Bela Jokowi, Prabowo: Saya Sedih Ada yang Jelek-Jelekan Pemimpin

Presiden Terpilih Prabowo Subianto mengaku, sedih masih ada sejumlah pihak yang menjelek-jelekan dan mencari keselahan pemimpin Indonesia yakni Presiden Jokowi.

oleh Hanz Jimenez Salim diperbarui 28 Agu 2024, 15:25 WIB
Diterbitkan 28 Agu 2024, 15:24 WIB
Kongres Partai Nasdem Kongres III
Di panggung utama, ribuan kader Nasdem menyambut riuh gegap gempita kedatangan Prabowo. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Terpilih Prabowo Subianto mengaku, sedih masih ada sejumlah pihak yang menjelek-jelekan dan mencari keselahan pemimpin Indonesia yakni Presiden Jokowi. Hal ini disampaikan Prabowo saat pidatonya di Kongres Partai Nasional Demokrat (NasDem), Jakarta Convention Center (JCC), Senayan, Jakarta, Selasa 27 Agustus 2024 malam.

"Jadi saya ini sedih kalau kita punya tradisi selalu menjelek-jelekan pemimpin, caci maki, cari kesalahan," kata Prabowo dikutip dari YouTube Liputan6, Rabu (28/8/2024).

Bagi Prabowo, selama menjabat sebagai Presiden, Jokowi memiliki sederet prestasi. Bahkan, kata dia, banyak negara yang mengagumi dan memuji kepemimpinan Jokowi.

Menurut Prabowo, selama memimpin Indonesia, Jokowi mampu menjaga angka inflasi, sehingga tidak terjadi lonjakan harga bahan pokok yang dapat memberatkan masyarakat.

"Bagaimana pun prestasi pemerintahan yang dipimpin Pak Jokowi mengagumkan banyak negara. Di mana ada presiden, ada pemerintah bisa menjaga inflasi 2,5 persen, di mana? Sedikit negara, 2,5 persen inflasi," ucap Ketua Umum Partai Gerindra ini.

Prabowo mengatakan, prestasi tersebut diperoleh dari hasil kerja keras Jokowi dan para menteri di pemerintahan. Selain itu, sambung dia, Indonesia juga diakui oleh pemimpin dunia sebagai negara yang mampu pulih lebih cepat dari pandemi virus corona COVID-19.

"Ini prestasi yang bukan jatuh dari langit. Kita pulih dari COVID, pemimpin-pemimpin dunia mengakui, bahkan kaget bagaimana bisa Indonesia paling cepat pulih dari pandemi COVID-19. Ini karena leadership-nya Pak Jokowi," tegas Menteri Pertahanan RI itu.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Istana Bantah Hubungan Jokowi-Prabowo Retak: Itu Politik Adu Domb

Jokowi dan Prabowo di IKN
Presiden terpilih 2024-2029 Prabowo Subianto berjanji di depan Presiden Jokowi akan melanjutkan dan menyelesaikan pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) di Kalimantan Timur. Hal ini disampaikan Prabowo sebelum menghadiri rapat kabinet perdana di IKN, Senin (12/8/2024). (Foto: Biro Pers Sekretariat Presiden)

Staf Khusus Presiden, Juri Ardiantoro membantah, adanya keretakan hubungan antara Presiden Joko Widodo atau Jokowi dengan Presiden Terpilih, Prabowo Subianto. Menurut dia, isu keretakan yang saat ini diembuskan adalah upaya adu domba untuk mengganggu jalannya keberlanjutan pemerintahan.

"Jika ada mengadu domba dengan nyata-nyata mengatakan hubungan Presiden Joko Widodo dan Presiden Terpilih saat ini retak adalah upaya menganggu agenda keberlanjutan pemerintahan," kata Juri kepada wartawan, Senin (26/8/2024).

Menurut dia, politik adu domba tersebut sudah usang dan tidak disukai oleh masyarakat kita. Juri menuturkan, mereka melakukan politik adu domba dengan merangkai-rangkai berbagai informasi, peristiwa dan kejadian yang terjadi belakangan ini.

"Kemudian menggotak gatukkan seolah-olah ada kaitannya dan kemudian menyimpulkan dengan nada yakin bahwa telah terjadi keretakan," ujarnya.

Juri menjelaskan, fokus utama pemerintahan Jokowi saat ini adalah meletakan pondasi yang kuat untuk memuluskan transisi pemerintahan.

Dia mengatakan, Jokowi memberikan tempat dan kesempatan yang luas bagi Prabowo untuk memulai menyusun agenda-agenda strategis untuk menjalankan visi dan misinya demi keberlanjutan pemerintahan nantinya. Untuk itu, Juri heran ada isu hubungan Jokowi dan Prabowo mengalami keretakan.

"Di mana letak keretakannya? Itulah yang menjadi menjadi pertanyaan Pak Prabowo. Presiden Terpilih tegas menampik berbagai spekaulasi, rumor bahkan upaya-upaya politik yang bertujuan mengadu domba dengan Presiden Joko Widodo," tutur Juri.

"Politik adu domba itu politik usang sangat tidak disukai oleh masyarakat kita. Jadi, berhentilah membangun narasi dan spekulasi yang bersifat pecah belah kita sebagai bangsa," sambung dia.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya