Berangkat Mudik Malam Hari Penuh Risiko, Ini Alasannya

Berangkat mudik malam hari berisiko, karena kita sulit mendeteksi jarak dan kecepatan kendaraan lain.

oleh Herdi Muhardi diperbarui 19 Jun 2017, 20:31 WIB
Diterbitkan 19 Jun 2017, 20:31 WIB
Kemacetan di Tol Palimanan
Di ruas tol Cikopo-Palimanan kembali ramai oleh pemudik pada Rabu malam

Liputan6.com, Jakarta - Tidak sedikit masyarakat yang melakukan perjalanan mudik ke kampung halaman saat malam malam hari. Berbagai alasan timbul, mulai dari menghindari panas, hingga tak mau terkena macet parah di siang hari.

Menurut instruktur RDC (Real Driving Center), Marcell Kurniawan, mudik di malam hari tidak disarankan, pasalnya, hal tersebut memiliki banyak risiko.

“Kenapa berisiko? Karena kita sulit mendeteksi jarak dan kecepatan kendaraan lain,” ungkap Marcel saat ditemui Liputan6.com.

Risiko lain perjalanan mudik di malam hari, yaitu jarak pandang atau visibilitas berkurang. Selain itu, berpotensi mengalami kecelakaan dua kali lipat daripada dilakukan saat siang hari.

Mengemudi di malam hari juga kerap tidak dilengkapi lampu penerang jalan. Selain itu, lampu mobil dari kendaraan lain dari arah berlawanan membuat silau.

Meski tidak dianjurkan, Marcell memberikan catatan penting di mana pengemudi harus dalam kondisi fit dan cukup istirahat.

Jika waktu pagi dan siang hari bisa mengemudi selama delapan jam dan dua jam istirahat, ada baiknya saat malam hari hanya mengemudi paling lama sekitar empat jam dan lalu istirahat.

Selain itu, sopir yang mengemudi mobil diwajibkan tidak sendiri, melainkan ada rekanan atau tandem yang juga bisa mengendarai mobil untuk bergantian.

Dengan cara ini tentu pengemudi bisa istirahat terlebih dahulu, dan kemudian bisa kembali bergantian.

“Jika memang mengantuk, ada baiknya tidur, jangan dipaksakan mengemudi,” tuturnya.

 

 

Simak video menarik di bawah ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya