40 Hari sudah Taufiq Kiemas meninggal dunia. Namun, tak habis cerita dan kisah tentang Ketua MPR RI tersebut. Seperti yang diungkapkan Wakil Presiden Boediono.
Boediono mengungkapkan, ada kenangan tentang Taufiq Kiemas yang masih lekat dalam ingatannya ketika bersama melakukan sosialisasi 4 Pilar di daerah Ende, Nusa Tenggara Timur (NTT), sesaat sebelum Taufiq Kiemas dipanggil yang maha kuasa.
"Terakhir saya memang mendapatkan kesempatan yang sangat baik bagi saya karena saya bersama-sama dengan beliau dalam merayakan 1 Juni atau Hari Lahir Pancasila di Ende. Pada waktu itu saya benar-benar melihat beliau tidak ada kesan bahwa akan meninggalkan kita," kata Boediono dalam pidatonya di acara mengenang 40 hari meninggalnya almarhum Taufik Kiemas di Gedung DPR/MPR/DPD RI, Senayan, Jakarta, Jumat (19/7/2013).
Boediono menilai, kebahagiannya yang ditunjukan Taufiq Kiemas itu sejalan dengan pemikiran yang menginginkan peringatan Kelahiran Pancasila harus dilakukan di berbagai daerah secara bergantian. Sehingga, daerah yang menjadi tempat peringatan kelahiran Pancasila itu bisa merasakan bahwa ada semangat yang sama dalam menjadi bagian dalam NKRI.
Karena itu, Boediono mengaku bahwa dirinya sepakat jika perayaan Hari Kelahiran Pancasila 1 Juni itu dilakukan di daerah-daerah secara bergantian setiap tahunnya.
"Saya kira itu pandangan yang sangat baik di mana langkah itu akan merajut semangat persatuan bagi semua daerah. Daerah yang dijadikan tempat peringatan pancasila akan merasa menjadi bagian dalam republik ini. Saya kira hal seperti ini lah yang perlu kita lanjutkan," tegas Boediono di hadapan Presiden SBY dan tamu undangan acara 40 hari mengenang Taufiq Kiemas itu.
Boediono juga menilai bahwa Pancasila yang masuk ke dalam 4 Pilar Kebangsaan itu merupakan ciri-ciri dasar negara republik kita yang harus terus diperjuangkan. Oleh sebab itu ia merasa 4 pilar itu sesuatu yang sangat berharga yang harus terus diingat oleh para generasi penerus bangsa di masa yang akan datang.
"Jadi 4 pilar masih sanagat relevan namun cara-caranya harus selaras dengan generasi muda kita untuk menanamkan di hati mereka," tukas Boediono. (Mut)
Boediono mengungkapkan, ada kenangan tentang Taufiq Kiemas yang masih lekat dalam ingatannya ketika bersama melakukan sosialisasi 4 Pilar di daerah Ende, Nusa Tenggara Timur (NTT), sesaat sebelum Taufiq Kiemas dipanggil yang maha kuasa.
"Terakhir saya memang mendapatkan kesempatan yang sangat baik bagi saya karena saya bersama-sama dengan beliau dalam merayakan 1 Juni atau Hari Lahir Pancasila di Ende. Pada waktu itu saya benar-benar melihat beliau tidak ada kesan bahwa akan meninggalkan kita," kata Boediono dalam pidatonya di acara mengenang 40 hari meninggalnya almarhum Taufik Kiemas di Gedung DPR/MPR/DPD RI, Senayan, Jakarta, Jumat (19/7/2013).
Boediono menilai, kebahagiannya yang ditunjukan Taufiq Kiemas itu sejalan dengan pemikiran yang menginginkan peringatan Kelahiran Pancasila harus dilakukan di berbagai daerah secara bergantian. Sehingga, daerah yang menjadi tempat peringatan kelahiran Pancasila itu bisa merasakan bahwa ada semangat yang sama dalam menjadi bagian dalam NKRI.
Karena itu, Boediono mengaku bahwa dirinya sepakat jika perayaan Hari Kelahiran Pancasila 1 Juni itu dilakukan di daerah-daerah secara bergantian setiap tahunnya.
"Saya kira itu pandangan yang sangat baik di mana langkah itu akan merajut semangat persatuan bagi semua daerah. Daerah yang dijadikan tempat peringatan pancasila akan merasa menjadi bagian dalam republik ini. Saya kira hal seperti ini lah yang perlu kita lanjutkan," tegas Boediono di hadapan Presiden SBY dan tamu undangan acara 40 hari mengenang Taufiq Kiemas itu.
Boediono juga menilai bahwa Pancasila yang masuk ke dalam 4 Pilar Kebangsaan itu merupakan ciri-ciri dasar negara republik kita yang harus terus diperjuangkan. Oleh sebab itu ia merasa 4 pilar itu sesuatu yang sangat berharga yang harus terus diingat oleh para generasi penerus bangsa di masa yang akan datang.
"Jadi 4 pilar masih sanagat relevan namun cara-caranya harus selaras dengan generasi muda kita untuk menanamkan di hati mereka," tukas Boediono. (Mut)