Cawe-Cawe Jokowi di Pilkada Dinilai Tak Efektif, Justru Bawa Sentimen Negatif

Cawe-cawe Jokowi di Pilkada 2024 ini mendapat sorotan tajam. Jokowi diketahui terang-terangan mendukung salah satu paslon di sejumlah daerah, seperti Jakarta, Jateng, dan Bali.

oleh Delvira Hutabarat diperbarui 25 Nov 2024, 18:40 WIB
Diterbitkan 25 Nov 2024, 18:40 WIB
Presiden ke-7 Republik Indonesia Joko Widodo (Jokowi) turun gunung di Pilkada Jawa Tengah 2024, mendukung pasangan calon gubernur-wakil gubernur Ahmad Luthfi-Taj Yasin di Purwokerto, Sabtu (16/11/2024) (Tim Media Luthfi-Yasin)
Presiden ke-7 Republik Indonesia Joko Widodo (Jokowi) turun gunung di Pilkada Jawa Tengah 2024, mendukung pasangan calon gubernur-wakil gubernur Ahmad Luthfi-Taj Yasin di Purwokerto, Sabtu (16/11/2024) (Tim Media Luthfi-Yasin)

Liputan6.com, Jakarta - Pengamat komunikasi politik, M Jamiluddin Ritonga menyoroti cawe-cawe yang dilakukan Presiden ke-7 Joko Widodo (Jokowi) di Pilkada Serentak 2024. Menurut dia, cawe-cawe Jokowi ini belum tebukti mampu mendongkrak elektabilitas paslon tertentu yang didukung.

Cawe-cawe Jokowi masih belum dapat dikatakan mendongkrak elektabilitas paslon yang didukungnya. Sebab, sejak Jokowi cawe-cawe, elektabilitas paslon yang didukungnya belum mengalami kenaikan signifikan,” kata Jamiluddin saat dikonfirmasi, Senin (25/11/2024).

Jamiluddin mencontohkan cawe-cawe Jokowi di Pilkada Jakarta dan Jawa Tengah. Menurutnya, elektabilitas Ridwan Kamil-Suswono di Jakarta dan Ahmad Luthfi-Taj Yasin di Jateng yang didukung Jokowi hingga saat ini cenderung stagnan. 

“Kalau pun ada kenaikan, hanya sekitar 1 hingga 2 persen. Kenaikan lebih besar justru diperoleh paslon yang bukan didukung Jokowi. Pramono-Rano di Jakarta dan Andika-Hendi di Jateng, justru elektabilitasnya mengalami kenaikan lebih tinggi daripada Ridwan-Suswono dan Luthfi-Yasin,” kata dia.

Menurut Jamiluddin, kalaupun paslon yang didukungnya menang, bukan berarti itu kontribusi Jokowi. Begitu juga bila paslon yang didukungnya kalah.

“Seandainya jagoan Jokowi menang, itu bisa saja karena kerja keras si paslon dan tim pemenangannya. Kontribusi Jokowi dapat dikatakan tidak signifikan. Peluang menang paslon yang didukung Jokowi tentu tetap terbuka. Sebab, selisih elektabilitas paslon yang didukungnya dengan kompetitornya di Jakarta dan Jawa Tengah relatif tipis,” ucap Jamiluddin.

 

Berdampak Negatif pada Karier Politik Jokowi

Presiden ke-7 RI Jokowi saat pertemuan dengan calon gubernur Jakarta Ridwan Kamil dan jajaran politikus di parpol KIM, relawan, hingga influencer di kafe Kaizen Heritage, Jakarta Pusat, Minggu (18/11/2024). (Liputan6.com/Winda Nelfira)
Presiden ke-7 RI Jokowi saat pertemuan dengan calon gubernur Jakarta Ridwan Kamil dan jajaran politikus di parpol KIM, relawan, hingga influencer di kafe Kaizen Heritage, Jakarta Pusat, Minggu (18/11/2024). (Liputan6.com/Winda Nelfira)

Sementara apabila paslon yang didukung Jokowi kalah, kata dia, maka justru akan berimplikasi pada karier politik mantan Wali Kota Solo tersebut.

“Pamor Jokowi akan dengan sedirinya meredup. Jadi, cawe-cawe yang dilakukan Jokowi di Pilkada 2024 sangat berisiko pada perjalanan politiknya. Jokowi sangat berpeluang akan dijauhi partai politik karena dinilai sudah tak layak jual lagi."

"Karena itu, pertaruhan politiknya sangat tinggi. Jokowi bisa saja akan tinggal kenangan dalam percaturan politik tanah air. Jokowi akan lapuk di makan waktu,” kata dia

Namun demikian, bila paslon yang didukung menang, maka Jokowi akan semakin berjaya. “Akan semakin menguatkan dinasti politik di tanah air. Padahal, kalau pun paslon yang didukung Jokowi menang, bukan berarti itu pengaruh cawe-cawenya. Tapi itu bisa diklaimnya sebagai pengaruh politiknya,” ujar Jamiluddin memungkasi.

 

Bisa Perburuk Citra Jokowi

Calon Gubernur Jakarta Ridwan Kamil mendatangi Presiden ketujuh RI Joko Widodo atau Jokowi di Solo, Jawa Tengah, hari ini, Jumat (1/11/2024).
Usai bertemu dengan Presiden RI Prabowo Subianto pada Kamis 31 Oktober 2024, Calon Gubernur Jakarta Ridwan Kamil mendatangi Presiden ketujuh RI Joko Widodo atau Jokowi di Solo, Jawa Tengah, hari ini, Jumat (1/11/2024). (Foto: Istimewa).

Sementara itu, Ketua DPP PDIP Deddy Sitorus menilai cawe-cawe Jokowi hanya membuat sentimen negatif terhadap Jokowi.

“Efektif atau tidak sulit mengatakannya karena tidak ada survei. Tetapi hasil crawling data media dan media sosial monitoring kita menujukkan sentimen negatif yang tinggi terhadap langkah Jokowi menjadi influenser/jurkam bagi para calon pilkada itu,” kata Deddy.

Deddy mengaku pihaknya tak terlalu memusingkan cawe-cawe Jokowi, melainkan lebih pada ketidaknetralan aparat hukum.

“Yang kita khawatirkan bukan pengaruh Jokowi tetapi intervensi oknum polisi, oknum tentara, para pejabat kepala daerah, kepala desa hingga kucuran bansos dan money politik,” kata dia.

Menurut Deddy, paslon yang didukung Jokowi justru akan sulit memenangkan Pilkada. Dan apabila benar jagoan Jokowi kalah, maka hal itu hanya akan menambah citra buruk ke depan.

“Kalau kita pakai logika maka kesimpulannya adalah bahwa calon-calon yang diendorse Jokowi itu dalam posisi terjepit atau tertinggal atau kesulitan memenangkan pilkada secara normal. Kalau kandas, tentu akan membuat citra Jokowi memburuk dan sentimen negatif publik semakin meluas,” pungkasnya.  

Infografis Pertarungan King Maker Pilgub 2024 di Kandang Banteng
Infografis Pertarungan King Maker Pilgub 2024 di Kandang Banteng. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya