Liputan6.com, Jakarta Diet 5:2, sejenis puasa intermiten, menjadi salah satu cara sederhana yang bisa dilakukan seseorang untuk menurunkan berat badan. Tidak hanya itu, cara ini pun bisa dibilang menjadi cara termudahnya.
Para peneliti mengatakan bahwa cara diet tersebut, yang melibatkan dua hari pembatasan kalori (500 kalori untuk wanita, 600 kalori untuk pria) dan lima hari makan, mudah untuk dilakukan.
Baca Juga
"Di sini kami dapat memberikan hasil pertama tentang keefektifan saran diet sederhana 5:2 dalam pengaturan kehidupan nyata,” tutur salah satu psikolog kesehatan dan peneliti senior di Queen Mary University of London Katie Myers Smith, psikolog kesehatan dan peneliti senior di Queen Mary University of London, seperti dilansir dari CNN, Rabu (24/11/2021).
Advertisement
Lebih lanjut Smith mengatakan, “Kami menemukan bahwa meskipun diet 5:2 tidak lebih unggul dari pendekatan tradisional dalam hal penurunan berat badan, beberapa orang lebih menyukai pendekatan ini karena lebih sederhana dan lebih menarik.”
Di samping itu, cara diet 5:2 ini pun mungkin banyak direkomendasikan oleh para dokter kepada pasiennya.
Sebelumnya, penelitian ini telah dilakukan dengan melibatkan 300 orang gemuk di Tower Hamlets, sebuah daerah dalam kota yang sangat kekurangan di London. Para peserta mengikuti rejimen 5:2 atau cara yang lebih konvensional untuk menurunkan berat badan.
Bagi yang menggunakan cara lebih konvesnional, peserta diminta lebih banyak menekan mengonsumsi sayuran dan makanan gandum, memotong makanan tinggi gula dan lemak, makan porsi yang lebih kecil dan olahraga.
Hasilnya
Kemudian hasilnya, kedua pendekatan itu sangat mirip dan "sederhana,".
Pada enam bulan kemudian, peserta yang menggunakan diet 5:2 telah kehilangan rata-rata 1,8 kilogram (4 pon). Lebih banyak dibandingkan dengan 1,7 kilogram (3,7 pon) pada saran diet standar.
Selanjutnya dalam jangka waktu 12 bulan, angka itu masing-masing mencapai 1,9 kilogram (4,2 pon) dan 1,8 kilogram (4 pon).
Kesimpulannya, sekitar 18 persen dari peserta diet 5:2 telah kehilangan setidaknya 5 persen dari berat badan mereka.
Itu dalam jangka waktu satu tahun. Jika dibandingkan dengan cara yang lebih konvensional, hanya sampai 15 persen.
Dari kelompok yang mengikuti diet 5:2, setengahnya menghadiri enam sesi dukungan kelompok selama enam minggu pertama. Namun menurut studi, dampak dari dukungan kelompok berkurang dari waktu ke waktu.
Di samping itu, menurut beberapa ahli, proses pergantian antara puasa dan makan dapat meningkatkan kesehatan sel dengan memicu peralihan metabolisme.
Dalam peralihan metabolisme, sel menggunakan simpanan bahan bakar. Selain itu, sel tersebut mengubah lemak menjadi energi.
Tidak hanya membantu menurunkan berat badan, puasa intermiten juga bermanfaat untuk kesehatan lainnya.
Misalnya menurut studi yang diterbitkan dalam The New England Journal of Medicine mengatakan, puasa intermiten dianggap dapat mengurangi tekanan darah, membantu penurunan berat badan, dan meningkatkan umur panjang.
Namun, cara ini tidak cocok untuk semua orang, terutama wanita hamil dan pasienyang memiliki kondisi medis seperti diabetes atau gangguan makan.
Reporter: Aprilia Wahyu Melati
Advertisement