Ng Puntiong, pria yang tewas mengenaskan dengan kepala terputus di Apartemen Laguna, Penjaringan, Jakarta Utara diketahui berwatak keras semasa hidupnya. Hal itu disampaikan mantan karyawan Puntiong, Asep (29), saat Puntiong masih menetap di Jalan Latumeten III Barat, Jelambar Baru, Cengkareng, Jakarta Barat.
"Orangnya sih baik sama karyawan. Tapi kalau sudah masalah kerjaan gampang marah. Kalau misalnya menegur orang juga keras sekali," kata Asep, di Jakarta, Rabu (26/6/2013).
Asep menuturkan, ketika dirinya masih menjadi anak buah Puntiong, beberapa karyawan Puntiong tidak betah akibat sifat kerasnya. "Kalau saya sudah setahun kerja buat si Engkoh (Puntiong-red). Ada 10 orang yang keluar gara-gara nggak betah kerja sama Engkoh. Karena Engkoh sifatnya keras," tutur Asep.
Asep juga mengatakan, Puntiong memiliki dua orang putra. Putra sulungnya, yang bernama Albert kini telah duduk di bangku kuliah, sementara putra kedua Puntiong yaitu Stephen, baru saja mau masuk jenjang SMA.
Sementara menurut karyawan korban, Giatno (57), ada perubahan dari diri sang bos sepekan sebelum dia tewas. Puntiong yang dikenal pemarah tampak menjadi pribadi pendiam.
"Seminggu terakhir, agak berubah (sikapnya) diam terus. Dan nggak pernah cerita ada apa-apa, bertengkar hanya dengan istrinya saja. Di apartemen saya nggak tahu temannya siapa," kata Giatno.
Giatno menuturkan, terakhir kali bosnya itu diketahui akan mengunjungi temannya di lokasi kejadian. Karena saat itu, Puntiong tidak dalam keadaan bertugas . Meski begitu, sebelum mendatangi Apartemen Laguna, korban mengaku sakit di bagian kepala.
"Saya kan keneknya, jalan sebelumnya betulin AC ke Mangga Besar, abis itu korban minta dianterin ke apartemen. Cuma bilangnya mau ke rumah temen," kata Giatno di Mapolsek Penjaringan, Jakarta Utara.
Menurutnya, setelah mengantarkan korban, dirinya menunggu di warung dekat dengan apartemen. Selang kemudian, ia pun pulang ke kantor dan rumah Puntiong di Jelambar. "Saya sendiri sempat pulang tuker motor, terus ganti sepeda. Ketika saya datangi lagi, sudah banyak kerumunan di lokasi. Pas dilihat koh Tiong dari bajunya," tutur Giatno.
Lalu, Giatno pun mengabarkan kejadian tersebut kepada istri dan anak korban. (Ali)
"Orangnya sih baik sama karyawan. Tapi kalau sudah masalah kerjaan gampang marah. Kalau misalnya menegur orang juga keras sekali," kata Asep, di Jakarta, Rabu (26/6/2013).
Asep menuturkan, ketika dirinya masih menjadi anak buah Puntiong, beberapa karyawan Puntiong tidak betah akibat sifat kerasnya. "Kalau saya sudah setahun kerja buat si Engkoh (Puntiong-red). Ada 10 orang yang keluar gara-gara nggak betah kerja sama Engkoh. Karena Engkoh sifatnya keras," tutur Asep.
Asep juga mengatakan, Puntiong memiliki dua orang putra. Putra sulungnya, yang bernama Albert kini telah duduk di bangku kuliah, sementara putra kedua Puntiong yaitu Stephen, baru saja mau masuk jenjang SMA.
Sementara menurut karyawan korban, Giatno (57), ada perubahan dari diri sang bos sepekan sebelum dia tewas. Puntiong yang dikenal pemarah tampak menjadi pribadi pendiam.
"Seminggu terakhir, agak berubah (sikapnya) diam terus. Dan nggak pernah cerita ada apa-apa, bertengkar hanya dengan istrinya saja. Di apartemen saya nggak tahu temannya siapa," kata Giatno.
Giatno menuturkan, terakhir kali bosnya itu diketahui akan mengunjungi temannya di lokasi kejadian. Karena saat itu, Puntiong tidak dalam keadaan bertugas . Meski begitu, sebelum mendatangi Apartemen Laguna, korban mengaku sakit di bagian kepala.
"Saya kan keneknya, jalan sebelumnya betulin AC ke Mangga Besar, abis itu korban minta dianterin ke apartemen. Cuma bilangnya mau ke rumah temen," kata Giatno di Mapolsek Penjaringan, Jakarta Utara.
Menurutnya, setelah mengantarkan korban, dirinya menunggu di warung dekat dengan apartemen. Selang kemudian, ia pun pulang ke kantor dan rumah Puntiong di Jelambar. "Saya sendiri sempat pulang tuker motor, terus ganti sepeda. Ketika saya datangi lagi, sudah banyak kerumunan di lokasi. Pas dilihat koh Tiong dari bajunya," tutur Giatno.
Lalu, Giatno pun mengabarkan kejadian tersebut kepada istri dan anak korban. (Ali)