Liputan6.com, New York - Sejak tahun lalu, industri otomotif dunia diguncang oleh beberapa isu besar. Salah satunya adalah kasus recall atau penarikan yang akhirnya jadi sejarah recall terbesar di dunia.
Adalah Takata Corp, pemasok airbag bagi puluhan merek kenamaan dunia, yang jadi pusat masalah. Alih-alih menyelamatkan nyawa penumpang saat momen kecelakaan terjadi, produk mereka justru meledak dan memuntahkan material padat.
Bagaimana awal mula Takata bisa menjadi pemasok pabrikan-pabrikan besar dunia? Hiroko Tabuchi dari New York Times menjawabnya dalam sebuah artikel berjudul "A Cheaper Airbag, and Takata’s Road to a Deadly Crisis", dilansir Agustus lalu.
Dalam investigasinya, Tabuchi menemukan bahwa pabrikan kenamaan pertama yang menggunakan produk Takata adalah General Motors (GM). Pada akhir 1990-an, pabrikan yang berbasis di Detroit itu mendapat tawaran menggiurkan. Ada pabrikan kecil asal Jepang yang menawarkan airbag dengan harga yang jauh lebih murah.
Baca Juga
Advertisement
GM tidak langsung mengiyakan. Mereka berkonsultasi terlebih dulu ke pemasok airbag mereka saat itu, Autoliv, dan meminta mereka membuat airbag serupa agar harganya bisa lebih murah. Autoliv pun akhirnya mempelajari airbag Takata.
Saat para ilmuwan Autoliv mempelajari struktur airbag itu, mereka kaget. Pasalnya, mereka menemukan adanya senyawa berbahaya bernama amonium nitrat yang mudah menguap. Komponen ini terdapat di inflator, bagian penting yang menentukan mengembangnya airbag. Memang, ini membuat harga airbag lebih murah.
"Kami hanya mengatakan, 'tidak, kami tidak bisa melakukan ini. Kami tidak akan menggunakan ini'," ujar Robert Taylor, Kepala Kimiawi Autoliv sampai 2010.
"GM mengatakan kepada kami bahwa mereka akan membeli inflator Takata, kecuali kita bisa membuat yang lebih murah," ujar Linda Rink, ilmuwan senior di Autoliv, yang saat itu ditugaskan ke GM account. GM pun akhirnya beralih, dari Aotiliv, ke Takata. Langkah ini kemudian diikuti pabrikan lain.
Di satu sisi, diketahui pula bahwa pada periode yang sama Takata Corp sedang mengalami masalah finansial, sehingga perlu untuk melakukan beragam efisiensi. Amonium nitrat dipilih karena dianggap lebih murah.
Indikasi unsur kesengajaan dari kedua belah pihak demi mengejar penghematan ini tidak ditampik oleh GM. Namun mereka tak bisa berkomentar lebih lanjut. "Hal itu terjadi dua dekade lalu antara GM dan suplier, dan karena itu tidak sesuai bagi kami untuk berkomentar," ujar Tom Wilkinson, jubir GM.