Liputan6.com, Jakarta Saat zaman mulai berubah dengan banyak hal bisa dilakukan tanpa kontak fisik. Seperti belanja online, beberapa barang memerlukan bubble wrap (plastik gelembung) untuk melindungi barang rusak selama pengiriman.
Kita juga tidak bisa menyangkal kegembiraan yang diberikan oleh selembar plastik bubble wrap saat masih anak-anak. Entah meletuskannya dengan jari, menginjak-injaknya, atau meremasnya seperti bola.
Namun saat itu kita masih muda dan naif saat itu. Kita tidak menyadari betapa buruknya bahan ini bagi lingkungan.
Advertisement
Bubble warp tidak memiliki pilihan untuk didaur ulang. Pilihan daur ulang yang ada biasanya hanya memiliki kurang dari 20 persen limbah pasca industri. Itupun sulit untuk mendaur ulang-nya.
Mungkin Anda mengetahui ada pilihan "biodegradable". Tapi jangan salah paham. Pilihan ini tidak dapat terurai sama sekali (karena klaim seputar biodegradabilitas masih simpang siur).
Atau mungkin Anda juga pernah mendengar istilah "oxo-biodegradable", yang pada dasarnya berarti aditif dimasukkan ke dalam plastik untuk membantu menghancurkannya saat menjadi sampah.
Proses ini dianggap menyesatkan bagi para ahli dan sebenarnya kontraproduktif terhadap tantangan pencemaran plastik laut, karena menyebabkan tingkat mikro-plastik di laut lebih tinggi dan lebih cepat.
Â
Simak Video Berikut Ini:
Cara mendaur ulang bubble wrap
Adapun langkah alternatif mengurangi sampah plastik seperti bubble wrap adalah sebagai berikut, dilansir dari Southeastgreen.com
1. Sebagai pembungkus tanaman, melindunginya dari suhu ekstrem.
2. Sebagai penutup jendela atau loteng.
3. Sebagai alas kulkas untuk melindungi buah dan sayur.
4. Untuk membungkus makanan agar tetap hangat.
5. Sebagai tatakan yang menghibur anak.
6. Bahkan dapat digunakan sebagai bidai darurat untuk anggota tubuh yang patah, dan kegunaan lainnya.
Masih banyak cara lainnya dalam mendaur ulang sampah plastik agar tidak selalu berakhir menjadi sampah.
Advertisement