BMKG: Giant Sea Wall Solusi Ancaman Abrasi di Pesisir Pantai Utara Jawa

Degradasi tanah yang berujung pada rob akan berdampak luas bagi masyarakat, seperti menyebabkan pencemaran air, pencemaran lingkungan, hingga terjadinya penyebaran penyakit menular.

oleh Muhammad Radityo Priyasmoro diperbarui 29 Jan 2025, 04:00 WIB
Diterbitkan 29 Jan 2025, 04:00 WIB
Progres Pembangunan Tanggul Laut Raksasa Jakarta
Perahu nelayan melintas di dekat proyek tanggul laut raksasa atau giant sea wall di Cilincing, Jakarta, Kamis (15/3) (Merdeka.com/Iqbal Nugroho)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Kepala Pusat Meteorologi Maritim BMKG, Eko Prasetyo menyatakan ancaman abrasi atau degradasi tanah akibat air laut sudah terjadi di seluruh pesisir Pantai Utara Jawa. Menurut dia, hal tersebut bisa menjadi gerbang masuk dari bencana banjir rob.

“Jika memang terjadi penurunan tanah atau degradasi tanah. Tentunya banyak hal yang terancam. Di antaranya potensi terjadinya air laut yang masuk ke daratan ketika fase rob,” ujar Eko dalam keterangan kepada media, seperti dikutip Selasa (28/1/2025).

Dia menjelaskan, degradasi tanah yang berujung pada rob akan berdampak luas bagi masyarakat, seperti menyebabkan pencemaran air, pencemaran lingkungan, hingga terjadinya penyebaran penyakit menular.

“Rob ini harus ditangani ya, tidak boleh dibiarkan. Sehingga peningkatan volume air laut yang masuk ke daratan bisa terkendalikan agar kesejahteraan masyarakat (pesisir) ini tetap terjaga,” jelas Eko.

Eko menambahkan, selama ini pemerintah sudah mengupayakan banyak cara dalam menangani banjir rob, seperti pembuatan tanggul di bantaran sungai atau pun rumah pompa. Namun demikian, sifatnya hanya di area sempit, tidak luas.

Maka dari itu, dia berharap rencana Presiden Prabowo Subianto membangun Giant Sea Wall segera terealisasi sebagai solusi jangka panjang.

“Dengan dibangunnya Giant Sea Wall ini, memberi dampak yang lebih luas lagi terhadap daerah -daerah yang sering terdampak,” dia menandasi.

 

Citra Satelit

Sebagai contoh, citra satelit Pantai Anom, Pakuhaji, Kabupaten Tangerang periode 2009-2025 membuktikan, pada 16 tahun lalu wilayah tersebut masih terdapat daratan dan hamparan sawah. Namun pada tahun-tahun berikutnya, abrasi sedikit demi sedikit mulai mengikis.

Dimulai di tahun 2014 saat terjadi perubahan luar biasa besar ketika jarak laut sudah sangat dekat dengan titik yang bertulisan “Pantai Anom” dan terekam pada layar citra satelit.

Kemudian di tahun 2022, titik yang bertuliskan “Pantai Anom” sudah berada di posisi tengah laut dan tidak lagi terbentang daratan seperti sebelumnya. Puncaknya, pada tahun 2024 terlihat jelas posisi titik “Pantai Anom” berada di dalam laut dan tidak lagi terlihat pada hamparan dataran.

Selanjutnya, pada 24 Januari 2025, titik “Pantai Anom” sudah berada di posisi laut dan tepat di wilayah Pagar Laut yang menghebohkan.

Kondisi ini tentu bikin masyarakat was-was. BMKG juga sempat mengeluarkan pengumuman soal akan datangnya bencana banjir rob di pesisir pantai utara pulau Jawa.

 

Infografis Pendukung dan Penentang Kampus Kelola Tambang
Infografis Pendukung dan Penentang Kampus Kelola Tambang. (Liputan6.com/Gotri/Abdillah)... Selengkapnya
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya