Transjakarta Rute Kalideres-Bandara Soetta Bakal Jadi Permanen, Ini Usulan Tarifnya

Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jakarta bakal segera menetapkan Transjakarta rute Kalideres menuju Bandara Soekarno-Hatta (Soetta), Tangerang, Banten sebagai rute permanen.

oleh Winda Nelfira diperbarui 16 Apr 2024, 16:00 WIB
Diterbitkan 16 Apr 2024, 16:00 WIB
Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Jakarta Syafrin Liputo di Balai Kota Jakarta, Selasa (16/4/2024).
Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Jakarta Syafrin Liputo di Balai Kota Jakarta, Selasa (16/4/2024). (Liputan6.com/Winda Nelfira).

Liputan6.com, Jakarta Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jakarta bakal segera menetapkan Transjakarta rute Kalideres menuju Bandara Soekarno-Hatta (Soetta), Tangerang, Banten sebagai rute permanen.

Diketahui, Transjakarta rute Kalideres-Bandara Soetta telah diuji coba sejak 5 Juli 2023. Penumpang selama ini dikenakan tarif sebesar Rp3.500.

"Dari hasil evaluasi cukup baik. Tentu dalam waktu dekat akan kami tetapkan bersama Pak Dirut Tj ditetapkan jadi permanen rute layanan TJ Kalideres-Soekarno-Hatta," kata Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Jakarta Syafrin Liputo di Balai Kota Jakarta, Selasa (16/4/2024).

Menurut Syafrin, untuk sementara tarif Transjakarta rute Kalideres-Bandara Soetta masih diangka Rp3.500.

Sambil, kata dia, menunggu penetapan tarif baru yang sekarang sedang dibahas untuk diusulkan kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD)  Jakarta.

"Ya, Rp3.500 tidak perlu dibahas dengan DPRD. Tapi ini tarif sementara, karena kita akan usulkan untuk tarif Rp5.000," ucap Syafrin.

Dia menjelaskan, proses penetapan bakal berlangsung bertahap, termasuk tarif yang akan dikenakan.

Selain itu, kata Syafrin pihaknya juga perlu melakukan sosialisasi selama satu minggu, sebelum secara pararel mengusulkan tarif Rp5.000 untuk ditetapkan.

"Kita harapkan akhir April (2024) ini bisa ditetapkan. Sosialisasi seminggu, minggu depan sudah dioperasikan dengan tarif berbayar, setelah itu pararel diusulkan dengan tarif yang Rp5.000, itu akan diusulkan ke DPRD," kata dia.

Pertamina dan Grup Bakrie Patungan Garap Kendaraan Listrik untuk Transjakarta

Pertamina New & Renewable Energy (Pertamina NRE) dan PT VKTR Teknologi Mobilitas Tbk selaku anak perusahaan dari Grup Bakrie, mengumumkan kemitraan strategis dalam mempercepat adopsi kendaraan listrik di Indonesia, melalui e-Mobility as a Service (e-MaaS) untuk mendukung dekarbonisasi sektor transportasi.

VKTR dan Pertamina NRE akan membentuk suatu joint venture (JV), atau usaha patungan yang akan menyediakan kendaraan listrik untuk kebutuhan Transjakarta atau perusahaan-perusahaan lain yang membutuhkan. 

Dengan menyediakan belanja modal (capital expenditure/capex) yang memadai, Transjakarta atau perusahaan-perusahaan yang membutuhkan hanya membayar sewa atau membayar rupiah per kilometer pakai kepada JV ini.

CEO Pertamina NRE John Anis menyambut baik kerjasama dengan Grup Bakrie tersebut. Pihaknya pun optimistis dengan kolaborasi ini, lantaran ia menilai sudah saatnya berbagai pihak baik pemerintah, swasta dan masyarakat membangun ekosistem kendaraan listrik yang kuat. 

"Tidak hanya bicara tentang peningkatan ekonomi, menjaga lingkungan dan keberlanjutan juga menjadi hal yang juga terus Pertamina kembangkan lewat berbagai inovasi dan kerjasama strategis lainnya," kata John, Rabu (27/3/2024).

Dipandang Strategis

Sementara CEO VKTR Teknologi Mobilitas Gilarsi W Setijono menganggap ini jadi langkah bersejarah dalam perjalanan menuju solusi transportasi berkelanjutan. Menurut dia, adopsi pemakaian kendaraan listrik (EV) di Tanah Air masih dalam tahap awal. 

"VKTR berkomitmen untuk menyediakan solusi financing yang memudahkan untuk memfasilitasi infrastruktur EV yang komprehensif, mengalihkan model capex ke model opex, dan secara signifikan berkontribusi pada ekonomi Indonesia melalui e-MaaS," ungkapnya. 

Menurut catatan Pertamina, investasi infrastruktur transportasi publik saat ini masih mengandalkan dana pemerintah. Namun, e-MaaS menawarkan opsi pembiayaan yang fleksibel untuk operasi dan pemeliharaan bus listrik, sehingga mengurangi beban anggaran pemerintah.

Tidak hanya tentang kendaraan, namun juga akan berkembang pada pengembangan infrastruktur seperti stasiun pengisian daya (charging station) dan sumber energi terbarukan, dan hal krusial lainnya untuk memelihara ekosistem transportasi yang berkelanjutan.

Adapun target dari JV ini mencapai angka penjualan 10.000 unit kendaraan listrik di 2030. Dengan demikian, transisi dari model capex menjadi model belanja operasional akan mempercepat adopsi luas kendaraan listrik di Indonesia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya