Liputan6.com, Jakarta Subway berencana menambah ribuan toko barunya di China, ini meningkatkan lebih dari tujuh kali lipat jejaknya di negara itu.
Subway telah mengumumkan pada Selasa (6/6/2023), bahwa mereka akan membuka hampir sebanyak 4.000 toko baru di seluruh daratan China dalam waktu 20 tahun ke depan.
Baca Juga
“Kesepakatan itu adalah perjanjian waralaba induk terbesar dalam sejarah Subway dan salah satu yang terbesar di seluruh industri restoran cepat saji,” kata Subway dalam sebuah pernyataan, dikutip dari CNN Business.
Advertisement
Ekspansi skala besar akan dimungkinkan berdasarkan kesepakatan yang telah ditandatangani Subway dengan perusahaan China, Shanghai Fu-Rui-Shi Corporate Development (FRS). Seorang CEO baru akan ditunjuk untuk mengawasi bisnis China.
FRS didanai oleh konsorsium investor swasta, juga akan mengambil hak eksklusif untuk mengontrol semua lokasi merek di China daratan melalui perjanjian tersebut, menurut Subway.
“Perjanjian ini merupakan tonggak penting dalam strategi pertumbuhan internasional Subway karena kami terus fokus untuk memperluas jejak kami secara strategis dan mempertahankan posisi kami sebagai salah satu merek restoran terbesar di dunia,” kata CEO Subway Global John Chidsey dalam pernyataannya.
Lebih lanjut, Chidsey juga menjelaskan kondisi Tiongkok sebagai pasar utama dengan peluang pertumbuhan jangka panjang yang signifikan.
Perluas Pasar
Kesepakatan itu merupakan bagian dari upaya yang lebih luas oleh Subway untuk mencapai kemitraan baru baik di dalam negeri di Amerika Serikat maupun di luar negeri, khususnya di kawasan Asia Pasifik.
Melansir CNN Business, Subway telah menguraikan rencana untuk menggandakan jaringan restorannya saat ini di wilayah tersebut, dari sekitar 3.500 restoran menjadi lebih dari 6.000 restoran selama lima tahun ke depan, menurut Chidsey.
Perusahaan saat ini memiliki hampir 37.000 restoran di lebih dari 100 pasar di seluruh dunia.
Catat Rekor Penjualan
Selain terkenal dengan roti lapisnya, ia juga menyajikan wraps, salad, dan bowls. Tahun lalu, merek tersebut berhasil mencapai rekor penjualan setelah perubahan menu terbesarnya.
Pada bulan Februari, perusahaan swasta tersebut mengatakan telah menyewa JPMorgan Chase untuk mencari pembeli setelah peningkatan dalam bisnisnya yang didorong oleh perubahan menu, renovasi toko, dan pertumbuhan internasional.
Subway tidak segera menanggapi permintaan update perkembangannya. Perusahaan sebelumnya mengatakan tidak akan membuat komentar publik sampai proses penjualan selesai.
Tetapi jika kesepakatan tercapai, itu akan menjadi salah satu kesepakatan terbesar dalam industri makanan cepat saji sejak akuisisi rantai donat dan kopi Dunkin senilai $11,3 miliar pada tahun 2020.
Advertisement
Subway Bakal Dijual Rp 146,6 Triliun, Bankir Tawarkan Pembiayaan bagi Calon Pembeli
Bankir yang terlibat dalam proses penjualan Subway telah memberikan rencana pembiayaan akuisisi jaringan sandwich Subway senilai USD 5 miliar atau sekitar Rp 73,30 triliun (asumsi kurs Rp 14.661 per dolar Amerika Serikat) kepada private equity.
Dikutip dari CNBC, Senin (1/5/2023), bankir berharap pemberian pembiayaan tersebut dapat atasi tantangan untuk pembelian dengan utang dan mengambil harga pembelian yang diminta perusahaan lebih dari USD 10 miliar atau sekitar Rp 146,66 triliun, menurut sumber yang mengetahui hal tersebut.
Suku bunga telah meningkat dan kekhawatiran tentang perlambatan ekonomi telah meningkat sejak Subway mengatakan, pada Februari 2023 sedang menjajaki penjualan, membuat utang lebih mahal dan lebih sedikit tersedia untuk pembelian perusahaan yang mengejar kesepakatan. Ini membebani seberapa banyak private equity menawarkan untuk membeli perusahaan.
Menurut sumber, sejauh ini, tawaran untuk Subway berkisar antara USD 8,5 miliar atau sekitar Rp 124,64 triliun dan USD 10 miliar. Penasihat keuangan Subway, JPMorgan Chase and Co sekarang berharap paket pembiayaan utang USD 5 miliar yang telah diajukan akan menunjukkan kepada perusahaan pembeli dapat meminjam cukup banyak untuk susun kesepakatan yang menarik bahkan dengan valuasi lebih dari USD 10 miliar, menurut sumber.
Pembiayaan utang didasarkan pada instrumen bervariasi antara pinjaman dan obligasi, serta ukurannya setara dengan 6,75 kali laba 12 bulan Subway sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi sekitar USD 750 juta, menurut sumber.
Ada kemungkinan pembiayaan ini hanya berfungsi sebagai solusi sementara. Hal ini karena opsi yang lebih murah bagi private equity untuk membeli subway dengan pembiayaan akuisisi jangka panjang apa yang disebut dengan whole business securitization (WBS), menurut sumber. Ini akan melibatkan pinjaman memakai royalty waralaba restoran sebagai jaminan.
Sumber tersebut juga menyebutkan pembiayaan WBS membutuhkan uji tuntas toko oleh lembaga pemeringkat yang dapat memakan waktu lebih dari satu tahun.