Berdasar hasil survei pra-Pemilu 2014 oleh pusat penelitian politik (P2P) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) yang dilakukan pada 10-31 Mei 2013 terungkap, Partai Persatuan Pembangunan (PPP) hanya mendapatkan 2,9 persen jika pemilu dilakukan saat ini.
Dengan demikian, PPP tidak dapat menempatkan calegnya di DPR lantaran tak lolos ambang batas parlemen atau Parliamentary Threshold sebesar 3,5 persen.
Sekjen PPP M Romahurmuziy menyatakan, partainya tak mau ambil pusing dengan hasil survei yang dilakukan LIPI itu. Lantaran, hasil survei bukanlah pertanda kiamat bagi partai politik dalam memperjuangkan aspirasi masyarakat yang diwakilkannya.
"Hasil survei jelek bukanlah kiamat untuk PPP. Kami punya puluhan pengalaman disurvei jeblok sejak Pemilu 1999, namun selalu happy ending," kata Rommy sapaan akrab Romahurmuziy dalam pesan singkatnya kepada Liputan6.com di Jakarta, Jumat (28/6/2013).
Menurut Rommy, survei sebagai piranti saintifik dewasa ini seringkali dibelokkan sebagai alat pembentuk opini dengan cara menyiasati metode sampling dan kualifikasi responden. "Kami tentu tidak meragukan otentisitas LIPI, namun kesempatan ini kami gunakan untuk flashback kemelesetan kolektif sejumlah lembaga survei terkemuka pada beberapa pilkada terakhir," tutur Rommy.
Rommy yang juga Ketua Komisi IV DPR ini menjelaskan, survei dalam waktu 10 bulan sebelum pemilu hanya memotret kinerja media atau PR sebuah parpol saja. Padahal, selain itu, pemilu juga merupakan kinerja caleg dan mesin partai.
"Pada kedua aspek ini, kami yakin PPP unggul, karena sudah kami buktikan berkali-kali," pungkas Rommy. (Ali/Sss)
Dengan demikian, PPP tidak dapat menempatkan calegnya di DPR lantaran tak lolos ambang batas parlemen atau Parliamentary Threshold sebesar 3,5 persen.
Sekjen PPP M Romahurmuziy menyatakan, partainya tak mau ambil pusing dengan hasil survei yang dilakukan LIPI itu. Lantaran, hasil survei bukanlah pertanda kiamat bagi partai politik dalam memperjuangkan aspirasi masyarakat yang diwakilkannya.
"Hasil survei jelek bukanlah kiamat untuk PPP. Kami punya puluhan pengalaman disurvei jeblok sejak Pemilu 1999, namun selalu happy ending," kata Rommy sapaan akrab Romahurmuziy dalam pesan singkatnya kepada Liputan6.com di Jakarta, Jumat (28/6/2013).
Menurut Rommy, survei sebagai piranti saintifik dewasa ini seringkali dibelokkan sebagai alat pembentuk opini dengan cara menyiasati metode sampling dan kualifikasi responden. "Kami tentu tidak meragukan otentisitas LIPI, namun kesempatan ini kami gunakan untuk flashback kemelesetan kolektif sejumlah lembaga survei terkemuka pada beberapa pilkada terakhir," tutur Rommy.
Rommy yang juga Ketua Komisi IV DPR ini menjelaskan, survei dalam waktu 10 bulan sebelum pemilu hanya memotret kinerja media atau PR sebuah parpol saja. Padahal, selain itu, pemilu juga merupakan kinerja caleg dan mesin partai.
"Pada kedua aspek ini, kami yakin PPP unggul, karena sudah kami buktikan berkali-kali," pungkas Rommy. (Ali/Sss)