Jadi Inovasi Berkelanjutan, Program Siswa Asuh Sebaya Banyuwangi Raih Penghargaan

Sugirah menjelaskan, program SAS adalah upaya pemkab untuk mendorong empati dan solidaritas di kalangan pelajar.

oleh Fachri pada 08 Okt 2024, 20:45 WIB
Diperbarui 08 Okt 2024, 20:45 WIB
Pemkab Banyuwangi.
Plt Bupati Bayuwangi, Sugirah mendapatkan penghargaan dari forum Replikasi Inovasi Pelayanan Publik (PKRI) yang dilaksanakan oleh Kementerian Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Kemenpan RB), Jakarta, Selasa (8/10/2024). (Foto: Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta Pemerintah Kabupaten Bayuwangi kembali mendapatkan penghargaan dari pemerintah pusat atas keberhasilan menghadirkan inovasi pelayanan publik. Terbaru, program solidaritas pendidikan Siswa Asuh Sebaya (SAS) sukses mennyabet penghargaan dari Kementerian Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Kemenpan RB), Jakarta, Selasa (8/10/2024).

Pelaksana Tugas (Plt) Deputi Bidang Pelayanan Publik Kemenpan RB, Abdul Hakim mengatakan, SAS Banyuwangi bukan hanya berhasil dipertahankan, namun juga terus dikembangkan hingga sekarang.

“Ini yang penting, bahwa inovasi tidak hanya diciptakan, namun juga harus dijaga keberlangsungannya dan ke depan adalah bagaimana untuk melembagakan inovasi ini supaya praktik baiknya bisa direplikasi daerah lain,” katanya.

Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt) Bupati Banyuwangi Sugirah bersyukur inovasi Banyuwangi kembali mendapatkan apresiasi dari pemerintah pusat.

Alhamdulillah, inovasi Banyuwangi terus mencatatkan prestasi, penghargaan ini menjadi pelecut bagi kami untuk terus berinovasi lebih baik ke depan,” ujarnya.

Dorong Solidaritas Antar Pelajar

Sugirah menjelaskan, program SAS adalah upaya pemkab untuk mendorong empati dan solidaritas di kalangan pelajar. Ia mengungkapkan, dalam program ini, pelajar dari keluarga mampu memberi dana sukarela ke teman sebayanya dari keluarga kurang mampu.

"Pengelolaannya dilakukan dari siswa, oleh siswa, dan untuk siswa dan sejak diluncurkan pada 2011, saat ini SAS berhasil mengumpulkan dana hingga Rp27,71 miliar dengan menjangkau lebih dari 250 ribu siswa," jelasnya.

Sugirah menyebut, uang yang terkumpul, secara periodik dibelanjakan untuk memenuhi kebutuhan primer dan sekunder siswa setempat seperti untuk beli baju sekolah, sepatu, tas, alat tulis, atau bahkan uang saku bagi siswa yang keuang mampu, termasuk seperti membelikan kacamata hingga sepeda mini agar tidak terlambat.

“Tidak semua masalah pendidikan mampu ditangani pemerintah, program SAS jadi salah satu solusi untuk mengatasi keterbatasan tangan pemerintah dalam membiayai pendidikan masyarakat,” sebutnya.

Sugirah mengatakan, dalam perjalannya, SAS bertransformasi menjadi Sekolah Asuh Sekolah, Sekolah Asuh Stunting, Sekolah Asuh Sampah, dan Sekolah Asuh Sungai.

"Lewat Sekolah Asuh Sekolah, sekolah yang memiliki dana SAS besar akan disalurkan ke siswa kurang mampu dari sekolah lain dan Sekolah Asuh Stunting sebagai program yang merangkul siswa serta guru untuk memberikan makanan bergizi bagi balita stunting dan ibu hamil risiko tinggi di sekitar sekolah," katanya.

“Sejak 2023, SAS juga berkembang, sekolah dilibatkan merawat sungai yang ada di dekat lokasinya dan mengelola sampah yang dihasilkan di sekolah, pelibatan siswa ini sebagai bentuk pendidikan lingkungan sejak dini,” jelas Sugirah.

 

(*)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya