Liputan6.com, Jakarta - Kamu tidak akan selalu bertatap muka dengan semua orang, terutama saat sedang marah, tetapi kamu bisa menghindar untuk bersikap argumentatif dan membuat percakapan menjadi lebih intens.
Matt Abrahams, yang merupakan dosen komunikasi strategis di Sekolah Pascasarjana Bisnis Universitas Stanford serta penulis ″Think Faster, Talk Smarter: How to Speak Successly When You’re Put on the Spot.”
Baca Juga
Abrahams mengatakan, agar tidak terkesan argumentatif dalam sebuah diskusi, kamu harus mewaspadai tanda-tandanya terlebih dahulu.
Advertisement
“Ada banyak tanda-tanda argumentatif,” termasuk isyarat, seperti mencondongkan tubuh atau berbicara dengan nada tertentu, katanya. “Namun, salah satu indikasi utama ketika kamu sedang bersikap argumentatif adalah menggunakan bahasa yang menuduh,” kata Abrahams melalui CNBC Make It.
Berikut adalah beberapa frasa yang harus dihindari untuk mencegah dimulainya perdebatan yang sengit.
Hindari 4 kalimat ini untuk mencegah pertengkaran
“Apa pun yang sangat pasti bisa dianggap argumentatif,” kata Abrahams. “Itu adalah hal-hal yang benar-benar menyiratkan bahwa seseorang sedang memasuki konflik.”
Beberapa ungkapan yang sebaiknya kamu hindari saat terjadi perselisihan adalah:
"Kamu selalu..."
“Saya tidak percaya…”
“Ini karena kamu…”
“Kamu tidak mendengarkanku…” atau “Kamu tidak pernah mendengarkan…”
'Parafrase dan konektivitas’
Daripada menggunakan bahasa argumentatif, fokuslah pada “parafrase dan konektivitas,” saran Abrahams. “Jika saya menunjukkan bahwa saya mendengar apa yang kamu katakan, dan saya menambahkan atau memperluasnya, saya pikir itu sangat penting,” katanya.
“Misalnya, jika kamu sedang berbincang tentang politik, akui bahwa kamu mendengarkan sudut pandang orang lain meskipun tidak setuju, kemudian tegaskan pendapat yang kamu utarakan dengan cara yang penuh hormat,” kata Abrahams. Abrahams melanjutkan, sikap tersebut setidaknya akan menunjukkan kepada orang lain bahwa kamu mendengarkannya, dan ini sangat penting.
Di tempat kerja dan dalam kehidupan pribadi, “kita harus menyadari bahwa akan ada saatnya kita berada dalam konflik, ketika kita harus menegaskan sudut pandang kita dengan cara yang sensitif,” ujarnya.
Sikap terbaik adalah dengan mengharapkan adanya perbedaan pendapat, ingatkan diri bahwa pendapat orang lain tidak salah atau tidak menunjukkan bahwa mereka menentangmu. Lalu, Abrahams juga mengatakan hargailah perbedaan pendapat.
Gunakan kalimat seperti berikut ini:
“Aku benar-benar mendengarmu…”
“Saya mencoba memahami…”
“Saya dapat membayangkan dari sudut pandang Anda ini adalah…”
Jika kamu mengantisipasi perselisihan atau percakapan yang sulit, buatlah rencana dan dekati mereka dengan mempertimbangkan tiga hal:
- Ini soal masalahnya, bukan orangnya. Fokus pada topiknya, bukan orangnya.
- Berorientasi pada masa kini. Cobalah untuk tidak mengungkit argumen masa lalu atau langsung memikirkan hasil yang mungkin terjadi di masa depan.
- Anggaplah ini sebagai masalah yang harus diselesaikan, bukan perjuangan yang harus dimenangkan.
Advertisement