Liputan6.com, Jakarta - Wakil Presiden RI ke-10 dan ke-12 Jusuf Kalla (JK) menegaskan pendidikan merupakan faktor utama yang mendorong mobilitas vertikal masyarakat Muslim di negara-negara maju, seperti Amerika dan Eropa.
Menurut dia, Muslim di negara-negara tersebut menikmati akses pendidikan yang lebih baik dibandingkan dengan komunitas Muslim di belahan dunia lainnya. JK menyebut pendidikan yang lebih baik meningkatkan status sosial ekonomi.
Advertisement
Baca Juga
"Sebagian besar dari mereka menjadi profesional di bidang masing-masing, dengan sangat sedikit yang bekerja di sektor pekerjaan manual," kata JK saat menghadiri Retret Pemikiran London untuk Minoritas Muslim di London Inggris, dikutip dari siaran pers, Rabu (15/1/2025).
Advertisement
Selain itu, JK menyoroti komunitas Muslim di negara-negara maju tetap mempertahankan identitas keislaman mereka, meski berada di kelas menengah baru. Hal ini, kata dia, terlihat dari banyaknya masjid dan musholla baru yang bermunculan di Eropa dan Amerika.
Untuk itu, JK menekankan pentingnya fokus pada sektor pendidikan dalam upaya membantu sesama Muslim. Khususnya, mereka yang tinggal di negara-negara dengan mayoritas non-Muslim dan masih berjuang untuk memperbaiki kondisi mereka.
Terkait dengan meningkatnya Islamophobia di berbagai negara, JK menilai bahwa hal tersebut hanya bisa diatasi dengan prestasi positif.
"Persepsi negatif tentang Islam akan teratasi dengan sendirinya jika umat Islam menunjukkan prestasi dan kontribusi positif bagi masyarakat luas tanpa memandang agama atau asal usul," tutur dia.
JK mencontohkan keberhasilan wanita Muslim yang kini banyak menonjol dan bahkan membuat laki-laki Muslim tertinggal, berkat pendidikan yang mereka miliki.
"Prestasi positif seperti inilah yang akan mengikis diskriminasi dalam berbagai aspek kehidupan," tutur JK.
Tantangan yang Dihadapi Muslim
Retret Pemikiran London untuk Minoritas Muslim berlangsung pada 13-15 Januari 2025 di Kota London, Inggris. kegiatan ini mempertemukan para pemimpin Muslim dari berbagai negara untuk membahas tantangan yang dihadapi oleh komunitas Muslim minoritas di seluruh dunia.
Retret pemikiran ini dihadiri oleh 15 orang mantan pemimpin Muslim dari negara-negara mayoritas Muslim, serta pemimpin Muslim dari negara-negara minoritas seperti Amerika Serikat, Kanada, Inggris, dan Afrika Selatan. Diskusi akan difokuskan pada upaya mendukung minoritas Muslim yang menghadapi diskriminasi, penganiayaan, bahkan genosida di berbagai belahan dunia.
Advertisement