Liputan6.com, Jakarta - Pengacara Rektor nonaktif Universitas Pancasila (UP) ETH, Raden Nanda Setiawan menyebut bahwa laporan kasus dugaan pelecehan seksual yang dilayangkan dua orang korban terhadap kliennya terlalu janggal. Pasalnya, laporan tersebut dibuat di tengah proses pemilihan rektor baru.
Terkait hal ini, pihak Universitas Pancasila menepis tudingan tersebut. Wakil Rektor 4 Universitas Pancasila, Diennaryati Tjokrosuprihatono memastikan bahwa kasus dugaan pelecehan seksual itu tidak ada kaitannya dengan proses pemilihan rektor baru yang telah bergulir.
Baca Juga
"Tidak ada hubungannya dengan pemilihan rektor. Sama sekali enggak ada," kata Diennaryati saat konferensi pers, Jakarta, Selasa (27/2/2024).
Advertisement
Diennaryati menerangkan, kedua korban kasus dugaan pelecehan seksual tidak menuntut apapun kecuali hanya pemulihan nama baik saja. "Tetapi waktunya pas saja. tidak ada sama sekali iktikad untuk mengganggu pemilihan rektor," ucap dia.
Sementara itu, Sekretaris Yayasan Pendidikan dan Pembina Universitas Pancasila (YPPUP) Yoga Satrio menambahkan, proses pemilihan rektor sudah berjalan sejak Januari 2024 dan diharapkan akan selesai akhir pada Maret 2024.
"Tanggal 2 April sudah ada rektor baru," ujar dia.
Yoga juga memastikan, bahwa pelaporan dugaan pelecehan seksual itu sama sekali tidak ada kaitannya dengan proses pemillihan rektor.
"Kita tetap jalan sesuai ketentuan di UP bahwa rektor harus ada panitia 3 bulan sebelumnya. Kita bentuk itu. Tidak pernah lapor setelah kejadian, lalu lapornya ke polisi. kita enggak pernah menerima laporan baik lisan maupun tertulis," ucap Yoga menandaskan.
Universitas Pancasila Tunjuk Plt Rektor
Yayasan dan Pendidikan Universitas Pancasila (YPPUP) menonaktifkan Rektor Universitas Pancasila berinisial ETH buntut kasus dugaan pelecehan seksual yang tengah bergulir di kepolisian. YPPUP pun menunjuk Prof Dr Sri Widyastuti, sebagai Plt Rektor Universitas Pancasila.
Sekretaris Yayasan Pendidikan dan Pembina Universitas Pancasila Yoga Satrio menerangkan, keputusan ini berdasarkan hasil Rapat Pleno Yayasan pada hari Senin, 26 Februari 2024.
"Dari rapat pleno tersebut, diputuskan bahwa YPPUP telah mengambil Keputusan untuk menonaktifkan Rektor per hari ini, Selasa 27 Februari 2024, dengan adanya keputusan tersebut YPPUP menunjuk Wakil Rektor I Prof Dr Sri Widyastuti, sebagai Plt Rektor," kata Yoga kepada wartawan, Selasa (27/2/2024).
Dia menerangkan, Sri menjabat rektor sampai dengan dilantiknya Rektor baru periode 2024-2028. Adapun, proses pemilihan Rektor masih terus berjalan.
"Saat ini terdapat 8 kandidat bakal calon Rektor sehingga pemilihan Rektor dapat segera dilaksanakan," ujar dia.
Yoga menerangkan, YPPUP menghimbau agar seluruh pihak serta seluruh sivitas akademika Universitas Pancasila agar tetap tenang dalam menghadapi kasus dugaan pelecehan seksual ini selama proses hukum berlangsung.
Dia juga berharap semua pihak dapat menjaga kondusifitas, menghargai proses hukum yang sedang berjalan, mendukung kelancaran proses penyelesaiannya, dengan tetap berpegang teguh pada asas praduga tak bersalah sampai hukum memutuskan bersalah.
"Pada prosesnya berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2021 Pasal 12, maka yayasan akan tetap memberikan kepada pelapor jaminan keberlanjutan pekerjaan, jaminan perlindungan dari ancaman fisik dan non fisik dari pihak manapun," tandas dia.
Advertisement
Mahasiswa Blokade Jalan, Demo Tuntut Rektor UP Dicopot
Sementara itu, ratusan Mahasiswa Universitas Pancasila blokade ruas Jalan Raya Lenteng Agung, Jakarta Selatan pada Selasa (27/2/2024) sore.
Unjuk rasa yang dilakukan elemen mahasiswa dari pelbagai fakultas menuntut Yayasan Pendidikan dan Pembina Universitas Pancasila (YPPUP) mencopot ETH dari jabatan sebagai rektor.
Pantauan di lapangan, mahasiswa awalnya berorasi di depan Gedung Rektorat Universitas Pancasila. Beberapa membentang spanduk dan baliho bernada sindiran untuk oknum rektor yang diduga melakukan pelecehan seksual.
Tak puas berdemontrasi di dalam, koordinator aksi kemudian mengarahkan mahasiswa untuk berorasi di jalanan.
Massa menutup ruas jalan dari arah Jalan Raya Lenteng Agung, Jaksel menuju ke Pasar Minggu. Imbasnya, arus lalu lintas pun menjadi terganggu. Kemacetan pun tak terhindarkan karena baik kendaraan roda dua maupun roda empat dilarang melintas.
Sementara itu, sejumlah mahasiwa lain juga ikut membakar ban di tengah-tengah jalan. Melihat aksi massa, pihak Universitas dengan sigap melanukan rekayasa lalu lintas. Kendaraan yang menuju ke Pasar Minggu diarahkan melewati area dalam kampus.
Hingga berita ini ditulis, situasi di depan Universitas Pancasila, Jalan Raya Lenteng Agung terpantau kosong. Massa pun terlihat duduk-duduk di tengah jalan.
Jalan Raya Lenteng Agung Dibuka Lagi
Arus lalu lintas di Jalan Raya Lenteng Agung, Jakarta Selatan, kembali normal pada Selasa (27/2/2024) sore. Ruas jalan tersebut sempat diblokade mahasiswa Universitas Pancasila saat melakukan aksi unjuk rasa menuntut pencopotan ETH dari jabatan rektor karena diduga melakukan pelecehan seksual terhadap bawahannya.
Pantauan di lapangan, Kapolsek Jagakarsa AKP Iwan Gunawan langsung turun tangan melakukan pendekatan dialogis dengan massa dari elemen mahasiswa. Iwan kemudian mengarahkan mereka untuk masuk ke dalam kampus.
Usaha itu pun berbuah manis. Massa pelan-pelan membubarkan diri dari jalanan dan kembali masuk ke dalam. Iwan menerangkan, situasi di ruas Jalan Raya Lenteng Agung, dipastikan sudah kembali kondusif.
"Alhamdulillah sperti yang rekan-rekan lihat sudah kondusif rekan-rekan mahasiswa sudah masuk ke kampus untuk arus lalin sudah kondusif sudah normal alhamdulillah," ujar dia di lokasi, Selasa (26/2/2024).
Iwan menegaskan, tidak ada satupun mahasiwa yang diamankan pascakejadian tersebut. Dia mengatakan, sebagaimana arahan dari Kapolres Metro Jakarta Selatan Kombes Ade Rahmat Idnal bahwasanya pengamanan diharapkan dengan mengedepan pendekatan dialogis.
"Alhamdulillah mahasiswa juga bisa memahami kemudian kalau toh ingin melanjutkan aksinya silakan tidak mengganggu kamtibmas atau arus lali silakan di dalam kampus itu sendiri," ujar dia.
Dalam hal ini, Iwan mengarisbawahi yang terpenting dalam pengawalan aksi ini adalah komunikasi yang baik antara mahasiswa dengan kepolisian.
"Kita coba berkomunikasi baik dengan mahasiswa, rekan mahasiswa pun menerima baik. Akhirnya rekan-rekan mahasiswa kembali ke kampus," ujar dia.
Advertisement