Dua Hari Bersama Kawasaki Versys-X 250

Liputan6.com berkesempatan menjajal Kawasaki Versys-X 250 di Jawa Timur. Begini rasanya.

oleh Rio Apinino diperbarui 26 Feb 2017, 17:03 WIB
Diterbitkan 26 Feb 2017, 17:03 WIB
kawasaki
Kawasaki Versys-X 250 menjadi pionir segmen adventure-touring 250 cc di Indonesia (Rio/Liputan6.com)

Liputan6.com, Probolinggo - PT Kawasaki Motor Indonesia (KMI) menggelar acara test ride Versys-X 250 di kawasan Bromo, Jawa Timur, 23 hingga 24 Februari kemarin. Puluhan wartawan media nasional dan blogger turut serta, termasuk Liputan6.com.

Dalam acara test ride tersebut, PT KMI menyediakan tujuh (7) unit Versys-X 250, dengan varian city (standar) dan tourer. Di hari pertama tes, motor digeber sejauh 16 km di jalanan beraspal sekitar Terminal Sukapura, Probolinggo. Sementara di hari kedua, motor touring-adventure ini dijajal di Pasir Berbisik, Bromo.

Dilihat dari jaraknya yang tidak terlalu jauh serta unit yang sangat terbatas jika dibandingkan dengan jumlah peserta yang mencapai puluhan, maka sebetulnya test ride kali ini kurang maksimal, kami akan melakukan lebih lengkap lagi di lain kesempatan. Rata-rata peserta hanya menjajal motor ini selama 30 menit-1 jam.

Padahal, motor bergenre adventure seperti ini baru bisa dirasakan kinerjanya secara maksimal jika dikendarai dalam jarak jauh. Jadi, apakah suhu mesin terlalu tinggi atau tidak, atau apakah posisi duduk tidak membuat pegal, kurang tereksplorasi.

Namun demikian, kinerja Versys-X 250 secara umum masih dapat dirasakan. Misalnya, soal tarikan, atau soal kenyamanan suspensi. Sebelum membahas itu lebih jauh, ada baiknya dilihat dulu spesifikasi teknis motor yang dirilis tahun lalu ini.

-Mesin: Liquid-cooled, 4-stroke Parallel Twin
-Kapasitas: 249 cc
-Diameter x Langkah: 62 x 41,2 mm
-Rasio Kompresi: 11,3:1
-Tenaga Maksimum: 33,3 Tk @ 11.000 rpm
-Torsi Maksimum: 21,7 Nm @ 10.000 rpm
-Sistem Katup: DOHC, 8 valves
-Sistem Bahan Bakar: Fuel injection: ø28 mm x 2 with dual throttle valves
-Pengapian: Digital
-Starter: Electric
-Pelumasan: Forced lubrication, wet sump
-Transmisi: Manual 6 Percepatan dengan Slipper Clutch
-Tipe Rangka: Backbone
-Suspensi Depan: Teleskopik ø41 mm
-Suspensi Belakang: Bottom-link UniTrak
-Rem Depan: Cakram tunggal ø290 mm
-Rem Belakang: Cakram tunggal ø220 mm
-Ban Depan: 110/90R19
-Ban Belakang: 130/80R17
-Kapasitas Tangki: 17 liter

Next

Posisi berkendara

Jika dilihat, ukuran Versys-X 250 relatif besar, apalagi jika sudah dilengkapi beragam aksesori seperti windshield dan side box. Data teknis juga menunjukkan demikian. Ketinggan tempat duduknya dari tanah mencapai 81,5 cm.

Benar saja. Menurut Liputan6.com akan sangat menyenangkan untuk mereka yang berpostur di atas 170 cm. Agar kaki bisa menapak dengan sempurna ke tanah. Untuk postur tubuh yang lebih rendah manfaatkan footpeg dengan standar samping aktif sebelum menegakkan motor.

Namun demikian, posisi duduk motor ini sebetulnya ergonomis. Stang yang didesain tinggi dan lebar membuat posisi punggung tegak dan santai. Ini membuat rider tidak akan pegal meski perjalanan jauh. Namun, sebagaimana yang dijelaskan sebelumnya, ini tidak bisa dibuktikan karena jarak test ride yang sangat pendek.

Satu lagi, meskipun terlihat besar, namun ternyata saat sudah dinaiki rasa-rasanya tidak ada perasaan berat, meski secara teknis bobotnya mencapai 173 kg (varian city) dan 184 kg (tourer). Ini mungkin disebabkan karena desain sasis yang berbeda dengan Ninja 250.

Mesin

Saat pertama kali mesin dinyalakan, terdengar karakter suara yang keluar relatif mirip dengan Ninja 250 yang relatif halus. Memang, kedua model ini punya mesin yang sama, meski torsi dan tenaga yang dihasilkan Versys-X 250 lebih besar. Pun dengan knalpot yang desainnya mirip, meski Kawasaki mengklaim telah melakukan beberapa perubahan.

Kala memuntir selongsong gas dengan posisi gigi satu, yang Liputan6.com rasakan adalah ia punya tarikan yang cukup baik, atau istilahnya 'jambakannya' cukup terasa. Dan ini kembali terkonfirmasi saat melewati tanjakan. Namun begitu, yang Liputan6.com rasakan adalah tenaga maksimal di rpm tengah, yaitu di antara 5.000 sampai 8.000.

Sebelum digeber di jalanan, Liputan6.com menjajal membetot gas maksimal. Hasilnya, indikator rpm menunjukkan bahwa peningkatan rotasi relatif lebih lamban ketimbang Ninja 250, apalagi untuk melewati rpm 10.000 ke atas. Ini menunjukkan bahwa motor ini pada dasarnya memang dipakai lebih ke arah riding santai, bukan kebut-kebutan.

Melintasi tanjakan, posisi gigi Versys-X 250 dijaga di angka 3. Dengan rpm tengah, jalan aspal menanjak bisa dilewati dengan mudah. Padahal ketika itu Liputan6.com juga membonceng videografer sehingga bobot lebih dari 100 kilogram.

Yang menarik, sepanjang perjalanan mesin terasa begitu halus. Sepanjang dua kali test ride, Liputan6.com tidak merasakan getaran yang berarti.

Next

Suspensi dan ban

Mungkin bagian suspensi adalah titik terlemah dari Versys-X 250. Sepanjang melintasi jalan aspal-berlubang dan trek berpasir dengan gundukan, yang kami rasakan adalah suspensi belakang yang menggunakan monosok uni-track relatif keras.

Padahal, sepanjang perjalanan kami selalu berkendara berboncengan. Rasa keras pasti akan lebih terasa jika berkendara sendirian. Namun tentu ini bisa diantisipasi dengan cara sedikit berdiri saat melintasi gundukan.

Namun begitu, suspensi keras juga ada untungnya. Karakter yang seperti ini membuat manuver menjadi lebih stabil. Dan ini kami buktikan saat melintasi jalanan aspal yang juga berkelok-kelok. Tak ada rasa berat saat miring ke kiri atau kanan.

Kemudian soal ban. Penggunaan ban lebar (diameter depan 19 inci, belakang 17 inci) membuat grip mumpuni di jalan aspal. Namun, saat kami mencoba di jalan pasir, beberapa kali ban slip. Beberapa peserta test ride pun bahkan ada yang jatuh karenanya. Namun tentu ini bukan karena ban yang tidak sesuai. Sebab, sebagaimana diketahui, karakter pasir memang membuat grip tidak maksimal.

Aksesori

Dalam dua kali test ride, kami hanya menjajal Versys-X 250 versi standar, atau yang tidak dilengkapi dengan aksesori tambahan. Namun begitu, tetap ada aksesori yang terdapat di kedua varian, yaitu windshield.

Dalam hal ini, yang kami rasakan penahan angin ini cukup membantu, dan punya tinggi yang relatif pas. Pasalnya, angin tidak langsung menerpa dada dan wajah pengendara. Tentu ini sangat bermanfaat bagi perjalanan jarak jauh.

Sementara foglamp, dalam dua hari test ride, tidak begitu terasa manfaatnya. Pasalnya test ride selalu dilakukan di siang hari sehingga tidak dapat diuji apakah lampu kabut itu benar-benar membantu visibilitas atau tidak.

Yang cukup mengganggu adalah side box, terutama saat berkendara boncengan. Pasalnya, dengan penggunaan side box, ruang kaki untuk yang dibonceng jadi sempit. Saat mau menaiki motor pun akan lebih sulit karena harus mengangkanginya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya