Habib Munzir dan Uje, Ulama yang Meninggal Muda

Hampir 5 bulan sudah, Indonesia kehilangan Ustad Jefri al Buchori atau Uje. Kini, dunia dakwah kembali ditinggalkan ulamanya, Habib Munzir.

oleh Edward Panggabean diperbarui 17 Sep 2013, 00:04 WIB
Diterbitkan 17 Sep 2013, 00:04 WIB
habibuje-balik-130916b.jpg
Hampir 5 bulan sudah, Indonesia kehilangan Ustad Jefri Al Buchori atau Uje. Kini, dunia dakwah kembali ditinggalkan salah satu ulamanya, Habib Munzir Al Mushawa.

Habib Munzir merupakan pimpinan Majelis Rasullulah SAW. Ia memiliki puluhan ribuan jamaah yang tersebar di seluruh Indonesia.

Habib Munzir menghembuskan nafas terakhirnya di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) pada Minggu 15 September pukul 15.30 WIB, hampir 5 bulan setelah Uje meninggal dunia. Dua ulama muda itu sama-sama menghadap Tuhan di usia 40 tahun.

Uje wafat usai mengalami kecelakaan tunggal saat menunggangi motor gedenya di kawasan Pondok Indah, Jakarta Selatan, 26 April 2013 dini hari. Motor yang dikendarainya menabrak trotoar, lalu menabrak pohon pinang yang cukup besar.

Sang ustad gaul itu menderita luka cukup parah di bagian kepala hingga menyebabkan meninggal dunia di Rumah Sakit Pondok Indah. Uje yang lahir di Jakarta, 12 April 1973 ini, meninggalkan seorang istri dan 4 orang anak.

Berbeda dengan Uje, Habib Munzir terjatuh dari kamar mandi sebelum meninggal dunia. Kemudian ulama kelahiran 23 Februari 1973 itu dibawa ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Kencana, Jakarta sekitar pukul 14.20 WIB tadi. 1 Jam kemudian, Habib Munzir pun menghembuskan napas terakhirnya.

"Dia dipanggil Allah setelah mengalami peristiwa di kamar mandi dan dibawa ke RSCM dan setelah dilakukan pengecekan secara medis, beliau telah tiada, telah berpulang ke Rahmatullah," kata orang dekat Habib Munzhir, HM Ashraf Ali di RSCM Kencana, Jakarta.

Sakit Sejak Dulu

Menurut Ashraf, Habib Munzir sudah menderita sakit sejak lama. Bahkan. Habib kelahiran Cipanas, Cianjur, Jawa Barat, itu mengidap asma sejak kecil.

"Beliau memang sudah sakit dari dulu. Kalau dulu almarhum memang memiliki asma dari kecil," ujar Ashraf.

Sebelum tutup usia, Habib Munzir juga diketahui sempat menjalani beberapa kali operasi. Sekretaris Partai Persatuan Pembangunan (PPP) M Romahurmuziy menuturkan, kondisi Habib Munzir telah berangsur membaik setelah menjalani beberapa kali operasi.

"Saya terkejut dan sedih atas kepergian Habib Munzir yang rasanya sangat mendadak. Saya mengikuti dengan seksama perkembangan operasi demi operasi yang dilaksanakan sejak beberapa bulan silam," kata Romahurmuziy dalam keterangan tertulisnya yang diterima Liputan6.com.

"Infonya waktu itu kondisi membaik setelah penyedotan lemak di beberapa bagian," imbuh pria yang karib disapa Romy ini.

Romahurmuziy merupakan rekan kerja kakak Habib Munzir, yakni Habib Nabil. Mereka berdua kini menduduki kursi Komisi IV DPR. Habib Nabil merupakan politisi dari PKS.

Si Pemurah

Selain puluhan ribu jamaah Majelis Rasulullah SAW, ada pula yang merasa kehilangan atas kepergian Habib Munzir. Adalah Firdaus (32), seorang petugas keamanan di lingkungan tinggal Habib, Kompleks Liga Mas, Pancoran, Jakarta Selatan. Semasa hidupnya, Habib Munzir dikenal sebagai sosok yang murah hati.

"Iya setiap buka portal, bila Habib pulang larut malam, kami kadang dapat duit gocap (Rp 50 ribu). Pernah juga cepek (Rp 100 ribu," kenang Firdaus.

Firdaus menuturkan, Habib Munzir telah 5 tahun tinggal di Kompleks Liga Mas. Habib Munzir kerap memberikan uang setidaknya 4 kali dalam sepekan kepada Firdaus.

Tak cuma kepada petugas keamanan, Habib Munzir juga kerap membagikan rezekinya pada pemulung yang melintasi perumahan itu. Dalam ingatannya, pria berjanggut itu adalah orang yang murah hati.

"Kemarin sebelum Lebaran ada 4 orang pemulung nungguin dia di sini. Terus dikasih Rp 16 juta buat berempat. Karena pemulung sering nunguin dia di situ," ujarnya.

"Sekarang dia udah enggak ada, enggak ada lagi yang kaya gitu," lirih Firdaus.

Dakwah Door to Door

Saat awal-awal berdakwah, pria bernama lengkap Munzir bin Fuad Al Musawa ini kerap naik angkutan umum. Bahkan, pernah tidur di emperan toko.

Habib Munzir merupakan anak keempat dari 4 bersaudara dari pasangan Fuad bin Abdurrahman Al-Musawa dan Rahmah binti Hasyim Al-Musawa. Masa kecil Habib Munzir dihabiskan di daerah Cipanas, Jawa barat bersama-sama saudara-saudaranya, Ramzi, Nabiel Al Musawa, serta Lulu Musawa.

Habib Munzir mulai berdakwah dengan mengunjungi rumah-rumah pada 1998. Duduk dan bercengkerama dengan mereka, memberi jalan keluar dalam segala permasalahan. Lalu atas permintaan mereka, maka mulailah Habib Munzir membuka majelis. Jumlah hadirin awalnya sekitar 6 orang, ia terus berdakwah dengan meyebarkan cinta dan kasih sayang Allah SWT yang membuat hati pendengar sejuk.

Dalam dakwahnya, Habib Munzir tidak mencampuri urusan politik. Ia selalu mengajarkan tujuan utama kita diciptakan adalah untuk beribadah kepada Allah SWT bukan berarti harus duduk berzikir sehari penuh tanpa bekerja, tapi justru mewarnai semua gerak-gerik kita dengan kehidupan yang Nabawiy.

Nama Rasulullah SAW sengaja digunakan untuk nama Majelis Habib Munzir yaitu 'Majelis Rasulullah SAW'. Tujuannya agar apa-apa yang dicita-citakan oleh majelis taklim ini tercapai. Sebab ia berharap, semua jemaahnya bisa meniru dan mencontoh Rasulullah SAW dan menjadikannya sebagai panutan hidup.

Habib Munzir juga rutin melakukan takbir akbar di Istiqlal atau Senayan yang sering dihadiri para pimpinan tertinggi negara Indonesia. Majelisnya mengalami pasang surut. Awal berdakwah, Habib Munzir memakai kendaraan umum. Turun naik bus, menggunakan jubah dan surban, serta membawa kitab-kitab.

Tak jarang Habib Munzir mendapat cemoohan dari orang-orang sekitar. Ia bahkan pernah tidur di emperan toko ketika mencari murid dan berdakwah. Kini majelis taklim yang diasuhnya setiap malam selasa di Masjid Al-Munawar Pancoran Jakarta Selatan, yang dulu hanya dihadiri 3-6 orang sudah berjumlah sekitar 30 ribu hadirin.

Habib Munzir sudah membuka puluhan majelis taklim di seputar Jakarta dan sekitarnya. Ia juga membuka majelis di rumahnya setiap malam jum’at bertempat di Jalan Kemiri, Cidodol, Kebayoran.

Kenangan Manis SBY

Presiden SBY bersama Ibu Negara Ani Yudhoyono menyempatkan diri melayat jenazah Habib Munzir. Presiden SBY pun mengungkapkan kenangan manisnya selama mengenal almarhum.

"Ketika beliau memberikan tausiah kepada kita pada peringatan Maulid Nabi. Dijelaskan satu persatu apa teladan luar biasa yang harus kita ikuti. Sungguh ini kenangan indah, kenangan manis yang tidak pernah kita lupakan," ujar SBY di rumah duka, Kompleks Liga Mas, Pancoran, Jakarta Selatan, Senin (16/9/2013).

SBY pun mengajak semua pihak untuk mendoakan Habib Munzir agar arwahnya diterima di sisi Allah SWT. Kepada keluarga yang ditinggalkan, SBY mendoakan agar tawakal karena ini merupakan yang terbaik di mata Allah.

"Ini berat bagi kita. ada kebesaran di balik ini semua. Majelis yang dibangun harus terus berlanjut. Memberikan tauladan kepada rakyat Indonesia, bahkan kepada dunia. Demikian saya sampaikan sekali lagi, agar mendapat lindungan dari Allah," papar SBY.

Diantar Ribuan Jamaah

Jenazah Habib Munzir disalatkan di Masjid Al-Munawar, Pancoran, Jakarta Selatan pukul 12.00 WIB, Senin (16/9/2013). Setelah itu, jasad Habib Munzir dimakamkan di tempat pemakaman keluarga Habib Ahmad Bin Alwi Al-Haddah, Rawa Jati, Kalibata.

Pantauan Liputan6.com, ribuan pelayat baik dari jamaah Majelis Rasulullah dan warga di sekitar rumah duka, mengiringi mobil ambulans yang membawa jasad ulama tersebut.

Presiden SBY dan Ibu Negara Ani Yudhoyono turut hadir melayat di kediaman. Para politisi seperti Ruhut Sitompul, Marzuki Alie, Fadel Muhammad dan raja dangdut Rhoma Irama juga berdatangan ke rumah duka.

Hujan dan ucapan zikir pun mengiringi pemakaman Habib Munzir. Hujan rintik dan zikir yang tiada henti terus mengiringi sepanjang jenazah berada di kompleks pemakaman.

Ribuan jamaah Majelis Rasulullah tak henti-hentinya terus mengumandangkan zikir meskipun hujan terus mengguyur. "La Ilaha Illallah, Subhanallah, Walhamdulillah," ucap ribuan jamaah berulang kali.

Ambulans yang membawa jenazah Habib Munzir tiba di pemakaman pukul 12.56 WIB. Tak sedikit para pengiring yang menangis merasa kehilangan sosok ulama muda itu.

Di pemakaman keluarga Habib Ahmad bin Alwi Al Hadad atau yang lebih dikenal dengan Habib Kuncung, jenazah Habib Munzir dikebumikan dalam galian tanah dengan sedalam 2 meter, panjang 2 meter, dan lebar 90 centimeter.

Pemakaman itu terletak di sebelah Masjid At Taubah atau yang warga kenal dengan Masjid keramat Habib Kuncung. Posisi makam Habib Munzir berada di samping makam keluarga Habib Abdullah bin Jafar Al Haddad. Jaraknya hanya sekitar 3 makam dari Habib Kuncung.

Ratusan pelayat dari Jamaah Majelis Rasulullah juga sudah memadati lokasi pemakaman khusus para habib ini. Sementara itu, saat ini jenazah Habib Munzir masih berada di Masjid Al Munawar Pancoran Jakarta Selatan, untuk disalatkan. Salat jenazah dilakukan secara bergantian, karena begitu banyaknya orang yang ingin menyalatkan.

Selamat jalan Habib Munzir... (Mut)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya