Ini Kendala Pengembangan Mobil Listrik Nasional

Berikut adalah beberapa kendala yang diakui sendiri oleh pemangku kebijakan terkait dengan proyek mobil listrik nasional.

oleh Rio Apinino diperbarui 28 Feb 2016, 14:36 WIB
Diterbitkan 28 Feb 2016, 14:36 WIB
Mobil Listrik Nissan Ternyata Bisa Diretas
Nissan Leaf ternyata dapat diretas, terutama fungsi-fungsi yang bisa dikontrol menggunakan ponsel.

Liputan6.com, Jakarta - Membuat mobil listrik memang tidak mudah. Di dunia, hanya ada beberapa pabrikan yang telah berhasil membuatnya, misalnya Tesla Motors. Sementara pabrikan lain masih terus melakukan riset.

Selain pabrikan, mobil listrik juga dikembangkan oleh beberapa negara, salah satunya adalah Indonesia. Proyek mobil listrik nasional (Molina) mula-mula diinisiasi di era SBY, dan kemudian coba dihidupkan lagi di era Joko Widodo.

Terdapat sejumlah faktor penting yang menjadi kendala dalam pengembangan mobil listrik nasional. Menurut Ketua Tim Peneliti mobil listrik LIPI, Abdul Hapid, salah satu kendala pengembangan mobil listrik adalah mahalnya biaya yang harus dikeluarkan, dibanding mobil bensin atau solar.

"Kelemahan soal harga ini masih terjadi di semua negara yang mengembangkan mobil listrik," tutur Abdul, dikutip dari situs Kemenperin, Sabtu (27/2/2016). Ia mencontohkan, untuk mengembangkan prototipe minibus listrik berkapasitas 17 penumpang saja, investasinya sebesar Rp 1,5 miliar.

Kemudian ada pula masalah dari sisi infrastruktur, yaitu stasiun pengisian energi listrik yang masih belum tersedia. Masalah ini diungkapkan oleh berbagai pihak, termasuk Menteri Perindustrian di era SBY, MS Hidayat.

"Saya belajar dari Jepang. Mereka mempersiapkan fasilitas pendukung mobil listrik terlebih dahulu," ujarnya, Juli 2012 lalu.

Masalah lainnya yang tak kalah penting adalah soal kesanggupan dalam memproduksi komponen mobil listrik itu sendiri. Ada satu komponen yang belum bisa dibuat mandiri, yaitu baterai. Hal ini diungkapkan oleh Muhammad Nur Yuniarto dari tim mobil listrik Institut Teknologi Sepuluh November (ITS).

"Kalau kita pakai lithium berarti ketergantungan dengan luar negeri. Saat ini ITS sedang mengembangkan baterai jenis baru, sejauh ini kami sudah mengujinya dan hasilnya perlu dikembangkan lebih lanjut," ujar Nur.

Meski demikian, rasa optimis tetaplah ada. Nur mengatakan, semua negara masih dalam tahap pengembangan awal mobil listrik. Sehingga, Indonesia sebenarnya tidak tertinggal jauh bila memulai mengembangkan mobil listrik dari sekarang.

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya