Sukses

LIVE

Jalur Sepeda untuk Siapa?

Jakarta telah memiliki jalur khusus sepeda sepanjang 313,607 kilometer yang dibangun sejak 2012 hingga 2023. Namun jalur khusus tersebut nyatanya tidak bisa dimanfaatkan sebagaimana mestinya.

Liputan6.com, Jakarta - Matahari mulai menari-nari di atas kepala. Pagi itu, udara panas sudah mencubit kulit, aspal mengepul, dan klakson bersahut-sahutan menjadi satu di jalanan.

Di tengah riuh kendaraan bermotor, seorang pria dengan helm kuning dan kacamata hitam menunduk sambil mengayuh pedal sepeda menembus jalan menuju ke Jakarta.

Namanya John Herman, dia seorang pegawai sebuah perusahaan IT di Kebayoran Baru, yang sehari-hari harus bolak-balik Depok-Jakarta. Perjuangan dan semangatnya sangat mengebu-gebu.

"Saya dari Depok Timur mau ke kantor di kawasan Kebayoran Baru, ya kalau dihitung jarak tempuh kira-kira 20 km dan memakan waktu 1 jam 15 menit," kata dia memulai perbincangan dengan Liputan6.com, Jumat (25/4/2025).

Keringat mengucur di pelipis, tapi raut mukanya tetap santai. Dia dengan senang meladeni wawancara. Pria itu memang menjadikan kendaraan roda dua tanpa mesin itu sebagai alat transportasi menuju ke kantor.

"Kalau hari biasa, jam 9 sudah berangkat sampai kantor kira-kira 1 jam seperepat dari sekarang," ujar dia.

Di balik kesehariannya mengayuh sepeda, tersimpan cerita getir. Di Jakarta, pesepeda masih terpinggirkan. Jalur khusus sepeda yang disediakan pemerintah pun kerap jadi rebutan dengan pemotor.

"Sering banget, dan ya itu pemotor kadang-kadang suka nyerobot. Kadang-kadang kalau jalur kepakai itu agak menyusahkan," ujar dia.

Namun ketika sedang capai, John terkadang terpancing emosi. Tapi lebih sering dia memilih diam dan mengalah.

"Kalau lagi capek kadang kita bales, tapi kalau mood lagi biasa ya udah kita diemin aja, kita ngalah aja," ujar dia.

John ingat betul suatu hari pernah disenggol pemotor di jalur sepeda. Bukannya minta maaf, pemotor tersebut malah emosi. Di situlah John balik menasehati.

"Kalau sama pemotor, kalau kita udah bener terus diserobot jalur dipotong kita harus tunjukkin kalau kita bener," ujar dia.

Meski begitu John tetap setia bersepeda. Katanya lebih hemat, dan sehat. Apalagi di kantor, bosnya juga hobi bersepeda.

 

2 dari 4 halaman

Keluhan Pesepeda yang Perlu Didengar

Dalam kesempatan itu, John menyoroti pelbagai fasilitas sepeda seperti parkiran yang dinilai belum memenuhi standar keamanan, sehingga banyak pesepeda yang was-was saat menitipkan kendaraannya.

"Walaupun ada pakiran keamanan kurang, saya sering dapat WhatsApp dari temen-temen komunitas yang kehilangan sepedanya. Terakhir ada kejadian di parkiran MRT," ujar dia.

Kini, angin segar berembus dari Balai Kota Jakarta. Apalagi Gubernur Jakarta Pramono Anung katanya hobi gowes. Dia menaruh harapan besar kepada Pramono untuk memperbaiki fasilitas bagi pesepeda.

Meski menurut John, Jakarta sebenarnya sudah cukup fasilitasnya. Jalur ada, bike sharing ada, parkir sepeda di beberapa tempat juga mulai tersedia. Tapi yang belum ada adalah kesadaran pengendara motor.

"Diteruskan lah jalur sepeda yang sudah ada di Jakarta, kalau bisa ditambah, kalau bisa dipertahankan atau ditertibkan," ujar dia.

 

 

3 dari 4 halaman

Perlu Ada Kampanye dan Acara Gowes Bareng

Solusinya, Pramono harus lebih sering mengadakan acara gowes bareng. Di sana nanti ada semacam kampanye untuk meningkatkan kesadaran pemotor dan penggendara lain.

"Bahwa pesepeda mesti didahulukan karena hirarki di jalan raya, jalan kaki, pesepeda, baru kendaraan. Karena bersepeda untungin, pertama kita lebih sehat, kedua mengurangi kemacetan. Pertama sehat, ongkos berkurang, kedua kurangi kemacetan," ucap dia.

Suara John diamini Ujang, petugas PJLP di Dinas Pertamanan yang juga goweser sejati. "Dari muda saya udah sepedaan. Sekarang anak udah tiga. Alhamdulillah jalur sepeda sekarang udah mulai banyak. Tapi ya gitu, kadang pemotor masih aja main serobot,” ujarnya.

Syifa, mahasiswa dari Sudirman, juga bicara hal serupa soal fasilitas pesepeda.

"Kurang diperlebar, karena kadang pemotor suka enggak mau ngalah sama pesepeda, terus jalur sepeda suka dipakai sama pemotor," ucap dia.

"Sudah cukup baik lah dibandingkan di beberapa daerah penyangga," sambung dia.

Syifa punya harapan yang sederhana. “Beneran deh diurusin, diproses supaya banyak masyarakat Indonesia lebih banyak naik sepeda," ucap dia.

 

4 dari 4 halaman

Jalur Sepeda Rusak, Bahkan Berubah Jadi Tempat Parkir

Suara pesepeda seperti John Herman bukan isapan jempol. Mereka bukan asal mengeluh, karena kenyataan di lapangan memang pahit. Hal ini terlihat dari jalur sepeda yang ada di sepanjang ruas Jalan Imam Bonjol, dan Sudirman-Thamrin.

Di Sudirman-Thamrin, jalur sepeda retak-retak. Aspalnya mengelupas. Tak cuma itu, jalur sepeda di kawasan elite itu malah berubah fungsi menjadi tempat parkir dadakan pengemudi ojek online dan taksi. Mereka dengan santai parkir sambil menunggu orderan.

Di Jalan Panglima Polim sampai Fatmawati, kondisinya nyaris sama. Bahkan lebih parah. Jalur sepeda banyak yang pudar di pinggir jalan.

Banyak pemotor yang pake jalur itu buat ngetem. Dan karena lebar jalan tidak sebanding dengan volume kendaraan, akhirnya pesepeda harus berbagi jalur sama motor dan mobil yang tak mau ngalah.

Sebagai informasi, Jakarta telah memiliki jalur sepeda sepanjang 313,607 kilometer yang tersebar di sejumlah titik. Jalur khusus pesepeda sepanjang itu dibangun sejak 2012 hingga 2023.

Produksi Liputan6.com