[VIDEO] Pejuang-pejuang Penghapal Alquran

Bersama puluhan anggota Yayasan Al Ikhwan, Laweyan, Solo, Jateng, yang juga mengalami kebutaan, Susi bertekad menjadi tahfidz alquran.

oleh Liputan6 diperbarui 16 Sep 2013, 02:09 WIB
Diterbitkan 16 Sep 2013, 02:09 WIB
potret-130915c.jpg
Matanya memang buta, tapi tidak dengan hatinya. Susiana Pudjiastuti lahir dengan panca indera yang berfungsi sempurna. Namun garis nasib telah mengubah dirinya ketika duduk di bangku SMP. Semua berawal ketika susiana belia sakit panas sampai kejang yang perlahan mengaburkan pandangannya dan lambat laun menggiringnya menjadi tunanetra.

Meski buta, dia mampu berbuat lebih dari orang norma kebanyakan, khususnya umat muslim. Surat al-baqarah dengan 286 ayatnya telah dihapal Susi di luar kepala. Meski begitu mahasiswi tingkat akhir Institut Agama Islam Negeri Surakarta itu tak pernah berhenti mengkaji surat ke dalam kitab suci alquran itu.

Bersama puluhan anggota Yayasan Al Ikhwan, Laweyan, Solo, Jateng, yang juga mengalami kebutaan, Susi bertekad menjadi tahfidz atau penghafal alquran.

Kunci mempelajari dan menghafal al-quran adalah atomistic atau terus menerus membaca tanpa jenuh. Sikap ogah-ogahan kerap menjadi penghambat bagi para penghafal. Sejauh ini metode satu hari-satu halaman cukup manjur untuk membantu para santri Da'arul Quran, Ketapang, Banten itu menghapal. Mereka merasa tak terbebani. Cara menghafalnya pun sederhana, yakni dengan hanya mengulang ayat atau halaman alquran yang ditugasi.

"Ini legacy, warisan Rasulullah. Ini kewajiban semua orang yang mengaku Islam. Bukan cuma para santri saja," kata Ustad Yusuf Mansyur kepada Potret SCTV, Senin (16/9/2013).

Beda tempat, beda pula metode pengajarannya. Untuk lancar menghafal alquran, Pondok Pesantren La Raiba Hanifida, Jombang, Jawa Timur menerapkan pemaksimalan fungsi otak kanan dan kiri.

"Sesungguhnya telah kami mudahkan Alquran untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran? (Q.S Al-Qomar (54):17). (Ndy)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya