Cuaca Besok Jumat 11 Oktober 2024: Mayoritas Langit Jabodetabek Cerah Berawan di Siang Hari

Seluruh wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Bekasi, dan Tangerang besok, Jumat 11 Oktober 2024 pada pagi hari diprediksi berawan hingga berawan tebal. Seperti itulah prakiraan cuaca besok.

oleh Hisyam Adyatma diperbarui 10 Okt 2024, 08:15 WIB
Diterbitkan 10 Okt 2024, 08:15 WIB
Cuaca Panas Melanda DKI Jakarta
Pancaran ultraviolet yang berasal matahari akan terasa lebih panas dari biasanya. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta Seluruh wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Bekasi, dan Tangerang besok, Jumat 11 Oktober 2024 pada pagi hari diprediksi berawan hingga berawan tebal. Seperti itulah prakiraan cuaca besok.

Cuaca Jakarta di siang hari, seluruhnya diprediksi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) akan cerah berawan. Lalu di malam hari, seluruh langit Jakarta diprakirakan BMKG bakal cerah.

Sementara itu, wilayah penyangga yaitu Bekasi, Depok, dan Kota Bogor, Jawa Barat siang hari diprediksi akan cerah berawan. Dan malam hari nya diprediksi cerah hingga cerah berawan.

Lalu di Kota Tangerang, Banten diprakirakan cuaca pagi hari bakal berawan, siang hingga malam akan cerah berawan, seperti laporan BMKG melalui laman resminya www.bmkg.go.id.

Berikut informasi prakiraan cuaca Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) selengkapnya yang dikutip Liputan6.com dari laman resmi BMKG:

 Kota  Pagi  Siang   Malam 
 Jakarta Barat  Berawan Tebal  Cerah Berawan  Cerah
 Jakarta Pusat   Berawan Tebal  Cerah Berawan  Cerah
 Jakarta Selatan   Berawan Tebal  Cerah Berawan  Cerah
 Jakarta Timur   Berawan  Cerah Berawan  Cerah
 Jakarta Utara   Berawan  Cerah Berawan  Cerah
 Kepulauan Seribu   Berawan  Berawan  Cerah Berawan
 Bekasi   Berawan  Cerah Berawan  Cerah
 Depok   Berawan  Cerah Berawan  Cerah
 Kota Bogor   Kabut  Cerah Berawan  Cerah Berawan
 Tangerang  Berawan  Cerah Berawan  Cerah Berawan

Benarkah Perubahan Iklim Berdampak pada Badai yang Makin Ekstrem?

Potret Kerusakan Kawasan Asheville Carolina Utara Pasca-Terjangan Badai Helene
Helene merupakan badai terkuat yang pernah tercatat menghantam wilayah Big Bend, Florida, menerjang wilayah daratan sebelum bergerak ke utara menuju Georgia dan Carolina. (Sean Rayford/GETTY IMAGES NORTH AMERICA/Getty Images via AFP)

Badan Cuaca Amerika Serikat menyebut badai Milton di Florida, Amerika Serikat membawa angin yang berpotensi menimbulkan bencana, gelombang badai, dan hujan lebat.

Milton adalah badai kesembilan yang akan berlangsung hingga akhir November 2024. Kerap kali, masalah badai yang semakin buruk efeknya dikaitkan dengan masalah perubahan iklim.

Apakah perubahan iklim memengaruhi badai?

Menilai pengaruh perubahan iklim pada masing-masing siklon tropis merupakan tantangan. Badai tersebut relatif terlokalisasi dan berlangsung singkat, dan dapat bervariasi secara signifikan dalam situasi apa pun.

Namun, peningkatan suhu memengaruhi badai ini dalam beberapa cara yang dapat diukur.

Pertama, air laut yang lebih hangat berarti badai dapat menyerap lebih banyak energi, yang menyebabkan kecepatan angin yang lebih tinggi.

Rekor suhu permukaan laut yang tinggi merupakan alasan utama mengapa para ilmuwan AS memperkirakan musim badai Atlantik di atas normal untuk tahun 2024.

Suhu tinggi tersebut terutama disebabkan oleh emisi gas rumah kaca jangka panjang, dikutip dari BBC, Rabu (9/10/2024).

Kedua, atmosfer yang lebih hangat dapat menahan lebih banyak kelembapan, yang menyebabkan curah hujan yang lebih deras.

 

Permukaan Air Laut Meningkat

Ilustrasi badai
Ilustrasi badai (NOAA via AP)

Perubahan iklim membuat curah hujan ekstrem dari Badai Harvey pada tahun 2017 menjadi sekitar tiga kali lebih mungkin terjadi, menurut satu perkiraan.

Terakhir, permukaan laut meningkat, terutama karena kombinasi dari gletser dan lapisan es yang mencair, dan fakta bahwa air yang lebih hangat menempati lebih banyak ruang.

Faktor lokal juga dapat berperan. Ini berarti gelombang badai terjadi di atas permukaan laut yang sudah tinggi, memperburuk banjir pesisir.

Misalnya, diperkirakan bahwa ketinggian banjir akibat Badai Katrina pada tahun 2005 -- salah satu badai paling mematikan di Amerika Serikat -- 15-60 persen lebih tinggi daripada yang seharusnya terjadi pada kondisi iklim tahun 1900.

Secara keseluruhan, IPCC menyimpulkan bahwa ada "keyakinan tinggi" bahwa manusia telah berkontribusi terhadap peningkatan curah hujan yang terkait dengan siklon tropis, dan "keyakinan sedang" bahwa manusia telah berkontribusi terhadap kemungkinan yang lebih tinggi dari siklon tropis yang lebih kuat.

Infografis Pencegahan dan Bahaya Mengintai Akibat Cuaca Panas. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Pencegahan dan Bahaya Mengintai Akibat Cuaca Panas. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya