Liputan6.com, Jakarta - Sektor retail tengah pada masa kebangkitan, dan kemampuan bisnis retail untuk memanfaatkan data akan menentukan kesuksesan atau kegagalannya di periode perubahan ini.
Dibukanya kembali ekonomi dan pembatasan aktivitas publik di Asia pada tahun lalu merupakan pertanda baik bagi sektor retail wilayah ini.
Baca Juga
Menurut konsultan riset pasar Euromonitor International, pasar retail Asia diharapkan akan mengalami tingkat pertumbuhan gabungan tahunan sebesar 7% dari 2021 ke 2026.
Advertisement
Sebagai ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara, bisnis retail di Indonesia menunjukkan pertumbuhan menggembirakan setelah pandemi.
Menurut Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) pertumbuhan pasar retail mencapai 3% pada 2022, lebih baik dibandingkan dengan selama masa pandemi.
Sementara di sisi ritel online, Bank Indonesia melaporkan e-commerce diproyeksikan akan tumbuh 17%Â pada 2023. Tetap saja, narasi optimistis retail ini harus diikuti dengan kewaspadaan.
Berita mengenai perlambatan ekonomi yang akan datang mensyaratkan bisnis retail untuk tetap mudah beradaptasi dengan mengidentifikasi dan mendorong aliran pendapatan baru. Meninjau kembali pengalaman berbelanja bisa menjadi peluang sempurna untuk melakukan hal tersebut.
Bangkitnya ‘Experiential Retail’
Ledakan e-commerce pada masa pandemi--menyebabkan munculnya 168 juta pelanggan digital di Indonesia saja pada 2022--telah diikuti dengan kebangkitan experiential retail. Ini sejalan dengan pemulihan sektor retail yang menjadi peluang yang tepat waktu bagi bisnis untuk beradaptasi.
Experiential retail menciptakan pengalaman yang imersif dengan menggabungkan kenyamanan berbelanja online--populer di masa pandemi--dan interaksi personal yang didapatkan dari toko fisik. Pelanggan akan mendapatkan pengalaman online dan offline yang mulus melalui personalisasi dan pembangunan komunitas.
Riset McKinsey pada Maret 2022, memberikan insight lebih lanjut mengenai hal itu, dengan menggambarkannya sebagai ‘zero experience’.
Ini termasuk menyediakan ‘zero difference’ dalam channel melalui pemasaran omni-channel, dan ‘zero assistant’ untuk transaksi melalui pengambilan barang terpersonalisasi.
Menggeser Fokus dari Bisnis ke Pelanggan
Menciptakan experiential retail membutuhkan pemahaman kuat mengenai perilaku pelanggan, yaitu bagaimana data menawarkan bantuannya.
Bagi bisnis yang memanfaatkan e-payment atau berjalan di platform e-commerce, data ini secara teratur dikumpulkan untuk mendapatkan informasi atau wawasan seperti profit year on year atau model bisnis.
Pergeseran sesungguhnya untuk mencapai experiential retail ada pada upaya untuk memprioritaskan pelanggan terlebih dahulu.
Bisnis harus mempunyai platform pengelolaan data dan analitik end-to-end yang sesuai untuk menelaah, memproses, menganalisa, dan membuat model data secara efektif agar bisa memahami setiap potongan data.
Menarik dan memproses data ini dengan cepat membuka jalan bagi bisnis untuk mengintegrasikan pengalaman online dan in-store bersamaan dengan perjalanan pelanggan.
Kemampuan ini akan memungkinkan bisnis untuk mendapatkan value yang lebih besar, mulai dari lebih selaras dengan kebutuhan pelanggan, hingga menyediakan layanan yang lebih baik, dan mengelola rantai pasokan dengan lebih baik.
Insight data bisa digunakan untuk membentuk profil pelanggan yang bermakna, mengenai keinginan dan kebutuhan untuk memandu lokalisasi produk, dan juga memberikan rekomendasi penawaran terbaik berikutnya.
Pelanggan bisa membeli barang mereka secara online dan melakukan pengambilan di toko, di mana mereka bisa berinteraksi dengan barang yang sudah dikurasi dan ruang yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan mereka berdasarkan data perilaku dan footfall.
Bisnis di seluruh dunia sedang memulai perjalanan ini. Sebagai contoh, kami bekerja sama dengan PTTOR, konglomerasi minyak dan retail di Thailand, untuk mendukung arsitektur data organisasi mereka, memungkinkan mereka untuk mendesain pengalaman omni channel yang diarahkan menuju belanja online dan belanja langsung di stasiun pengisian bahan bakar dan restoran mereka.
Kami juga bekerja sama dengan retailer Jerman NEW YORKER untuk memanfaatkan data inventaris mereka, yang mengarah kepada operasional retail yang lebih baik dan monitoring pemesanan di toko mereka untuk pengalaman dalam toko yang mulus.
Advertisement
Membangun Pengalaman dengan Tool yang Tepat
Pelanggan saat ini punya ekspektasi yang lebih tinggi saat berinteraksi dengan brand. Layanan yang terpersonalisasi, pengalaman yang konsisten antar platform, dan layanan pelanggan yang responsif, adalah harapan mereka.
Bisnis retail harus punya tumpuan yang kuat untuk memenuhi semua ekspektasi tersebut, dan memiliki insight data yang real time yang siap diproses, sangat penting untuk mewujudkan hal tersebut.
Jumlah besar data yang tersedia bagi bisnis bisa membuat mereka kewalahan. Data ini bisa berasal dari data inventaris, transaksi pelanggan, video, footfall traffic, atau sensor yang disimpan di sumber-sumber yang berbeda, baik di on-premise maupun di cloud.
Pendekatan hybrid cloud yang memungkinkan akses ke data milik organisasi, terlepas di mana pun lokasinya, akan menjadi penting.
Sebagai contoh, platform aman seperti Cloudera Data Platform memungkinkan data profil pelanggan yang sensitif disimpan di on-premise untuk direferensi silang dengan data footfall real time berbasis cloud, untuk menghasilkan insight yang kuat mengenai perilaku pelanggan.
Bekerja dengan mitra teknologi juga bisa mengakselerasi upaya-upaya bisnis untuk bisa lebih berbasis data.
Sebagai contoh, ada DAVI, perusahaan yang memvisualisasikan data dari beberapa sumber untuk menyediakan insight. Ditenagai oleh Data Science Workbench Cloudera, program Data Lab DAVI membantu mitranya untuk mengonsolidasi data dari unit-unit bisnis dan membuat keputusan penting yang bisnis.
Mitra seperti DAVI bisa membantu bisnis retail untuk menyaring insight yang lebih tajam dari data mereka dan mengejar use case yang lebih berdampak seperti precision marketing dan analitik riset.
Â
Sentrisitas Pelanggan dengan Data sebagai Core
Jelas bahwa untuk bergerak maju, strategi data yang customer-centric harus menjadi langkah pertama dalam mengkapitalisasi kebangkitan retail.
Saat bisnis menghasilkan lebih banyak data, pengembangan ini memberikan mereka peluang sempurna untuk mendorong pendapatan baru dan pertumbuhan dengan menggabungkan pengalaman pelanggan offline dan online mereka, sekaligus memastikan keamanan data.
Strategi ini membutuhkan platform data yang sesuai, yang menggunakan data dari berbagai sumber untuk mengoptimalkan pengalaman pelanggan.
Memanfaatkan data memungkinkan organisasi mendorong konversi dan keuntungan yang lebih tinggi melalui insight pelanggan dan inisiatif yang didorong oleh data.
**Penulis adalah Erwin Sukiato, Country Manager Indonesia, Cloudera
Advertisement