Cuaca Besok Senin 26 Februari 2024: Langit Pagi Jabodetabek Diprediksi Cerah dan Berawan

Cuaca besok, Senin 26 Februari 2024, seluruh wilayah di DKI Jakarta diprakirakan berawan pada pagi hari. Demikian prediksi cuaca besok.

oleh Nasrul Faiz diperbarui 25 Feb 2024, 09:11 WIB
Diterbitkan 25 Feb 2024, 09:10 WIB
Jakarta cuaca panas
Kondisi El Nino moderat dan IOD positif, diprediksi terus bertahan hingga akhir tahun 2023. (merdeka.com/Imam Buhori)

Liputan6.com, Jakarta - Cuaca besok, Senin 26 Februari 2024, seluruh wilayah di DKI Jakarta diprakirakan berawan pada pagi hari. Demikian prediksi cuaca besok.

Kemudian pada siang hari, langit Jakarta diprediksi cerah berawan dan cerah, hal ini sebagaimana dilaporkan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) pada Minggu (25/2/2024).

Sementara untuk malam hari, seluruh wilayah di Jakarta juga diprakirakan cerah berawan.

Selanjutnya, untuk di wilayah penyangga Jakarta, seperti Bogor dan Depok diprakirakan cerah berawan, kecuali Tangerang yang diprediksi akan turun hujan dengan intensitas ringan.

Untuk siang harinya, semua wilayah penyangga dilaporkan cerah dan berawan.

Berikut informasi prakiraan cuaca Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) selengkapnya yang dikutip Liputan6.com dari laman resmi BMKG www.bmkg.go.id:

 Kota  Pagi  Siang   Malam 
 Jakarta Barat  Berawan  Cerah Berawan  Cerah Berawan
 Jakarta Pusat   Berawan  Cerah Berawan  Cerah Berawan
 Jakarta Selatan   Berawan  Berawan  Cerah Berawan
 Jakarta Timur   Berawan  Berawan  Cerah Berawan
 Jakarta Utara   Berawan  Cerah Berawan  Cerah Berawan
 Kepulauan Seribu   Berawan  Cerah Berawan  Cerah Berawan
 Bekasi   Cerah Berawan  Hujan Ringan  Cerah Berawan
 Depok   Cerah Berawan  Hujan Ringan  Cerah Berawan
 Kota Bogor   Cerah Berawan  Hujan Sedang  Cerah Berawan
 Tangerang  Hujan Ringan  Berawan  Berawan

Hasil Kajian Iklim BRIN Periode 2021-2050, Cuaca Ekstrem Alami Peningkatan Signifikan

Waspada Cuaca Ekstrem di Jabodetabek Hingga April 2022
Warga mengenakan jas hujan saat melintasi JPO di Jalan Raya Casablanca, Jakarta Selatan, Selasa (8/3/2022). BMKG memprediksi cuaca ekstrem berupa hujan lebat disertai angin kencang akan terjadi hingga April ini di wilayah Jabodetabek. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Sebelumnya, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menyebutkan perubahan iklim menunjukkan cuaca ekstrem mengalami peningkatan signifikan khusus wilayah Benua Maritim Indonesia (BMI).

Pernyataan BRIN itu mengacu kepada hasil kajian perubahan iklim periode 2021-2050 dengan teknik dynamic downscaling resolusi tinggi dari tim periset, menunjukkan kekeringan dan hujan ekstrem mengalami peningkatan signifikan.

Menurut Peneliti Ahli Utama Klimatologi dan Perubahan Iklim, Pusat Riset Iklim dan Atmosfer-BRIN Erma Yulihastin menjelaskan bahwa kekeringan dan hujan ekstrem mengalami peningkatan signifikan, berdampak pada wilayah Sumatera bagian tengah dan selatan.

"Untuk Pulau Jawa, sebagian besar wilayah terancam mengalami suhu maksimum yang lebih tinggi dan suhu minimum yang lebih rendah khususnya untuk pantura Jawa Timur," ujar Erma dalam keterangan tertulisnya, Bandung, 1 Februari 2024.

Erma mengatakan kekeringan ekstrem di masa mendatang juga berdampak pada wilayah Kalimantan bagian tengah, timur dan selatan (termasuk IKN). Sedangkan, Kalimantan bagian barat diproyeksikan mengalami hari-hari yang lebih basah.


Hasil Kajian

Selain kajian proyeksi perubahan iklim tersebut, Erma menjelaskan kajian klimatologis terkini mengenai karakteristik hujan tahunan dan musiman di Indonesia juga diperlukan.

Hal ini sebagai bentuk validasi agar indikasi perubahan iklim yang terjadi secara aktual saat ini di Indonesia dapat dipetakan dengan lebih baik, khususnya dalam hal perubahan pada pola musim dan cuaca ekstrem.

"Kajian mengenai indikasi perubahan hujan diurnal menjadi kunci penting untuk memahami pola cuaca ekstrem yang terjadi di BMI selama dekade terkini sebagai dampak dari pemanasan global," kata Erma

Pada dasarnya terang Erma, pola hujan diurnal di BMI mengikuti pola umum hujan di darat yang dipengaruhi oleh angin darat-laut dan gelombang gravitasi sehingga fase kejadian hujan adalah sore hari di atas darat dan pagi hari di atas laut.

Namun demikian, lanjut Erma, terdapat variasi fase hujan diurnal sehingga hujan maksimum di darat terjadi pada dinihari dengan frekuensi yang signifikan setara dengan 20 persen untuk wilayah di utara Jawa bagian barat termasuk DKI Jakarta.

Hujan dini hari yang turun dengan intensitas tinggi atau ekstrem (P99th) tersebut bahkan telah dibuktikan merupakan penyebab banjir besar di Jakarta pada 2007, 2013, 2014, 2020.

"Hasil kajian kami menunjukkan karakteristik utama hujan dinihari yang terjadi di utara Jawa bagian barat, yaitu pertama hujan mengalami propagasi yang kuat dari laut menuju darat maupun sebaliknya, kedua keacakan dalam hal fase terjadinya hujan pada rentang waktu dinihari antara 01.00–04.00 WIB, ketiga hujan dini hari memiliki keterkaitan yang kuat dengan hujan ekstrem yang memicu banjir besar di DKI Jakarta," ucap Erma.

Infografis 4 Anomali Cuaca Pemicu Potensi Cuaca Ekstrem di Indonesia. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis 4 Anomali Cuaca Pemicu Potensi Cuaca Ekstrem di Indonesia. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya