Liputan6.com, Jakarta - Kabar duka dari pendaki Indonesia. Pendaki Lilie Wijayati Poegiono dan Elsa Laksono meninggal dunia Puncak Jaya atau Carstensz di Papua. Kabar duka tersebut dibenarkan jurnalis Andreas Harsono yang juga merupakan teman SMA Lilie.
Dikutip dari akun twitter atau X @andreasharsono dan sudah mendapatkan konfirmasi, Andreas menyebut Lilie meninggal dunia dalam pendakian bersama sahabatnya Elsa Laksono karena hipotermia atau kedinginan di Puncak Carstensz.
Advertisement
Baca Juga
"Lilie Wijayati dan Elsa Laksono, keduanya berumur 60 tahun, meninggal dunia karena kedinginan di di Puncak Carstensz, dekat Timika, Papua. Lilie perancang busana di Bandung, Elsa dokter gigi di Jakarta. Mereka alumni SMA Dempo Malang tahun 1984," tulis Andreas dikutip atas izin pada Minggu 2 Maret 2025.
Advertisement
Jenazah keduanya pun dievakuasi menggunakan helikopter Komala Indonesia AS 350 B3 PK-KIE dan PK-KIA. Awalnya, jenazah Elsa Laksono yang berhasil dievakuasi terlebih dahulu.
Berdasarkan informasi yang diterima Liputan6.com menyebutkan cuaca buruk mengadang evakuasi tersebut, hingga kesulitan mengevakuasi jenazah Lilie. Jenazah Elsa disemayamkan di RSUD Mimika dan diberangkatkan ke Jakarta pada Senin 3 Maret 2025.
Selain kedua jenazah, terdapat dua pendaki lainnya yang selamat yakni Indira Alaika dan Saroni yang juga mengalami gejala hiportemia atau kedinginan, tetapi masih dalam kondisi stabil.
Kabid Humas Polda Papua Kombes Pol Ignatius Benny Ady Prabowo pun membenarkan dua Pendaki meninggal dunia dikarenakan hipotermia di Taman nasional Carstensz pada Jumat lalu 28 Februari 2025.
Benny menyebut, insiden tragis ini diduga kuat diakibatkan oleh Acute Mountain Sickness (AMS), sebuah kondisi yang seringkali menghantui para pendaki di ketinggian ekstrem.
Ia menjelaskan kronologi awal kejadian naas tersebut, pada hari Rabu tanggal 26 Februari 2024 pukul 07.00 s/d 09.50 WIT, para pendaki terbang dari bandara Timika menuju Yelow Valey dengan menggunakan Helikopter Milik PT. Komala Indonesia jenis AS 350 B3 ( PK - KIE ).
"Tepat pada hari Jumat 28 Februari, para pendaki melakukan penyeberangan di jembatan tyrollean, dan Informasi dari pendaki Octries Ruslan dan Abdullah yang sudah berhasil turun menyampaikan bahwa, semua sudah di summit/Puncak dan ada 2 orang Indira dan Saroni terkena gejala AMS di area bawah puncak (teras besar), sedangkan tim tamu dan guide berada sebelum tyrollean," ujar Benny dalam keterangannya.
Berikut sederet fakta terkait pendaki Lilie Wijayati Poegiono dan Elsa Laksono meninggal dunia Puncak Jaya atau Carstensz di Papua dihimpun Tim News Liputan6.com:
1. Kabar Duka Disampaikan Sahabat
Pendaki Lilie Wijayati Poegiono meninggal dunia Puncak Jaya atau Carstensz di Papua. Kabar duka tersebut dibenarkan jurnalis Andreas Harsono yang juga merupakan teman SMA Lilie.
Dikutip dari akun twitter atau X @andreasharsono dan sudah mendapatkan konfirmasi, Andreas menyebut Lilie meninggal dunia dalam pendakian bersama sahabatnya Elsa Laksono karena hipotermia atau kedinginan di Puncak Carstensz.
"Lilie Wijayati dan Elsa Laksono, keduanya berumur 60 tahun, meninggal dunia karena kedinginan di di Puncak Carstensz, dekat Timika, Papua. Lilie perancang busana di Bandung, Elsa dokter gigi di Jakarta. Mereka alumni SMA Dempo Malang tahun 1984," tulis Andreas dikutip atas izin pada Minggu 2 Maret 2025.
Menurut Andreas, jenazah kedua pendaki ada di Lembah Kuning. Mulanya, mereka menggunakan helikopter dan berhenti di Lembah Kuning, namun terkena hipotermia.
"Selain Lilie Wijayati dan Elsa Laksono, ada tiga pendaki lain terkena hipotermia. Kesehatan mereka sudah membaik, kini tunggu evakuasi," tulis Andreas.
Andreas menyatakan, Lilie Wijayati merupakan kawan sekolah di SMA Dempo Malang pada tahun 1981-1984. Lilie disebut memiliki tubuh dan jiwa sehat dan ingin mendaki ketujuh puncak tertinggi di Indonesia.
"Lilie meninggal di urutan terakhir: Puncak Cartenz, Papua. Lilie dan Elsa ikut kelompok pendaki Puncak Cartenz, total 10 orang, termasuk 1 warga Rusia dan 2 warga Turki, dengan lima pemandu, naik helikopter sampai Lembah Kuning, perjalanan selanjutnya jalan kaki, namun mereka kedinginan dan meninggal," pungkasnya.
Advertisement
2. Kedua Jenazah Dievakuasi Menggunakan Helikopter
Jenazah pendaki perempuan Elsa Laksono dan Lilie Wijayati Poegiono berhasil dievakuasi dari Puncak Jaya, Provinsi Papua Tengah, Minggu 2 Maret 2025.
Evakuasi kedua jenazah menggunakan helikopter Komala Indonesia AS 350 B3 PK-KIE dan PK-KIA. Awalnya, jenazah Elsa yang berhasil dievakuasi terlebih dahulu.
Informasi yang diterima Liputan6.com menyebutkan cuaca buruk mengadang evakuasi tersebut, hingga kesulitan mengevakuasi jenazah Lilie. Jenazah Elsa disemayamkan di RSUD Mimika dan diberangkatkan ke Jakarta, Senin 3 Maret 2025.
Selain kedua jenazah, terdapat dua pendaki lainnya yang selamat yakni Indira Alaika dan Saroni yang juga mengalami gejala hiportemia atau kedinginan, tetapi masih dalam kondisi stabil.
"Rencananya, kedua jenazah akan diberangkatkan esok hari, Senin 3 Maret 2025 ke Jakarta," kata Kapolres Mimika AKBP Billyandha Hildiario Budiman, Minggu 3 Maret 2025.
Budiman menjelaskan kedua jenazah pendaki sesuai domisili KTP berasal dari Jakarta dan Bandung.
"Keduanya diduga meninggal dunia karena hipotermia atau kedinginan di Puncak Cartensz," jelas Budiman.
3. Kronologi Kejadian Dua Pendaki Mendaki di Puncak Cartenz hingga Akhirnya Meninggal
Kabid Humas Polda Papua, Kombes Pol. Ignatius Benny Ady Prabowo membenarkan dua pendaki meninggal dunia dikarenakan hipotermia di Taman nasional Carstensz pada Jumat lalu 28 Februari 2025.
Benny menyebut, insiden tragis ini diduga kuat diakibatkan oleh Acute Mountain Sickness (AMS), sebuah kondisi yang seringkali menghantui para pendaki di ketinggian ekstrem.
Ia menjelaskan kronologi awal kejadian naas tersebut, pada hari Rabu tanggal 26 Februari 2024 pukul 07.00 s/d 09.50 WIT, para pendaki terbang dari bandara Timika menuju Yelow Valey dengan menggunakan Helikopter Milik PT. Komala Indonesia jenis AS 350 B3 ( PK - KIE ).
"Tepat pada hari Jumat 28 Februari 2025, para pendaki melakukan penyeberangan di jembatan tyrollean, dan Informasi dari pendaki Octries Ruslan dan Abdullah yang sudah berhasil turun menyampaikan bahwa, semua sudah di summit/Puncak dan ada 2 orang Indira dan Saroni terkena gejala AMS di area bawah puncak (teras besar), sedangkan tim tamu dan guide berada sebelum tyrollean," ujar Benny dalam keterangannya, Minggu 2 Maret 2025.
Benny juga menyampaikan bahwa pendaki Nurhuda tiba di Basecamp sendirian dengan gejala hypothermia, dan langsung meminta bantuan ke tim di basecamp karena radio off, dan Guide Yustinus Sondegau naik ke atas untuk membawa bantuan emergency yakni sleeping bag, fly sheet, air panas, radio.
"Dengan cepat, 1 orang guide internasional, Dawa Gyalje Sherpa naik untuk melakukan pertolongan, dan Pendaki Poxy menginformasikan bahwa Dawa telah menghubungi Basecamp, dan sudah bertemu serta sedang menangani salah satu dari ibu-ibu," tambah Benny.
Lebih lanjut Benny menambahkan, pendaki Dawa mencoba membantu 2 orang pendaki di Teras Dua yang sedang mengalami AMS.
"Naasnya, pendaki Octries menginformasikan ke pendaki Deshir bahwa, 2 (dua) orang ibu-ibu tersebut yang berada di Teras Dua telah meninggal dunia, dan pendaki Huda naik kembali ke teras dua untuk mencoba membantu pendaki Egi, dan teman-teman di Summit Ridge," kata dia.
Selanjutnya pendaki Huda berkomunikasi, dan mengabarkan bahwa dirinya sudah di Base Camp dan tidak sanggup lagi meneruskan ke posisi Egi, Indira dan Saroni, sedangkan barang-barang untuk emergency sudah disimpan di bawah summit ridge.
"Untuk ke tiga pendaki yang mengalami AMS saat ini sudah dilakukan pergeseran ke Base Camp Yelow Valey, sedangkan untuk 2 Jenazah, Elsa Laksono dan Lilie Wijayanti Poegiono masih dilakukan upaya evakuasi ke BaseCamp Yelow Valey," pungkas Benny.
Langkah yang dilakukan oleh PT. Tropic Cartenz Jaya, lanjut Benny, telah berkomunikasi dan bekerjasama dengan Kepolisian serta Basarnas Timika untuk melakukan evakuasi korban meninggal dunia menggunakan helikopter Komala dan Intan Angkasa dari Timika menuju Yellow Valey dan kembali Timika pada tanggal 2 Maret 2025.
Advertisement
4. Jenazah Elsa Dikirim ke Jakarta dan Lilie Bakal Dimakamkan di Karawang
Jenazah pendaki perempuan Lilie Wijayati berhasil dievakuasi dari Puncak Cartenzs. Jenazah Lilie dapat dievakuasi Senin pagi 3 Maret 2025. Evakuasi jenazah Lilie sempat terhambat karena cuaca buruk yang menerjang Puncak Cartensz pada Minggu 2 Maret 2025.
Kapolres Mimika, AKBP Billyandha HildiarioBudiman mengatakan jenazah Lilie sudah berada di RSUD Mimika dan akan diberangkatkan ke Jakarta hari ini. Evakuasi jenazah menggunakan helikopter Komala Indonesia AS 350 B3 PK-KIE dan PK-KIA.
"Jenazah sudah di RSUD Mimika dan sedang dimandikan. Rencana kedua jenazah pendaki perempuan atas nama Elsa Laksono dan Lilie Wijayati akan diberangkatkan menggunakan maskapai Lion air pukul 10.45 WIT dengan didampingi 2 teman korban dan 1 perwakilan dari tim Tropic Cartenz," katanya, lewat gawainya, Senin 3 Maret 2024.
Sementara itu, jenazah Lilie Wijayati Poegiono (59), pendaki yang meninggal dunia saat menaklukkan Puncak Carstensz Pyramid, Papua, akhirnya tiba di Rumah Duka Nana Rohana, Kota Bandung, Jawa Barat, Senin malam 3 Maret 2025.
Jenazah tiba di rumah duka sekitar jam 20.30 WIB setelah diterbangkan dari Bandara Timika, Papua Tengah, menuju Jakarta kemudian tiba di Bandung, Jawa Barat, menggunakan mobil ambulans.
Antara pada Senin 3 Maret 2025 mengabarkan, jenazah sang pendaki Puncak Carstensz akan dimakamkan di San Diego Hills, Karawang, Jawa Barat, Rabu 5 Maret 2025. Suami mendiang, Frigard Harjono mengonfirmasi.
"(Jenazah) akan disemayamkan ke rumah duka dulu, karena menunggu besok sekeluarga datang. Setelah semua komplet datang, baru Rabu kita bawa ke pemakaman di San Diego Hills, Karawang," papar Frigard.
Suasana rumah duka tampak haru dan dipenuhi karangan bunga dari sejumlah kerabat maupun sahabat mendiang. Frigard Harjono menyebut istrinya telah lama menekuni hobi mendaki gunung.
Sejak SMA, Lilie Wijayati telah jatuh hati pada aktivitas mendaki. Ia telah menaklukkan berbagai gunung di dalam maupun luar negeri, termasuk Gunung Everest, Kinabalu, dan Annapurna di Nepal.
"Di Indonesia sudah banyak sekali gunung yang didaki. Tinggal gunung tertinggi ini (Puncak Cartensz Pyramid). Satu kali ini lagi. Dia bilang minta izin itu," beri tahu Frigard Harjono.
"Saya ya okelah. Semuanya menunjang, mendukung, silakan saja," ia menyambung. Namun, jauh di lubuk hati, Frigard Harjono menyimpan kekhawatiran terkait faktor keselamatan.
Meski demikian, pihak keluarga tetap mendukung keinginan Lilie Wijayati untuk mendaki Puncak Cartensz Pyramid, Papua. Tak disangka takdir berkata lain. Ia berpulang di gunung tertinggi di Indonesia.
Diduga, Lilie Wijayati dan sahabatnya, Elsa Laksono meninggal dunia akibat hipotermia.
"Rasa khawatir pasti ada, tetapi ya diserahkan kepada Tuhan saja," Frigard Harjono mengenang.
5. Fiersa Besari Dievakuasi dari Puncak Carstensz, Dua Pendaki Meninggal
Pada tanggal 3 Maret 2025, musisi, penulis, dan influencer Indonesia, Fiersa Besari, berhasil dievakuasi dari Puncak Carstensz, Papua, setelah mengikuti ekspedisi pendakian ke puncak tertinggi di Indonesia.
Namun, ekspedisi tersebut diwarnai tragedi meninggalnya dua pendaki lainnya. Fiersa, yang dikenal luas berkat musik indie-nya dan aktif di berbagai platform media sosial, membagikan kronologi kejadian yang menyebabkan kematian kedua pendaki tersebut. Ia lahir pada 3 Maret 1984 dan dikenal sebagai salah satu pendiri Komunitas Pecandu Buku.
Evakuasi Fiersa Besari dari Puncak Carstensz menjadi berita utama di berbagai media Indonesia. Kejadian ini menyoroti tantangan dan risiko yang dihadapi para pendaki gunung di Indonesia, khususnya di wilayah yang dikenal dengan medan yang ekstrem seperti Puncak Carstensz.
Kisah Fiersa Besari dan ekspedisi pendakiannya ini menjadi perbincangan hangat di media sosial, terutama di TikTok, platform yang memiliki jutaan pengikut Fiersa.
Dalam berbagai unggahannya, Fiersa Besari menggambarkan dirinya sebagai 'manusia biasa yang senang menulis, bermusik, berkelana, dan suka iseng.'
Namun, pengalamannya di Puncak Carstensz menunjukkan sisi lain dari dirinya, yaitu keberanian dan ketangguhan dalam menghadapi situasi yang sulit dan penuh risiko.
Kisah ini menginspirasi banyak orang, sekaligus menjadi pengingat akan pentingnya keselamatan dan persiapan yang matang dalam kegiatan pendakian gunung.
Advertisement
6. Kronologi Kejadian di Puncak Carstensz Versi Fiersa Besari
Fiersa Besari secara detail menceritakan kronologi kejadian yang menyebabkan meninggalnya dua pendaki dalam ekspedisi tersebut melalui unggahan di media sosialnya.
Meskipun detail lengkap masih belum dipublikasikan secara resmi, Fiersa menekankan pentingnya persiapan yang matang dan peralatan yang memadai dalam menghadapi kondisi cuaca ekstrem di pegunungan. Ia juga mengingatkan pentingnya kerjasama tim dan kemampuan untuk mengambil keputusan yang tepat dalam situasi darurat.
Menurut keterangan Fiersa, kondisi cuaca yang buruk dan medan yang menantang menjadi faktor utama penyebab kecelakaan tersebut. Ia juga menekankan pentingnya persiapan fisik dan mental yang prima sebelum melakukan pendakian di daerah yang ekstrem.
Fiersa juga menyampaikan rasa duka cita yang mendalam atas meninggalnya kedua pendaki tersebut dan menyampaikan simpati kepada keluarga yang ditinggalkan.
Meskipun mengalami pengalaman traumatis, Fiersa Besari tetap menekankan pentingnya semangat petualangan dan eksplorasi. Ia percaya bahwa pengalaman ini akan menjadi pelajaran berharga, baik baginya maupun bagi para pendaki lainnya.
Kisah ini juga diharapkan dapat meningkatkan kesadaran akan pentingnya keselamatan dan persiapan yang matang dalam kegiatan pendakian gunung.
Setelah dievakuasi, Fiersa Besari langsung mendapatkan perawatan medis. Kondisi kesehatannya kini dilaporkan stabil. Namun, pengalaman traumatis ini tentu akan membekas dalam ingatannya.
Dia berjanji akan terus berbagi pengalaman dan pelajaran berharga yang didapatnya dari ekspedisi tersebut.
Dalam beberapa unggahannya, Fiersa Besari memberikan pesan kepada para pendaki untuk selalu memprioritaskan keselamatan. Ia menekankan pentingnya mempersiapkan diri secara matang, baik dari segi fisik maupun mental, sebelum melakukan pendakian. Persiapan yang matang meliputi pengecekan peralatan, pelatihan fisik, dan pengetahuan tentang medan yang akan didaki.
Selain itu, Fiersa juga menekankan pentingnya kerjasama tim dan komunikasi yang efektif antar anggota tim. Dalam situasi darurat, kerjasama tim sangat penting untuk memastikan keselamatan semua anggota. Komunikasi yang baik juga dapat membantu dalam pengambilan keputusan yang tepat dan efektif.
Fiersa juga mengingatkan pentingnya menghormati alam dan lingkungan sekitar. Para pendaki harus menjaga kebersihan dan tidak merusak lingkungan selama pendakian. Hal ini penting untuk menjaga kelestarian alam dan memastikan keselamatan para pendaki di masa mendatang.
Pengalaman Fiersa Besari di Puncak Carstensz menjadi pengingat penting bagi para pendaki untuk selalu waspada dan memprioritaskan keselamatan. Meskipun petualangan dan eksplorasi sangat menarik, keselamatan harus selalu diutamakan.
Meskipun tragedi ini terjadi, kisah Fiersa Besari juga menginspirasi banyak orang untuk tetap mengejar mimpi dan semangat petualangan. Namun, dengan selalu mengutamakan keselamatan dan persiapan yang matang.
Semoga kisah ini menjadi pelajaran berharga bagi semua pendaki gunung di Indonesia dan di seluruh dunia. Ingatlah selalu bahwa keselamatan adalah hal yang paling utama dalam setiap kegiatan pendakian.
