Pabrikan Otomotif Jepang Kesulitan Cari Ahli IT

Pabrikan Jepang ternyata kesulitan mencari ahli IT dari dalam negeri.

oleh Rio Apinino diperbarui 30 Des 2016, 13:00 WIB
Diterbitkan 30 Des 2016, 13:00 WIB
Ilustrasi Ahli IT
Ilustrasi teknologi informasi (Foto: valueautomation.com)

Liputan6.com, Tokyo - Pabrikan otomotif asal Jepang selalu mengedepankan teknologi terkini dalam tiap produk yang mereka kembangkan. Jepang sendiri dikenal sebagai salah satu negara paling maju dalam hal teknologi.

Untuk terus menopang performa tersebut, tentu mereka membutuhkan banyak ahli teknologi informasi (information technology/IT). Sayangnya, riset baru menunjukkan bahwa ke depan pabrikan-pabrikan Jepang itu akan cukup kesulitan.

Dalam riset yang dilakukan oleh Manpower Group, sejak 2010, ahli IT adalah satu dari tiga profesi yang paling sulit untuk dicari di Jepang. Demikian seperti yang dikutip dari bloomberg.com, Jumat (30/12/2016).

Padahal di satu sisi, kebutuhan terhadap mereka terus berkembang. Kementerian Ekonomi, Perdagangan, dan Industri Jepang menyebut mereka butuh 171 ribu ahli IT tahun ini, dan akan naik hingga empat kali lipat pada 2030.

Menurut kementerian, hal ini tidak terlepas dari presepsi orang Jepang itu sendiri terhadap bidang IT. Menurut survei mereka, orang Jepang merasa IT adalah bidang kerja yang tidak menarik untuk digeluti.

Casey Abel, Managing Director HCCR - Human Capital Consulting & Recruiting, mengatakan bahwa selain itu, para ahli IT juga punya besaran gaji yang cukup tinggi, yang seringkali tidak sesuai dengan kondisi keuangan perusahaan.

"Pabrikan otomotif beroperasi dalam anggaran yang sangat ketat dan umumnya bermargin rendah. Perusahaan Jepang menderita kelangkaan bakat domestik," ujarnya.

Menanggapi hasil survei ini, beragam tanggapan dilontarkan pabrikan. Honda misalnya, mengatakan akan mengadopsi kebijakan upah yang lebih fleksibel, terutama bagi pekerja IT di laboratoriium baru di Tokyo.

Lalu Toyota, mengaku lebih memilih Amerika Serikat (AS) sebagai pusat penelitian mobil otonomos dan kecerdasan buatan. Menurut mereka, pekerja IT di AS kompensasinya lebih kompetitif. Sementara Nissan lebih memilih tidak berkomentar.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya