari tanggal 29 November. Kalau mempertanyakan ada izin, pertama ya kan ini bukan satu alasan. Ini darurat. Kita membuat surat pertemuan dengan Pj (Gubernur Jakarta) sampai kita sambangi ke Balai Kota, tidak pernah digubris," kata Furqon ketika dihubungi, Senin (18/12/2023).
Dia berujar, para warga terpakasa tinggal di kampung susun tanpa listrik dan air. Ia menduga Jakpro, sengaja tak memberikan pasokan listrik dan air kepada mereka.
"Sebelum tanggal 13 (Maret) kita selalu nengok ke sini karena kita sambil berupaya juga kan. Dulu 24 jam listrik, air nyala. Jarak dari rusun ke JIS, ke titik air saja, tempat itu WC komunal dimatikan semua. Ketika kita nampung air, ditumpahkan sekuriti," ujar Furqon.
Ia mengklaim, kelompoknya tak menerobos masuk agar dapat menghuni di kampung susun tersebut. Mereka masuk melalui pintu yang memang terbuka.
"Ya akal-akalan kami saja yang penting prinsipnya ini rumah kami dan kami tidak merusak, begitu saja. Lewat pintu lah, ada juga yang memang sudah terbuka, sebisa kami lah," ucap Furqon.
Â
Sempat Didatangi Polisi
Lebih lanjut, Furqon bercerita bahwa mereka sempat didatangi polisi pada 12 Desember lalu. Ia merasa diintimidasi karena hal tersebut.
"Yang pertama kami tidak menyadari pas tanggal 10 jam 21.30, kita nggak tahu (dari mana) berbondong-bondong penuh dengan keamanan. Di situ lah mereka menyatakan kasihan banget belum ada penerangan, artinya rasa haru mereka lah. Jadi kita nggak curiga juga," cerita Furqon.
"Dia bilang sambil ngelus anak-anak, 'Sabar ya, Pak, semua ibu-ibu, terutama anak-anak dalam 2-3 hari ini kita upayakan nyala lampu air semua'. Tiba-tiba kenapa tanggal 12 bukan perkataan manis mereka tapi kami dibawain tim forensik bahwa terjadi perampokan atau pembunuhan di sini," sambungnya.
Seperti diketahui, Pemprov DKI menyebut bahwa warga Kampung Susun Bayam telah diizinkan untuk menghuni Rusun Nagrak untuk sementara waktu.
Adapun Fuqron menjelaskan bahwa mereka berbeda dengan kelompok yang berada di Rusun Nagrak. Kelompok Tani ini, kata Fuqron, tak ikut ketika warga Kampung Bayam melakukan aksi unjuk rasa.
"Ya mereka juga sebenarnya warga Kampung Bayam. Nah entah apa pilihan mereka di Nagrak," imbuhnya.
Â
Advertisement
Jakpro Belum Izinkan Warga Tempati Kampung Susun Bayam
Secara terpisah, Jakpro menegaskan bahwa hingga kini pihaknya belum memberikan izin bagi warga Kampung Bayam untuk menempati Kampung Susun Bayam.
Sebab, Jakpro bersama stakeholders terkait sedang mencari konsep pengelolaan yang matang dan secara legal formal tidak menimbulkan masalah di kemudian hari.
"Jakpro menegaskan tidak mentolerir tindakan-tindakan di luar batasan yang berlebihan, seperti perilaku memasuki pekarangan secara illegal dan memaksakan diri memasuki area yang sudah dikunci," kata Direktur Utama Jakpro Iwan Takwin.
"Saat ini sedang berlangsung investigasi dan koordinasi dengan pihak berwenang terkait atas adanya potensi pelanggaran aturan yang terjadi, serta menambah personel pengamanan untuk memastikan hal yang serupa tidak terjadi lagi," tambah Iwan.
Â
Reporter:Â Lydia Fransisca
Merdeka.com