Sidang Isbat Digelar Sore Nanti, Bagaimana Cara Melihat Hilal?

Mengenal hilal, penanda penting awal bulan Hijriah, metode rukyat dan hisab, serta kriteria visibilitasnya dalam menentukan awal Ramadhan dan Idul Fitri.

Liputan6.com, Jakarta - Hilal, dalam bahasa Arab berarti 'bulan sabit', merupakan penanda penting dalam penanggalan Hijriah. Hilal adalah bulan sabit muda pertama yang terlihat setelah ijtimak (konjungsi), menandai awal bulan-bulan penting seperti Ramadhan, Syawal (Idul Fitri), dan Dzulhijjah (Idul Adha). Pengamatan hilal, atau rukyatul hilal, dilakukan oleh umat Islam di seluruh dunia untuk menentukan awal bulan-bulan tersebut.

Karakteristik hilal sangat unik. Bentuknya tipis menyerupai sabit karena usianya masih sangat muda, sekitar 12 jam setelah ijtimak. Cahayanya redup, sehingga pengamatan seringkali membutuhkan alat bantu seperti teleskop. Hilal biasanya terlihat di ufuk barat, sesaat setelah matahari terbenam, saat cahaya matahari tak lagi menyilaukan. Perbedaan metode pengamatan dan penentuan awal bulan seringkali terjadi, antara lain karena perbedaan interpretasi terhadap kriteria visibilitas hilal.

Pentingnya hilal dalam Islam tak bisa dipungkiri. Ia menjadi penentu waktu ibadah penting seperti puasa Ramadhan, perayaan Idul Fitri, dan Idul Adha. Oleh karena itu, penentuan awal bulan berdasarkan hilal menjadi hal yang sangat diperhatikan oleh umat Islam di seluruh dunia. Perbedaan metode penentuan awal bulan, antara lain antara pemerintah, Muhammadiyah, dan NU di Indonesia, seringkali menjadi perbincangan publik.

2 dari 4 halaman

Metode Penentuan Hilal: Rukyat dan Hisab

Terdapat dua metode utama dalam menentukan awal bulan Hijriah berdasarkan hilal: rukyat dan hisab. Rukyat adalah pengamatan langsung hilal dengan mata telanjang atau alat bantu optik. Metode ini menekankan pada penglihatan langsung sebagai bukti. Sementara itu, hisab merupakan perhitungan astronomis untuk memprediksi posisi hilal berdasarkan pergerakan matahari, bumi, dan bulan. Metode hisab menggunakan ilmu falak (astronomi) untuk menentukan kemungkinan terlihatnya hilal.

Perbedaan antara rukyat dan hisab seringkali menyebabkan perbedaan dalam penetapan awal bulan. Pemerintah Indonesia biasanya menggunakan kombinasi rukyat dan hisab. Muhammadiyah lebih condong pada hisab, sementara NU lebih menekankan pada rukyat. Perbedaan ini didasari oleh pemahaman dan interpretasi masing-masing terhadap dalil-dalil agama dan perkembangan ilmu pengetahuan.

Meskipun terdapat perbedaan metode, tujuannya tetap sama: menentukan awal bulan Hijriah dengan akurat dan sesuai dengan syariat Islam. Kedua metode ini memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, dan pemahaman yang komprehensif terhadap keduanya penting untuk memahami kompleksitas penentuan awal bulan Hijriah.

3 dari 4 halaman

Kriteria Visibilitas Hilal

Agar dapat dikonfirmasi sebagai awal bulan baru, hilal harus memenuhi beberapa kriteria. Menurut para ahli astronomi dan lembaga keagamaan, hilal harus terlihat sekitar 12 jam setelah ijtimak. Ketinggian hilal minimal 2 derajat di atas ufuk, dengan jarak elongasi antara bulan dan matahari minimal 3 derajat. Hilal juga harus dapat diamati dengan kasat mata atau melalui alat bantu optik.

Kriteria ini penting untuk memastikan akurasi penentuan awal bulan. Dengan perkembangan teknologi, pengamatan hilal kini semakin akurat. Alat optik dan perhitungan astronomis yang cermat membantu dalam memastikan visibilitas hilal dan menentukan awal bulan Hijriah dengan lebih tepat.

Memahami kriteria ini penting untuk menghindari kesalahpahaman dan perbedaan dalam penetapan awal bulan. Kombinasi antara pengamatan langsung (rukyat) dan perhitungan astronomis (hisab) yang akurat dapat meminimalisir perbedaan tersebut.

4 dari 4 halaman

Cara Melihat Hilal

  • Rukyatul Hilal (Pengamatan Langsung): Melihat hilal secara langsung dengan mata telanjang atau alat bantu optik seperti teleskop pada hari ke-29 bulan berjalan setelah matahari terbenam. Keberhasilan rukyat dipengaruhi oleh cuaca, posisi bulan, jarak elongasi, dan kemampuan pengamat.
  • Penggunaan Alat Optik: Teleskop atau sensor kamera yang lebih sensitif membantu mendeteksi hilal yang tipis dan sulit diamati dengan mata telanjang.
  • Hisab Astronomis: Perhitungan astronomis memprediksi posisi hilal berdasarkan data peredaran bulan dan matahari. Metode ini memastikan kapan hilal sudah wujud meskipun tak terlihat dengan mata telanjang.

 

Produksi Liputan6.com