Liputan6.com, Jakarta Kemenangan Ahmad Luthfi-Taj Yasin dalam hitung cepat Pilgub Jateng 2024 memunculkan narasi terkait kecurangan, salah satunya diduga ada pengerahan kepala desa untuk berpihak ke pasangan yang diusung oleh Koalisi Indonesia Maju (KIM) Plus tersebut.
Hal tersebut diungkapkan oleh pengamat politik, Ari Junaedi. Dirinya menyebut bahwa kekalahan Andika Perkasa-Hendrar Prihadi bukan karena mesin partai yang tidak berjalan, melainkan pengerahan kepala desa yang massif.
Advertisement
Baca Juga
"Kekalahan Andika-Hendi bukan karena mesin partai tidak berjalan tetapi lebih dikarenakan masifnya pengerahan kepala desa untuk berpihak ke paslon Luthfi dan Gus Yasin," sebut Ari seperti dilansir Merdeka.com, Kamis (28/11/2024).
Advertisement
"Belum lagi serangan sembako yang juga demikian masif, aparat berbaju coklat juga tidak netral," imbuhnya.
Ari juga mengatakan, Ahmad Luthfi lebih awal berkampanye, bahkan saat dirinya menjadi kapolda Jawa Tengah, calon yang di-endorse oleh Jokowi dan Prabowo Subianto tersebut sudah berkampanye.
"Luthfi sudah lama berkampanye, yakni semenjak masih menjabat Kapolda Jateng, sementara Andika-Hendi baru berjalan usai mendapat rekomendasi dari PDIP. Artinya waktu berkampanye lebih awal dilakulan Luthfie yakni dengan memanfaatkan posisinya sebagai Kapolda," katanya.
Terakhir, Ari mengungkapkan, faktor dukungan dari Presiden Prabowo Subianto dan Presiden ke-7 RI Joko Widodo (Jokowi) sangat membantu Luthfi-Taj Yasin mendulang kemenangan di Pilgub Jateng.
"Faktor endorse dari presiden sangat berpengaruh untuk kenaikan elektoral Luthfi. Sementara Jokowi yang turun ikut kampanye di Banyumas juga ikut memberi andil bagi kekalahan Andika-Hendi," ungkapnya.
Narasi "Rambo vs Sambo" Tak Berpengaruh
Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Gerindra Jawa Tengah, Sudaryono mengatakan bahwa narasi 'Rambo vs Sambo' yang digaungkan tidak berpengaruh signifikan di Pilgub Jateng 2024.
"Saya kira masyarakat bisa menilai, narasi itu relevan apa tidak relevan, tentu saja kita bisa lihat dari hasil coblosan," katanya.
Sudaryono mengungkapkan, pihaknya merasa kecewa dengan narasi yang merugikan Ahmad Luthfi tersebut. Pasalnya, tidak ada hubungan antara Pilgub Jateng dengan narasi 'Rambo vs Sambo', apalagi status Andika dan Luthfi sudah purnawirawan.
"Tapi mungkin narasi itu part of the game, cara orang melakukan framing, kan tidak ada aturan undang-undang yang dilanggar, tidak ada pidana," ungkapnya.
Sudaryono menilai bahwa hasil Pilgub Jateng berdasarkan real count internal dan quick count sejumlah lembaga survei, membuktikan Ahmad Luthfi-Yasin keluar sebagai pemenang setelah suaranya melampaui Andika Perkasa-Hendrar Prihadi.
"Tapi ya so far Jawa Tengah 28 juta pemilih membuktikan bahwa narasi itu tidak begitu relevan apalagi narasi perang bintang dan ini adalah hak konstitusional, di mana semua masyarakat punya kekuasaan paling tinggi, siapa yang dia pilih dan dia suka," ujarnya.
Advertisement