Panglima Kodam XVII/Cendrawasih Ungkap Alasan Pembebasan Pilot Susi Air Berjalan Alot

Sudah lebih satu tahun proses pembebasan pilot Susi Air, Kapten Philip Mark Mehrtens, masih berjalan alot.

oleh Aries Setiawan diperbarui 27 Mar 2024, 05:30 WIB
Diterbitkan 27 Mar 2024, 05:30 WIB
Pilot Susi Air, Captain Philips M, disandera oleh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB).
Pilot Susi Air, Captain Philips M, hingga kini disandera oleh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB), Jumat (10/3/2023). (Foto: Nur Habibie/Merdeka)

Liputan6.com, Jakarta Sudah lebih satu tahun proses pembebasan pilot Susi Air, Kapten Philip Mark Mehrtens, masih berjalan alot. Padahal, berbagai upaya telah dilakukan pihak Indonesia, salah satunya keikutsertaan Kodam XVII/Cendrawasih untuk membebaskan Kapten Philip Mark Mehrtens.

"Kami sejak awal terjadinya penyanderaan, kami terus berupaya melakukan pembebasan. Dengan berbagai pendekatan yang bisa membantu kami melakukan pembebasan itu sendiri," kata Panglima Kodam XVII/Cendrawasih, Mayjen TNI Izak Pangemanan kepada wartawan, Selasa (26/3/2024).

Berbagai upaya dilakukan seperti berkomunikasi melalui pihak keluarga, tokoh adat, dan gereja yang intensif membantu untuk proses negosiasi dengan pihak KKB yang menyandera pilot Susi Air.

Namun demikian, Izak mengakui negosiasi sampai saat ini masih berjalan alot, karena kesepakatan selalu menemui titik buntu. Akibat permintaan dari KKB yang selalu menuntut untuk melepaskan tanah Papua dari Indonesia.

"Ya gini, setiap mereka membuat pernyataan dengan pilot ini, mereka akan menukar dengan lepasnya Papua dari Indonesia. Saya pikir itu hal yang tidak mungkin. Tidak akan mungkin itu. Kita akan tetap menjaga Papua dalam NKRI," kata dia.

Walaupun negosiasi masih berjalan, Izak menyatakan Pemerintah Selandia Baru telah menyerahkan sepenuhnya proses pembebasan pilot Susi Air kepada pihak Indonesia.

"Duta besar mereka sudah bertemu dengan saya, dan menyampaikan bahwa Pemerintah New Zealand menyerahkan sepenuhnya kepada pemerintah Indonesia terhadap pembebasan 1 warganya yang sedang ditahan ini," tuturnya.

Selandia Baru Tetap Akui Kedaulatan Indonesia di Tanah Papua

KKB Egianus Kogoya
Pimpinan KKB Egianus Kogoya mengancam menembak tawanan pilot Susi Air Philips Mark Methrtens dalam sebuah tayangan video. (Liputan6.com/ Dok Ist)

Sementara itu, Izak menyatakan bahwa Pemerintah Selandia Baru tetap mengakui kedaulatan Pemerintah Indonesia di tanah Papua. Sehingga, tuntutan dari pihak KKB untuk memerdekakan diri tidak mungkin terjadi.

"Tidak ada hubungannya dengan Papua merdeka, tidak ada hubungannya dengan konflik Papua. Dia hanya seorang tukang ojek pakai pesawat," ujar Izak.

Di samping itu, Izak menjamin Kapten Philip Mark Mehrtens sampai saat ini masih dalam kondisi baik. Karena pihaknya melalui perantara negosiasi yang disebutkan tadi terus memantau keadaan Kapten Philip.

"Kami bilang kalau negoisasi ini butuh waktu, butuh kesabaran dan konsistensi. Seperti kita beli barang. Kalau kita beli kan pasti ada negosiasi harga, tawar menawar," terang Izak.

"Kondisi terakhir baik-baik saja. Tentunya selamat. Mereka jaga dan rapat dengan baik," tambahnya.

Pilot Philips adalah warga negara Selandia Baru yang disandera oleh KKB ketika di Bandar Udara Paro, Kabupaten Nduga, Papua Pegunungan, pada Selasa (7/2/2023) lalu.

Pesawat dengan nomor registrasi PK-BVY itu diduga dibakar oleh KKB pimpinan Egianus Kogoya sesaat setelah mendarat. Sampai sekarang TNI-Polri masih melakukan upaya penyelamatan terhadap pilot Susi Air itu.

 

Reporter: Bachtiarudin Alam

Sumber: Merdeka.com

Infografis Ragam Tanggapan 1 Tahun Pilot Susi Air Disandera KKB Papua. (Liputan6.com/Gotri/Abdillah)
Infografis Ragam Tanggapan 1 Tahun Pilot Susi Air Disandera KKB Papua. (Liputan6.com/Gotri/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya