Melihat Gelaran 12 Tahunan Gotong Toapekong, Budaya Cina Benteng di Tangerang

Tradisi Gotong Toapekong sudah digelar selama ratusan tahun di Tangerang. Budaya Cina Benteng ini diselenggarakan setiap 12 tahun sekali atau tepatnya saat tahun naga.

oleh Pramita Tristiawati diperbarui 21 Sep 2024, 19:27 WIB
Diterbitkan 21 Sep 2024, 16:31 WIB
Gelaran 12 Tahunan Gotong Toapekong, Budaya Cina Benteng di Tangerang
Perkumpulan Boen Tek Bio menyelenggarakan gelaran 12 tahunan Gotong Toapekong di Tangerang. Ini merupakan budaya Cina Benteng yang sudah ratusan tahun digelar. (Liputan6.com/Pramita Tristiawati)

Liputan6.com, Tangerang - Gelaran 12 tahunan Gotong Toapekong, YMS Kwan Im Hud Cow, dari Perkumpulan Boen Tek Bio, Kota Tangerang, Banten dipenuhi puluhan ribu warga Cina Benteng dan juga masyarakat umum, Sabtu (21/9/2024). Mereka yang datang tidak hanya dari wilayah Tangerang, tapi juga luar kota, bahkan mancanegara.

Prosesi yang digelar dari Klenteng Boen Tek Bio hingga mengelilingi pusat Kota Tangerang itu sudah dipenuhi masyarakat sedari subuh. Mereka ingin melihat arak-arakan 3 dewa yang dibawa dengan tandu cantik, berhiasan bunga alami.

"Kami ingin ibadah, mengantarkan langsung dewa-dewa kami yang akan mengelilingi kota. Ini untuk dapat berkahnya," ujar Stephanie, salah seorang warga yang sudah menunggu sejak pukul 5.30 WIB di depan Klenteng Boen Tek Bio.

Dewa-dewa yang diarak dalam Gotong Toapekong tersebut adalah Dewi Kwan In Hud Couw yang dipercaya sebagai Dewi Welas Asih. Lalu, Kwan Tek Kun atau Dewa Perang yang juga dikenal sebagai ksatria. Selanjutnya Dewa Kha Lam Ya atau Dewa Pintu, dan terakhir Hok Tek Ceng Sin yang dikenal juga dengan Dewa Bumi.

Untuk menentukan siapa petugas yang menggotong Toapekong, mereka juga harus mengadakan ritual terlebih dulu. Sebelum meninggalkan klenteng pun ada doa-doa keselamatan dan kelancaran yang juga diucapkan para jemaat.

Saat mengiringi Toapekong, banyak warga yang melafazkan doa-doa, hingga menangis. Mereka sangat serius mengiringi dan mengikuti arak-arakan para dewa yang selama ini disembah di dalam Klenteng.

"Kami percaya, dewa keluar, sekaligus memberi berkah bagi umat," kata Agis, warga lain yang ternyata sudah menantikan arak-arakan 12 tahunan itu.

Bukan hanya sekedar menggotong para dewa, arak-arakan tersebut pun kental dengan budaya Indonesia. Hal ini terlihat dari berbagai budaya Indonesia, seperti adat dari Bali, pencak silat, Barongsai dan Liong, serta Reok Ponorogo yang turut mengiringi Gotong Toapekong.

 

Sejarah Gotong Toapekong

Gelaran 12 Tahunan Gotong Toapekong, Budaya Cina Benteng di Tangerang
Perkumpulan Boen Tek Bio menyelenggarakan gelaran 12 tahunan Gotong Toapekong di Tangerang. Ini merupakan budaya Cina Benteng yang sudah ratusan tahun digelar. (Liputan6.com/Pramita Tristiawati)

Sementara itu, Wakil Menteri Agama Saiful Rahmat yang juga menghadiri arak-arakan tersebut menceritakan bagaimana sejarah tradisi Gotong Toapekong. Kata dia, ritual ini sebenarnya tak bisa dilepas dari sejarah berdirinya Klentek Boen Tek Bio.

Sebab, patung para dewa tersebut sudah ada di dalam klenteng tertua di Indonesia ini. Klenteng tersebut diketahui berdiri sejak 1684.

"Dalam sejarah berdirinya, Boen Tek Bio sudah 2 kali dipugar. Di mana dalam proses pempugaran itu, ada proses pemindahan sementara patung dewa-dewa, dari Boen Tek Bio ke Boen San Bio," ungkapnya.

Setelah proses pugar selesai dilakukan, patung para dewa itu dipindahkan kembali ke Boen Tek Bio. Proses pemindahan inilah, pada jaman dulu, diarak oleh umat menuju kembali ke klenteng asal. Atau dikenal dengan mengantarkan para dewa pulang kembali ke klenteng.

 

Digelar Setiap Tahun Naga

Gelaran 12 Tahunan Gotong Toapekong, Budaya Cina Benteng di Tangerang
Perkumpulan Boen Tek Bio menyelenggarakan gelaran 12 tahunan Gotong Toapekong di Tangerang. Ini merupakan budaya Cina Benteng yang sudah ratusan tahun digelar. (Liputan6.com/Pramita Tristiawati)

"Arak-arakan itulah terjadi sampai sekarang, dilakukan setiap 12 tahun sekali atau pada saat Tahun Naga dalam astrologi Cina. Itulah budaya-budaya yang harus kita jaga, saya melihat di sini juga ada toleransi umat beraga yang sangat kental,"ujarnya.

Saiful pun memastikan, bila arak-arakan ini pun sudah ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda milik Indonesia.

"Selamat atas pencapaian ini, semoga nilai-nilai budaya yang tertanam akan tetap terjaga hingga bisa dilihat ke anak cucu kita nanti,"katanya.

Acara tersebut turut dihadiri oleh sejumlah pejabat dan tokoh nasional, di antaranya Menteri Tenaga Kerja Ida Fauziah, Shinta Wahid yang merupakan istri Presiden ke-4 RI KH Abdurrahman Wahid alias Gus Dur, dan beberapa pejabat lainnya.

Bahkan dikabarkan Ketua Umum PSI, Kaesang Pangarep turut menghadiri kegiatan tersebut, namun tidak terlihat di lokasi tamu VIP berkumpul.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya