Sejumlah pedagang kaki lima (PKL) di Jalan KS Tubun, Palmerah, Jakarta Barat telah ditertibkan. Namun, hal itu tak membuat para pedagang menyerah untuk mengais rejeki di kawasan yang mengarah ke Pasar Tanah Abang.
Aksi kucing-kucingan pun terlihat antar para PKL yang ingin membuka lapak dagangan saat sore hari dengan petugas Satpol PP. Para PKL hanya bisa menyaksikan puluhan petugas Satpol PP berjaga saat siang hari. Sekitar pukul 15.45 WIB atau beberapa menit selepas rombongan petugas Satpol PP pergi, puluhan PKL mulai membuka lapak dagangan mereka.
Undang Ibrahim (53) yang berdagang sepatu mengaku nekat kembali berjualan di depan museum tekstil itu karena urusan perut.
"Saya kan ada tanggungan 5 anak sama istri mas. Ya mau tidak mau harus jualan lagi. Kalau tidak mau makan apa coba?," kata Undang sambil menggelar lapak dagangan di depan museum tekstil, Jakarta Barat, Selasa (3/9/2013).
Undang menuturkan pada 1995 ia berjualan sepatu di sebuah kios di Jalan KS Tubun. Namun, dirinya harus gigit jari lantaran kios dagangannya dibongkar petugas. Ia pun nekat menumpang di kawasan Museum Tekstil.
"Itu digusurnya pas saya pulang kampung mas. Saya sekarang tinggal seadanya, numpang di kawasan Museum Tekstil. Yang penting bisa tidur karena saya sudah tidak bisa bayar uang sewa," imbuh Undang.
Undang dan para PKL lainnya yang terpaksa harus kucing-kucingan dengan petugas. Ia nekat membuka lapak sekitar pukul 16.00-22.00 WIB menunggu petugas beranjak dari Jalan KS Tubun.
"Kita sih disini kalau jualan nungguin petugas pergi mas. Paling pukul 16.00 WIB baru buka dan tutup pukul 22.00 WIB. Beda sama dulu mas, sekarang untungnya kagak ada. Gimana mau untung buka lapak saja baru sore. Jarang yang mau beli. Ini juga sepatu yang saya jual sisa sebelum dibongkar kios saya mas, belum sempet belanja sepatu lagi," tutur Undang.
Undang dan PKL lainnya juga terus kebingungan, lantaran tidak adanya kepastian atas nasib mereka yang rencananya akan direlokasi ke Pasar Slipi Jaya, Jakarta Barat. Ia mengeluhkan lambatnya proses pendataan yang dilakukan Sub Dinas Perdagangan dan UMKM Jakarta Barat untuk relokasi PKL ke Pasar Slipi Jaya.
"Sampai sekarang belum ada kepastian. Kami sudah menunggu dua minggu. Kami tidak tenang kalau terus-terusan begini. Kami semua sudah memasukkan data pengajuan, termasuk dokumen-dokumen yang dibutuhkan. Kami minta kejelasan kapan mau dipindahkan. Jualan seperti ini kami juga tidak tenang," tutup Undang. (Adi)
Aksi kucing-kucingan pun terlihat antar para PKL yang ingin membuka lapak dagangan saat sore hari dengan petugas Satpol PP. Para PKL hanya bisa menyaksikan puluhan petugas Satpol PP berjaga saat siang hari. Sekitar pukul 15.45 WIB atau beberapa menit selepas rombongan petugas Satpol PP pergi, puluhan PKL mulai membuka lapak dagangan mereka.
Undang Ibrahim (53) yang berdagang sepatu mengaku nekat kembali berjualan di depan museum tekstil itu karena urusan perut.
"Saya kan ada tanggungan 5 anak sama istri mas. Ya mau tidak mau harus jualan lagi. Kalau tidak mau makan apa coba?," kata Undang sambil menggelar lapak dagangan di depan museum tekstil, Jakarta Barat, Selasa (3/9/2013).
Undang menuturkan pada 1995 ia berjualan sepatu di sebuah kios di Jalan KS Tubun. Namun, dirinya harus gigit jari lantaran kios dagangannya dibongkar petugas. Ia pun nekat menumpang di kawasan Museum Tekstil.
"Itu digusurnya pas saya pulang kampung mas. Saya sekarang tinggal seadanya, numpang di kawasan Museum Tekstil. Yang penting bisa tidur karena saya sudah tidak bisa bayar uang sewa," imbuh Undang.
Undang dan para PKL lainnya yang terpaksa harus kucing-kucingan dengan petugas. Ia nekat membuka lapak sekitar pukul 16.00-22.00 WIB menunggu petugas beranjak dari Jalan KS Tubun.
"Kita sih disini kalau jualan nungguin petugas pergi mas. Paling pukul 16.00 WIB baru buka dan tutup pukul 22.00 WIB. Beda sama dulu mas, sekarang untungnya kagak ada. Gimana mau untung buka lapak saja baru sore. Jarang yang mau beli. Ini juga sepatu yang saya jual sisa sebelum dibongkar kios saya mas, belum sempet belanja sepatu lagi," tutur Undang.
Undang dan PKL lainnya juga terus kebingungan, lantaran tidak adanya kepastian atas nasib mereka yang rencananya akan direlokasi ke Pasar Slipi Jaya, Jakarta Barat. Ia mengeluhkan lambatnya proses pendataan yang dilakukan Sub Dinas Perdagangan dan UMKM Jakarta Barat untuk relokasi PKL ke Pasar Slipi Jaya.
"Sampai sekarang belum ada kepastian. Kami sudah menunggu dua minggu. Kami tidak tenang kalau terus-terusan begini. Kami semua sudah memasukkan data pengajuan, termasuk dokumen-dokumen yang dibutuhkan. Kami minta kejelasan kapan mau dipindahkan. Jualan seperti ini kami juga tidak tenang," tutup Undang. (Adi)