Akademisi UI Sebut Bonus Demografi Tak Otomatis Hasilkan Produktivitas Tinggi

Gede menjelaskan bahwa bonus demografi merujuk pada kondisi ketika jumlah penduduk usia kerja atau produktif melebihi jumlah penduduk muda, anak-anak, dan lanjut usia.

oleh Fenicia Effendi diperbarui 26 Nov 2024, 16:15 WIB
Diterbitkan 26 Nov 2024, 16:15 WIB
Kepala Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI), I Dewa Gede Karma Wisana.
Kepala Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI), I Dewa Gede Karma Wisana. (Liputan6.com/Fenicia)

Liputan6.com, Jakarta - Kepala Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI), I Dewa Gede Karma Wisana bicara urgensi perlindungan sosial dalam acara “Social Security Summit 2024” yang digelar di Birawa Assembly Hall, Hotel Bidakara, Jakarta, Selasa (26/11/2024).

Dalam sesi diskusi, Gede memperkenalkan dua kata kunci utama: piramida penduduk dan perak atau silver. Konsep ini digunakan untuk menggambarkan tantangan dan peluang yang muncul dari fenomena bonus demografi yang sedang dialami Indonesia.

Gede menjelaskan bahwa bonus demografi merujuk pada kondisi ketika jumlah penduduk usia kerja atau produktif melebihi jumlah penduduk muda, anak-anak, dan lanjut usia.

"Ini diklaim sebagai bonus, yaitu ketika jumlah penduduk usia kerja atau penduduk produktif Indonesia itu melebihi penduduk muda, anak-anak, dan penduduk lansia," ujar Gede.

Namun, ia mengingatkan bahwa jumlah penduduk produktif yang besar tidak otomatis menghasilkan produktivitas tinggi. Kondisi ini hanya dapat tercapai jika penduduk produktif diinvestasikan dan ditingkatkan kemampuan kerjanya.

"Jadi jumlah penduduk produktif yang banyak tidak serta merta akan memberikan hasil, akan memberikan manfaat, akan memberikan produktivitas yang tinggi apabila tidak diinvest, apabila tidak ditingkatkan output kerjanya," jelasnya.

Gede juga memaparkan bahwa piramida penduduk saat ini mengarah pada perubahan besar di masa depan, di mana sekitar 30-40 persen penduduk Indonesia diperkirakan akan masuk kategori lanjut usia (lansia).

"Nah jadi piramida ini mengarahkan kita pada situasi yang berikutnya. Kita akan melihat bahwa sebentar lagi penduduk di Indonesia akan hampir 30-40 persennya itu nanti akan masuk kategori lansia," ungkapnya.

 

Generasi Rambut Perak dan Silver Economy

Kepala Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI), I Dewa Gede Karma Wisana.
Kepala Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI), I Dewa Gede Karma Wisana. (Liputan6.com/Fenicia)

Ia mencatat bahwa pada 2022, terdapat tujuh provinsi di Indonesia yang memiliki lebih dari 10 persen penduduk lansia, yang digambarkan sebagai kelompok "rambut perak."

“Penduduk produktif saat ini pada akhirnya akan menjadi lansia di masa depan. Oleh karena itu, kita harus mulai memikirkan perencanaan jangka panjang,” ucapnya, seraya mengajak peserta diskusi untuk mengantisipasi perubahan ini melalui nujuman atau prediksi demografis.

Gede juga memperkenalkan istilah baru, Silver Generation atau generasi rambut perak, untuk menggambarkan penduduk lanjut usia yang terus meningkat. Menurutnya, generasi ini memiliki potensi besar untuk berkontribusi pada perekonomian Indonesia melalui konsep silver economy.

"Generasi rambut perak ini akan menciptakan silver economy, kegiatan perekonomian yang terkait dengan generasi rambut perak ini, yang artinya kita memiliki silver opportunity, kesempatan besar dari generasi rambut perak yang akan segera mengisi Indonesia," ujarnya.

 

Bonus Demografi

Ia menambahkan, meskipun Indonesia tengah menikmati bonus demografi, dividen dari bonus tersebut masih perlu diciptakan melalui pengelolaan yang matang.

“Demografi Indonesia, bonus demografi ini belum selesai. Bonusnya sekarang sudah kita nikmati, tapi devidennya masih harus kita ciptakan. Masih terus kita create, kita generate,” tutup Gede.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya