Pemanasan Global Kian Nyata, Tutupan Es di Puncak Cartenz Papua Tengah Terus Menipis

Tutupan es di Puncak Cartenz, Papua Tengah dari tahun ke tahun terus menipis. Pada Desember 2023, perkiraan pengurangan sekitar empat meter berdasarkan pemantauan terakhir BMKG.

oleh Muhammad Ali diperbarui 19 Apr 2024, 06:50 WIB
Diterbitkan 19 Apr 2024, 06:50 WIB
Ilustrasi gunung es
Ilustrasi gunung es. (Photo by S&B Vonlanthen on Unsplash)

Liputan6.com, Jakarta - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) telah melakukan pemantauan tutupan es atau gletser di Puncak Jaya sejak 2009 hingga 2023. Dalam kurun waktu 2016 hingga 2022, rata-rata luas es berkurang sekitar 0,07 kilometer persegi per tahun, dengan estimasi total luas es pada April 2022 mencapai 0,23 kilometer persegi.

Pada pemantauan tahun 2022, BMKG memperkirakan ketebalan es yang tersisa pada Desember 2022 mencapai enam meter. Namun, pada Desember 2023, data terakhir menunjukkan bahwa ketebalan es semakin menipis dengan pengurangan hingga empat meter, atau menyisakan ketebalan dua meter.

"Hal ini kemungkinan terkait kondisi El Nino pada 2022-2023,” kata Koordinator Bidang Penelitian dan Pengembangan (Litbang) Klimatologi Pusat Litbang BMKG Donaldi Permana dalam seminar virtual terkait iklim berkelanjutan menyambut Hari Meteorologi Dunia ke-74 di Denpasar, Bali, Kamis 18 April 2024, yang dilansir dari Antara.

Perubahan iklim akibat pemanasan global menjadi faktor utama dalam penipisan tutupan salju abadi di Puncak Jaya. Sejak revolusi industri pada tahun 1850, tutupan salju abadi di wilayah ini terus menipis secara perlahan. Pada tahun 1850, cakupan luas es abadi di Puncak Jaya mencapai sekitar 19 kilometer persegi, namun pada Mei 2022 diperkirakan hanya tersisa 0,34 kilometer persegi.

Selain Puncak Jaya, beberapa pegunungan di wilayah tropis lainnya juga mengalami pencairan es, seperti Gunung Kilimanjaro di Tanzania, Quelccaya di Peru, dan Naimona’nyi di dataran tinggi Himalaya, Tibet.

 

2023 Tahun Terpanas

Menurut BMKG, periode 2023 diprediksi sebagai tahun terpanas dengan suhu rata-rata global selama 10 tahun (2014-2023) mencapai 1,20 plus minus 0,12 derajat celcius. Oleh karena itu, penting untuk mengurangi emisi karbon dioksida melalui upaya mitigasi dan adaptasi.

Beberapa langkah mitigasi dan adaptasi yang dapat dilakukan antara lain penanaman pohon, pengurangan dan daur ulang plastik, transisi ke energi hijau, penghematan listrik dan BBM, serta pengurangan penggunaan kendaraan pribadi.

 

Infografis Bencana-Bencana Akibat Perubahan Iklim
Infografis Bencana-Bencana Akibat Perubahan Iklim. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Disclaimer: Artikel ini ditulis ulang oleh redaksi dengan menggunakan Artificial Intelligence

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya