Studi: Flavonol Jadi Kunci Memperlambat Penurunan Kognitif

Penelitian itu diterbitkan di Neurology, jurnal medis dari American Academy of Neurology.

oleh Aprilia Wahyu Melati diperbarui 01 Des 2022, 10:19 WIB
Diterbitkan 01 Des 2022, 10:19 WIB
Terapi Perilaku Kognitif
Terapi Perilaku Kognitif (sumber: iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta Mengonsumsi makanan yang kaya flavonol dan antioksidan yang ditemukan di banyak sayuran, buah-buahan, teh, dan anggur, dapat memperlambat laju kehilangan ingatan. Hal tersebut sesuai dengan penelitian baru-baru ini yang diterbitkan di Neurology.

Skor kognitif orang-orang dalam studi yang mengonsumsi flavonol paling banyak menurun 0,4 unit per dekade lebih lambat daripada yang mengonsumsi flavonol paling sedikit. Hasilnya bertahan bahkan setelah disesuaikan dengan faktor-faktor lain yang dapat memengaruhi memori, seperti usia, jenis kelamin, dan merokok.

Penelitian itu diterbitkan di Neurology, jurnal medis dari American Academy of Neurology.

"Sangat menarik bahwa penelitian kami menunjukkan membuat pilihan diet tertentu dapat menyebabkan tingkat penurunan kognitif yang lebih lambat," kata penulis studi Thomas Holland yang juga merupakan seorang instruktur di departemen penyakit dalam di Rush University Medical Center di Chicago dalam sebuah pernyataan seperti melansir CNN, Selasa (29/11/2022).

“Sesuatu yang sederhana seperti makan lebih banyak buah dan sayur serta minum lebih banyak teh adalah cara mudah bagi orang untuk berperan aktif dalam menjaga kesehatan otaknya,” kata dia.

Flavonol bersifat sitoprotektif. Artinya mereka melindungi sel, termasuk neuron. Jadi, masuk akal bahwa ada dampak langsung pada kognisi, kata seorang spesialis pengobatan dan nutrisi pencegahan dan gaya hidup David Katz.

“Tapi mereka juga merupakan penanda asupan buah dan sayuran yang lebih tinggi – yang baik untuk otak karena baik untuk setiap organ vital, dan organisme secara keseluruhan,” kata Katz dalam email.

“Mereka juga bisa menjadi penanda kualitas diet keseluruhan yang lebih baik, atau bahkan kesadaran kesehatan yang lebih besar. Orang yang lebih sadar kesehatan mungkin melakukan hal-hal untuk menjaga kognisi mereka, atau mungkin menjadi lebih sadar kesehatan adalah produk sampingan dari kognisi yang lebih baik,” jelasnya lebih lanjut.

 

Keluarga Besar Fitokimia

wadah makanan
ilustrasi buah dan sayur/Photo by S'well on Unsplash

Tumbuhan mengandung lebih dari 5.000 senyawa flavonoid, yang berperan dalam menghasilkan pertumbuhan sel, melawan tekanan lingkungan, dan menarik serangga untuk penyerbukan.

Flavonol, sejenis flavonoid, telah ditunjukkan pada hewan dan beberapa penelitian pada manusia untuk mengurangi peradangan, pemicu utama penyakit kronis, dan merupakan sumber antioksidan.

Seperti yang diketahui, Antioksidan memerangi radikal bebas, “molekul yang sangat tidak stabil yang terbentuk secara alami saat Anda berolahraga dan saat tubuh Anda mengubah makanan menjadi energi,” menurut National Center for Complementary and Integrative Health, bagian dari National Institutes of Health .

Salah satu flavonol yang paling umum, quercetin, telah menjanjikan dalam mengurangi timbulnya kanker kolorektal dan kanker lainnya, menurut penelitian. Bawang mengandung kadar tertinggi. Sementara kadar yang lebih rendah dapat ditemukan pada brokoli, blueberry, kembang kol, kale keriting, daun bawang, bayam, dan stroberi.

Flavonol umum lainnya, kaempferol, tampaknya menghambat pertumbuhan sel kanker sekaligus menjaga dan melindungi sel normal. Sumber kaempferol yang baik adalah bawang bombay, asparagus, dan buah beri. Akan tetapi, sumber tanaman terkaya adalah bayam, kangkung, dan sayuran berdaun hijau lainnya, serta herba seperti kucai, dill, dan tarragon.

Kelompok flavonol terakhir, isorhamnetin, dapat melindungi terhadap penyakit kardiovaskular dan neurovaskular selain manfaat anti tumor dan anti inflamasi. Sumber isorhamnetin yang baik adalah pir, minyak zaitun, anggur, dan saus tomat.

 

Populasi yang lebih tua dan bebas demensia

[Fimela] Demensia
Ilustrasi Demensia | unsplash.com/@eberhardgross

Studi baru meminta 961 orang dengan usia rata-rata 81 tahun dan tidak ada tanda-tanda demensia untuk mengisi kuesioner makanan setiap tahun dan itu dilakukan selama kurun waktu tujuh tahun.

Selain itu, para peserta juga menjalani tes kognitif dan memori tahunan dan ditanya tentang waktu yang dihabiskan untuk aktif secara fisik dan mental.

Peserta dibagi menjadi beberapa kelompok berdasarkan asupan flavonol harian. Asupan terendah adalah sekitar 5 miligram sehari; 15 miligram tertinggi sehari - sama dengan sekitar secangkir sayuran berdaun gelap.

Studi ini melihat dampak dari empat flavonol utama – kaempferol, quercetin, myricetin dan isorhamnetin – pada tingkat penurunan kognitif selama tujuh tahun.

Dampak terbesar ditemukan dengan kaempferol. Peserta yang mengonsumsi makanan dengan jumlah kaempferol tertinggi menunjukkan tingkat penurunan kognitif 0,4 unit per dekade lebih lambat dibandingkan dengan mereka yang makan paling sedikit, menurut penelitian.

Sementara untuk Myricetin, peserta yang makan paling banyak mengonsumsi makanan dengan myricetin memiliki tingkat penurunan kognitif 0,3 unit per dekade lebih lambat dibandingkan dengan kelompok konsumsi terendah.

Lalu peserta yang makan paling banyak makanan dengan quercetin menunjukkan tingkat penurunan kognitif 0,2 unit per dekade lebih lambat.

Adapun untuk Isorhamnetin menurut studi tersebut, diet tidak berdampak.

 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya